Archive for 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KERATITIS



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KERATITIS
LAPORAN KELOMPOK
Fasilitator Hamidatus Daris,S.Kep,Ns
logo stikes new 08 warna










Oleh Kelompok 2:

1.       Nur Vadhillah                                       12.          Agus Eko Biantoro
2.       Desta Nurwahyu                                                13.          Yeni Desi Rahmawati
3.       Tiara Putri Ryandini                           14.          Yudik Tri Okta
4.       Wazirotul Ummah                             15.          Wahyu Puji Lestari
5.       Firman Nur Rahman                          16.          Evi Ainur R
6.       Ani Nur Lina                                          17.          Irine Devi Meliana
7.       Yupiter Utami                                      18.          Suroso Efendi
8.       Lailatur Rosida                                     19.          Yoga Hardani P
9.       Arif Robbul Izzati                                                20.          Eko Remon Karisma
10.   Zuliatin Rofiqoh                                  21.          Moh. Mas Fuad
11.   Siti Lailiyatus Sholihah                      22.          Andrian Eka S.

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2012

KATA PENGANTAR

                Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Keratitis dengan baik dan lancar.

            Laporan ini Penulis sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan ini, Penulis berharap dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan judul laporan yang telah ditentukan.
            Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
            Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Ibu Hamidatus Daris, S. Kep, Ns.  selaku dosen fasilitator SGD SPS (Sensory Perception System) serta kepada Allah SWT jualah diserahkan atas segala sesuatunya.
                                                                                   



 Tuban, 02 April 2012


 Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

1. 1   Latar Belakang
Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang sebagai berikut :
Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh klien untuk memaksimalkan kesehatan klien.
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau parasit, abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi kornea terjadi akibat trauma atau gangguan mekanisme pertahanan sistemis ataupun lokal. Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata, jika itu terjadi akan mengakibatkan  invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin dan replikasi intraselular atau respon antigen antibodi. 
Mata akan terkena berbagai kondisi, beberapa diantaranya bersifat primer Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat diebabakan oleh karena keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang dianastesi. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi dari awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata atau mata merah hanya penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup, padahal bila penyakit radang mata tidak segera ditangani atau diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata atau gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.
Keratitis bakteri adalah gangguan penglihatan yang mengancam. Ciri-ciri khusus keratitis bakteri adalah perjalanannya yang cepat. Destruksi corneal lengkap bisa terjadi dalam 24 – 48 jam oleh beberapa agen bakteri yang virulen. Ulkus kornea, pembentukan abses stroma, edema kornea dan inflamasi segmen anterior adalah karakteristik dari penyakit ini.
Untuk itu kami menyusun laporan ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit keratitis ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami  dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan keratitis.

1. 2  Batasan Topik
        Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa batasan topik sebagai berikut :
1.       Bagaimana konsep dasar penyakit Keratitis itu ?
2.       Bagaimana konsep anatomi fisiologi sensory perception system pada Keratitis ?
3.       Bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit Keratitis dan WOC sehingga menyebabkan gangguan ke system tubuh ?
4.       Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Keratitis beserta analisa data dari kasus ?
5.       Bagaimana aspek legal etik pada pasien Keratitis ?
6.       Bagaimana satuan acara penyuluhan (SAP) pada pasien Keratitis ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    KONSEP DASAR KERATITIS                                                 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjLUWzJrMHeys98tF_khwHMs_y_ItFEl3ypFEwt3UUUIXnCMYf_vqKEq8Wt_TnEcRsFpI1lm0mak7B3fxLW89QLdLSwrye-vm0lwr9DZWO-nrrYLsxFQ6hzMVprLBYNb4JE_N2qxewDyIn/s200/220px-Cornea.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihqhJAXLW_uDCRz0e8OVrDhSCmkOpWmZOzhfHE6LwzaxyrowXg-7vXNa8Ll-2pIDYhOVXd8KdcKTTCEf_sWIt39FMtRtfJnHtUQpDr_5_RgI5oAfdCTR8K4lJTnIxB0Lh0BoHC266I_Wj1/s320/Thygeson%2527s_superficial_punctate_keratitis.jpg
A.      Pengertian
Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Katarak, yaitu :
·         Darling,H Vera, 2000, hal 112
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
·         Arif Mansjoer,2001
Keatitis ialah peradangan pada kornea
·         Barbara C Lonf 1996
Keraktitis adalah inflamasi pada kornea oleh bakteri, virus, hespes simplek, alergi, kekurangan vit. A .
·         Brunner dan Suddarth, 2001
Keratitis adalah peradangan pada kornea, keratitis disebabkan oleh mikrobial dan pemajanan.

B.      Etiologi
Penyebab terjadinya Keratitis itu adalah :
·         Bakteri :
1.       Staphylacocus
2.       Streptococus
3.       Pseduomonas
4.       Pneumococus

·         Virus :
1.       Virus herpes simpleks
2.       Virus herpes Zoster
·         Jamur :
1.       Candidia
2.       Aspergilus
3.       fusarium, sefalosporium
·         Hipersensitif : toksis / allergen
·         Gangguan Nervus Trigeminus
·         Penyakit sekunder : Penyakit mata lain (konjungtivitis)
·         Idiopatik
·         Faktor lain yaitu :
1.       Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal), dan sebagainya
2.        Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka
3.       Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : oedema kornea kronik, exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma) ; keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis superfisialis virus.
4.       Kelainan-kelainan sistemik; malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens-Jhonson, sindrom defisiensi imun.
5.     Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun, misalnya : kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif.



C.      Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang ditimbulkan keratitis adalah:
·                Data subyektif meliputi:
1.       Inflamasi bola mata yang jelas
2.       Terasa ada benda asing di mata (merasa kelilipan)
3.       Cairan mukopurulen dengan kelopak mata salingmelekat satu sama lain
4.       Nyeri pada mata
5.       Rasa silau dimata
6.       Mata sakit, gatal, Mata berair
7.       Pengglihatan kabur
8.       Gangguan penglihatan (visus menurun)
9.       Mata merah dan bengkak
10.   Blefarospasme akibat fotofobia
11.   Hiperemia konjuntiva
12.   Gangguan kornea (sensibiltas kornea yang hipestesia)
13.   Lakrimai (mata berair)
14.   Pada kelopak terlihal vesikel dan infiltrat filament pada kornea
15.   Ulserasi epitel
16.   Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera anterior)
17.   Jika sudah kronik terjadi ulkus dan jaringan sikatrik
18.   Dapat terjadi perforasi kornea
19.   Ekstrusi iris dan endoftalmitis
·                Data obyektif meliputi :
1.    Infiltrat dapat menyebabkan permukaannya menjadi tidak rata dan tidak licin sehingga menjadi tidak bening. Bagaimanakah nasib infiltrat tersebut ? infiltrat dapat diserap seluruhnya sehingga kornea kembali bening, dapat juga diserap sebagian dengan meninggalkan jaringan sikatrik atau terjadi proses pernanahan dengan akibat terbentuk ulkus.
                  
D.      Klasifikasi
v  Berdasarkan radang pada kornea berikut :
1.       Keratitis pungtata : keratitis yang terkumpul di daerah membran bowman dengan infiltrat berbentuk bercak-berck halus. Dibagi menjadi keratitis pungtatat superfisial dan subepitel.
2.       Keratitis marginal : infiltrat yang tertimbun di tepi kornea sejajar dengan limbus                           
3.       Keratitis interstitial : ditemukan pada jaringan yang lebih dalam.
4.       Keratitis bakterial
5.       Keratitis jamur : biasanya dimulai dengan suatu ruda paksa pada kornea oleh ranting, pohon, daun-daun dan sebagian tumbuh-tumbuhan.
6.       Keratitis virus : biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala kelainan konjungtiva atau tanda akut. Antara lain ;
a.       Keratitis herpetik
b.      Kerattitis dendritik
c.       Keratitis disiformis
d.      Keratokonjungtivitis epidemi
7.       Keratitis dimmer atau keratitis numularis : ditemukannya infiltrat yang bundar berkelompok dan di tepinya berbatas tegas sehingga memberi gambran halo.
8.       Keratitis filamentosa : keratitis yang disertai adanya filament mukoid dan deskuamasi sel epitel pada permukaan kornea
9.       Keratitis alergi : keratokonjungtivitis flikten merupakan radang kornea dan konjungtiva yang merupakan reaksi imun yang mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen.
10.   Keratitis fasikularis : keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus ke arah kornea.
11.   Keratitis konjungtivitis vernal : penyakit rekunen dengan peradangan tarsus dan konjuntiva bilateral.
12.   Keratitis lagoftalmus : terjadi akibat adanya lagoftalmus dimana kelopak tidak dapat menutup dengan sempurna sehingga terdapat kekeringan kornea.
13.   Keratitis neuropalitik : keratitis akibat kelainan saraf trigeminus sehingga terdapat kekeruhan kornea yang tidak sensitif yang disertai kekeringan kornea.
14.   Keratokonjuntivitis sika : suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva.
15.   Keratitis sklerotikan : kekeruhan berbentuk segi tiga pada kornea yang menyertai radang sklera (skleritis).
v  Berdasarkan etiologi , berikut :
·      Keraktitis mikrobial adalah infeksi pada kornea yang disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus, jamur atau parasit. Serta abrasi yang sangat bisa menjadi pintu masuk bakteri.
1)      Keratitis bakterial : keratitis akibat dari infeksi stafilokokkus, berbentuk seperti : keratitis pungtata, terutama dibagian bawah kornea                              
2)      Keratitis viral
a.       Keratitis dendritik herpetik : disebabkan virus herpes simpleks akan memberi gambaran spesifik berupa infiltrat pada kornea dengan bentuk seperti ranting pohon yang bercabang–cabang dengan memberikan uji fluoresin positif nyata pada tempat percabangan.
b.      Keratitits herpes zooster : manifestasi klinis dari infeksi virus herpes zooster pada cabang saraf trigeminus, termasuk puncak hidung dan demikian pula kornea atau konjungtiva.
c.       Keratitis pungtata epitelial : infiltrat halus pada kornea, selain disebabkan oleh virus keratitits pungtata juga disebabkan oleh obat seperti neomicin dan gentamisin.
d.      Keratitits disiformis : keratitits dengan bentuk seperti cakram didalam stroma permukaan kornea, keratitis ini disebabkan oleh infeksi atau sesudah infeksi virus herpes simpleks.
·      Keratitis pemajanan adalah infeksi yang terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder.
Pemajanan kornea dapat disebabkan oleh karena keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang dianastesi.
1)      Keratitis lagoftalmos : terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma dimana mata tidak terdapat reflek mengedip.
2)      Keratitis neuroparalitik : terjadi akibat gangguan pada saraf trigeminus yang mengakibatkan gangguan sensibilitas dan metabolisme kornea
3)        Keratokonjungtivitis sika : terjadi akibat kekeringan pada bagian permukaan kornea.


v  Berdasarkan bentuk klinik, berikut :
1)      Keratitis Pungtata supervisialis
        Memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik  pada permukaan kornea. Merupakan cacat halus kornea superfisial dan hijau bila diwarnai fluoresein.
2)      Keratitis flikten
Pada mulanya flikten ditemukan di limbus namun mempunyai kecenderungan untuk menyerang kornea.
3)      Keratitis Sika
        Keratitis ini terjadi disebabkan oleh karena defisiensi skeresi kelenjar lakrimal atau kekurangan sekresi sel goblet di konjungtiva.
4)      Keratitis Lepra
        Keratitis ini disebabkan oleh lepra dan menimbulkan berbagai kelainan pada mata antara lain keratitis pungtata superfisialis atau keratitis anterstisial.
5)      Keratitis numularis
Keratitis ini menunjukkan gambaran berbentuk bulatan seperti mata uang (koin lesian) dan besarnya benyak ditemukan pada petani.










2.2   KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI SENSORY PERCEPTION SYSTEM KERATITIS
Mata adalah organ atau indera penglihatan yang mendeteksi cahaya. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lantas dengan perantara serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.
Melalui mata, manusia menerima 80 % atau lebih informasi dari luar. Mata merupakan bagian indera yang fungsinya hanya terbatas pada menerima dan menyiapkan rangsang agar dapat diteruskan melalui perantara serabut-serabut nervus optikus ke pusat penglihatan yang terletak di dalam otak. Mata merupakan organ penglihat (apparatus visual) yang bersifat peka cahaya (foto sensitif).

v  Bagian-bagian mata dan fungsinya, meliputi :
1)      Bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
2)      Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya bola mata.
3)      Otot-otot yang melekat pada mata yaitu :
·         Muskulus rektus superior : menggerakan mata ke atas
·         Muskulus rektus inferior : mengerakan mata ke bawah
4)      Kornea : memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya
5)      Badan Siliaris : Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk berakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor.
6)      Iris : Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen.
7)      Lensa : Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa
8)      Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
9)      Bintik kuning (Fovea) : Bagian retina yang mengandung sel kerucut
10)   Bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
11)   Vitreous humor : Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
12)   Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bola mata.



A.      Anatomi Keratitis

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :
a.       Epitel
Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating tumpang tindih satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.Pada sel basal Bering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
b.      Membran Bowman
       Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
       Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi
c.       Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma
d.      Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm.
e.      Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.

 Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

B.      Fisiologi keratitis
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan.





2.3   PATOFISIOLOGI ATAU PERJALANAN PENYAKIT KERATITIS
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung yang uniform dan jendela yang dilalui berkas cahaya retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskular, dan deturgessens. Deturgesens atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh fungsi sawar epitel. Epitel adalah sawar yang efisiens terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea dan merupakan satu lapis sel-sel pelapis permukaan posterior kornea yang tidak dapat diganti baru. Sel-sel ini berfungsi sebagai pompa cairan dan menjaga agar kornea tetap tipis dan basah, dengan demikian mempertahankan  kejernihan optiknya.
Jika sel-sel ini cedera atau hilang, timbul edema dan penebalan kornea yang pada akhirnya menggangu penglihtan.
Karena kornea avaskular, maka pertahanan sewaktu peradangan tak dapat segera datang. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat di dalam stroma segera bekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagi injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrat, yang tampak sebagi bercak bewarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin.
Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma. Pada perdangan yang hebat, toksin dari kornea dapat menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui membran descement dan endotel kornea. Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbulah kekeruhan di cairan COA, disusul dengan terbentuknya hipopion.
Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membran descement dapat timbul tonjolan membran descement yang disebut mata lalat atau descementocele.
Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkusnya lebih mendalam lagi dapat timbul perforasi yang dapat mengakibatkan endophtalmitis, panophtalmitis, dan berakhir dengan ptisis bulbi.




2.4   ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KERATITIS
KASUS PEMICU
Tn. K (60 thn) dirawat di RS dengan keluhan sakit mata, gatal, silau, visus menurun, mata merah dan bengkak, hiperemi konjungtiva, merasa kelilipan, sensibilitas kornea yang hipestesia, fotofobia, lakrimasi, blefarospasme,. Pada kelopak terlihat vesikel dan infiltrat, filamen pada kornea diduga penyebabnya adalah kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal ), faktor eksternal : erosi kornea karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka. Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : edema kornea kronik, exposure keratitis dengan defisiensi vitamin A.

A.      Pengkajian
                    I.            Identitas
-        Nama                                    : Tn.K
-        Jenis kelamin                     : Laki-laki
-        Umur                                    : 60 tahun
-        Status perkawinan          : Sudah Menikah
-        Pendidikan                         : SD
-        Suku/Bangsa                      : Indonesia
-        Alamat                                  : Ds Kerek - Tuban
-        Pekerjaan                           : Tukang Ojek
-        Sumber informasi            : Pasien dan anaknya


                  II.            Keluhan Utama : sakit mata
                III.            Riwayat Keperawatan
v  Riwayat Penyakit Sekarang :
-        P         : Tn.K dibawa ke RS karena merasakan sakit pada matanya. Tn.K juga merasakan gatal dan terasa kelilipan sehingga sering mengucek matanya. Tn.K juga merasakan tidak enak badan dan badannya panas. Beliau  tidak pernah memeriksakan matanya karena dianggap hanya sakit mata biasa,tetapi saat ini beliau dibawa ke RS oleh anaknya karena beliau sering merasakan silau dan terlihat ada putih-putih di matanya.
-        Q         : sakit mata dirasakan setelah Tn.K pulang  kerja, dengan skala nyeri 8 disertai mata merah dan berair
-        R         : di daerah matanya
-        S          : sakit mata dirasakan sangat mengganggu aktivitas pekerjaan Tn.K, sampai-sampai beliau terus memejamkan matanya karena sakit dan silau jika terkena cahaya
-        T          : sakit mata dirasakan beliau setelah pulang ngojek di malam hari, dan paginya di bawa ke RS olh anaknya.
v  Riwayat Penyakit Dahulu :
Tn.K pernah mengalami mata merah, sudah diberi obat tetes mata dan sudah sembuh. Tapi sekarang timbul mata merah lagi.
v  Riwayat Penyakit Keluarga :
menurut keterangan klien tidak ada keluarga yang mmiliki penyakit mata. Tetapi istrinya menderita batuk-batuk yang tidak sembuh-sembuh dan telah meninggal.

                IV.             Observasi dan Pemeriksaan Fisik
v  Keadaan Umum :
-        Mata Tn.K terlihat merah dan bengkak hiperemi konjungtiva
-        Tn.K tampak lelah
-        Tn.K tampak meringis kesakitan dengan selalu memegangi matanya yg sakit
-        Mata Tn.K terlihat berair
-        Terlihat adanya trikiasis



v  TTV :
-        S : 39 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)
-        N : 75 x/menit ( 70 – 75 x/menit)          
-        TD : 140/90mmHg (140/90 mmHg)
-        RR : 18 x/menit (15 – 20 x/menit)

v   Body System
·         B1 (Breathing)
       Tn.K tampak lelah
       Bentuk dada normal
       Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
       PCH (-)
       Suara napas tambahan (-)
       Pola napas teratur dengan RR 18 x/mnt
·         B2 (Blood)
       Didapatkan tekanan darah yang normal (140/90 mmHg)
       Nadi normal (Nadi 80 x/mnt)
       Tidak ada sianosis
       CRT normal (< 3 detik)
·         B3 (Brain)
       Terlihat cemas
       Kesadaran compos mentis dengan GCS 456
       Didapatkan S 39 celcius
       Pada kelopak mata terlihat ada vesikel dan infiltrat
       Terdapat filament pada kornea
       Adanya sensibilitas kornea yang hipestesia
       Terdapat blefarospasme
       Visus menurun 2/6
·         B4 (Bladder)
       Pola BAK teratur dan tdk ada kesulitan BAK
·         B5 (Bowel)
       Nafsu makan biasa dg porsi 1 piring habis
       Pola makan 3 x sehari


·         B6 (Bone)
       Tn.K terlihat lel
       Mampu menggerakkan sendi dengan bebas
       Kekuatan otot 100 % dengan skala 5

                                  IV.             Pemeriksaan penunjang
v  Pemeriksaan khusus mata
-        Uji fluoresein :
Untuk mengetahui adanya kerusakan pada epitel kornea akibat erosi, keratitis epitelial, bila terjadi defek epitel kornea akan terlihat warna hijau pada defek tersebut.
-        Uji sensibilitas kornea :
Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea yang berkaitan dengan penyakit mata akibat kelainan saraf trigeminus oleh herpes zooster ataupun akibat gangguan ujung saraf sensibel kornea oleh infeksi herpes simpleks
-        Uji fistel :
Untuk melihat kebocoran kornea atau fistel akibat adanya perforasi kornea
-        Uji biakan (kultur) dan sensitivitas :
Mengidentifikasi patogen penyebab
-        Uji plasido :
Untuk mengetahui kelainan pada permukaan kornea.



B.      ANALISA DATA
v  Analisa data 1
Data
Etiologi
Masalah
Ds : Tn.K mengatakan matanya sakit
Do:
    keadaan umum & pemfis :
     Mata Tn.K terlihat
     merah dan bengkak hiperemi konjungtiva
     Tn.K tampak meringis kesakitan dengan selalu memegangi matanya
     Mata Tn.K terlihat berair
     Terlihat adanya trikiasis
     Terdapat blefarospasme
     Skala nyeri 8 (berat)
   Uji fluoresin didapatkan adanya erosi kornea
   Uji biakan (kultur) didpatkan adanya agen bakteri
Keratitis

System endotel terganggu

Dekompensasi endotel

Edema kornea

Dilatasi pembuluh darah di limbus

mata kemerahan & nyeri

Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Gangguan rasa nyaman (nyeri)



v  Analisa data 2
Data
Etiologi
Masalah
Ds : Tn.K mengatakan silau terhadap cahaya
Do:
      keadaan umum & pemfis:
     Mata Tn.K terlihat merah dan bengkak hiperemi konjungtiva
     Pada kelopak mata terlihat ada vesikel dan infiltrat
     Terdapat filament pada kornea
     Adanya sensibilitas kornea yang hipestesia
     Terdapat blefarospasme
     Visus menurun 2/6
      Uji fluoresin didapatkan adanya erosi kornea.
Keratitis

System endotel terganggu

Dekompensasi endotel

Edema kornea

Sinar tdk mampu dibiaskan

Silau

Gangguan persepsi sensori (penglihatan)
Gangguan persepsi sensori (penglihatan)



v  Analisa Data 3
Data
Etiologi
Masalah
Ds : Tn.K mengatakan tidak enak badan dan badannya terasa panas
Do:
      keadaan umum & pemfis
     Suhu tubuh 39 celcius
     Mata Tn.K terlihat merah dan bengkak hiperemi konjungtiva
     Mata Tn.K terlihat berair
     Terlihat adanya trikiasis
     Pada kelopak mata terlihat ada vesikel dan infiltrat
     Terdapat filament pd kornea
     Adanya sensibilitas kornea yg hipestesia
     Terdapat blefarospasme
     Uji biakan (kultur) didpatkan adanya agen bakteri
Keratitis

Merangsang pengeluaran mediator kimia (prostaglandin)

Peningkatan set.point hipotalamus

Suhu tubuh meningkat

Ganguan keseimbangan suhu tubuh (hipertermia)
Ganguan keseimbangan suhu tubuh (hipertermia)


C.      DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Gangguan rasa nyaman (nyeri ) berhubungan dengan edema kornea akibat peradangan kornea
2.       Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan  fotofobia (silau)
3.       Gangguan keseimbangan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan  proses peradangan
4.       Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan kecemasan akibat proses penyakit
5.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolism meningkat akibat peradangan
6.       Resiko bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mucus akibat invasi bakterimia ke paru
7.       Resiko gangguan pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas akibat invasi bakterimia ke paru
8.       Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi paru akibat obstruksi jalan napas oleh invasi bakterimia ke paru
9.       Resiko perfusi jaringan berhubungan dengan kerja jantung meningkat akibat invasi bakterimia ke jantung
10.   Resiko cidera berhubungan dengan penurunan lapang pandang akibat dari invasi bakterimia ke retina
11.   Resiko gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan produksi urin akibat infeksi renal oleh bakterimia ke ginjal




2.5   LEGAL ETIK PADA PASIEN RETINOBLASTOMA
Hukum merupakan proses yang dinamis sehingga tenaga kesehatan juga harus selalu memperbarui pengetahuan mereka tentang hukum yg berlaku saat itu. Prinsipnya jujur pada pasien dan meminta informed consent atas semua tindakan atau pemeriksaan merupakan tindakan yg paling aman untuk menghindari implikasi hukum.
Dasar etik di bidang kesehatan yang tidak dapat berubah adalah “KESEHATAN KLIEN SENANTIASA AKAN SAYA UTAMAKAN”. Dijabarkan menjadi 6 azas :
1.       Asas menghormati otonomi klien
2.       Asas kejujuran
3.       Asas tidak merugikan
4.       Asas manfaat
5.       Asas kerahasian
6.       Asas keadilan
Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, internasional dalam menghadapi pasien adalah :
1.       Empati
2.       Solidaritas
3.       Tanggung jawab
§  Aspek Legal dan etik
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut (Permenkes, 1989). Dasar dari informed consent yaitu:
a.       Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya
b.      Kemenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16: dalam melaksanakan kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
c.       PP No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1: bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan infornmasi dan meminta persetujuan .
d.      UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2: tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang  bersangkutan atau keluarga.



§  aspek penting dalam informed consent, yaitu :
1.       Persetujuan harus diberikan secara sukarela
2.       Persetujuan harus diberikan oleh individu yg mempunyai kapasitas dan kemampuan utk memahami
3.       Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yg cukup sbg pertimbangan utk membuat keputusan

v  Penatalaksanaan pada pasien keratitis
Penatalaksanaan keratitis bergantung pada etiologi yang mendasarinya.
-          Bentuk sediaan yang diberikan dapat berupa tetes mata, pil, atau intravena.
-          Semua benda asing yang ada pada kornea dan konjungtiva harus dihilangkan.
-          Keratitits pungtata superficial penyembuhannya dapat berakhir dengan sempurna.
-          Infeksi keratitis biasanya membutuhkan antibakteri, antifungal, atau terapi antiviral, apabila virus yang menjadi penyebabnya, keratitis tidak perlu mendapatkan pengobatan yang khusus karena biasanya dapat sembuh lebih kurang dalam 3 minggu.
-          Pemberian cendo citrol tetes mata (6 x 1 tetes) yang diindikasikan kortikosteroid dapat menekan infeksi sekunder. Tetes mata steroid sering diberikan untuk mengurangi inflamasi dan scar yang mungkin timbul.
-          Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati karena beberapa infeksi dapat lebih buruk setelah penggunaan.
-          Jika penyebab keratitis adalah mata kering, dapat diberikan salep dan air mata buatan.
-          Jika penyebabnya adalah sinar ultraviolet atau lensa kontak, diberikan salep antibiotik dan obat untuk melebarkan pupil.
-          Jika penyebabnya adalah reaksi terhadap obat-obatan, maka sebaiknya pemakaian obat dihentikan.
-          Pada umumnya, pengguna kontak lensa akan diberi nasihat untuk tidak meneruskan kembali, walaupun tidak berakaitan dengan sebab timbulnya keratitis.
-          Pasien dengan keratitis dapat menggunakan tutup mata untuk melindungi mata dari cahaya terang, benda asing dan bahan iritatif lainnya. Kontrol yang baik ke dokter mata dapat membantu mengetahui perbaikan dari mata
-          Terapi bedah laser terkadang dilakukan untuk menghancurkan sel yang tidak sehat, dan infeksi berat membutuhkan transplantasi kornea
2.6   SATUAN ACARA PENYULUHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan                 : Penyakit  Keratitis
Sub pokok bahasan         : Perawatan Penyakit Keratitis
Hari/tanggal                       : Selasa, 28-03-2012
Jam                                        : 07.30 WIB
Tempat                                                : Balai Dsn.  Dsn. Gendis  Kec.Babatan Kab.Tuban
Sasaran                                                : Warga Dsn. Gendis  Kec.Babatan Kab.Tuban
Penyuluh                             : Mahasiswa STIKES NU Tuban semester 4
---------------------------------------------------------------------------------------------------
A.      Tujuan Instruksional
1.       Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat setempat dapat mengerti dan memahami tentang penyakit Keratitis.
2.       Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat setempat mampu :
1.       Menjelaskan pengertian penyakit Keratitis
2.       Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Keratitis
3.       Menjelaskan faktor penyebab penyakit Keratitis
4.       Menjelaskan pencegahan  penyakit Keratitis

B.      Metode belajar
1.       Ceramah
2.       Tanya jawab
3.       Brain storming

C.      Alat dan Media
1.       Leaflet
2.       Flip Chart
3.       Laptop
4.       LCD


D.      Kegiatan Penyuluhan
No
Waktu
Topik
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
Oleh
1
15 menit
Perkenalan
1.      Menyampaikan salam pembuka
2.      Memperkenalkan diri
3.      Menyampaikan tujuan penyuluhan
4.      Mengingatkan kontrak waktu dan mekanisme pelaksanaan penyuluhan
-      Membalas salam
-      Memperhatikan

Moderator

Penyaji

2
30 menit
Pengembangan
1.      Meminta klien dan keluarga untuk menjelaskan sedikit tentang keratitis sebatas yang diketahui. (Brain storming)
2.      Penyampaian Materi, tentang: Pengertian, tanda gejala, faktor penyebab, pencegahan keratitis .
3.      Pemberian kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya.
4.      Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan yang berkaitan dengan materi.
5.      Memberikan kesempatan kepada pembimbing untuk memberikan masukan dan argument
-         Memperhatikan penjelasan dan  demonstrasi dengan cermat
-         Menanyakan hal yang belum jelas
-         Memperhatikan jawaban penyuluhan

Moderator







Penyaji


















Moderator
3
10 menit
Penutup
1.      Membuka kesempatan untuk diskusi.
2.      Melakukan evaluasi : Menanyakan pada pasien dan keluarga tentang kejelasan materi yang diberikan dan memberikan penguatan positif bila keluarga pasien dapat menjawab dan menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan.
3.      Menyimpulkan kegiatan penyuluhan,
menyampaikan salam penutup.
Membagikan leaflet
-          Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab
-          Menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan.
-          Mendengarkan dan membalas salam
Moderator



Penyaji







Moderator




Fasilitator



E.       Pengorganisasian dan Job Discription
1.       Pembimbing      : Hamidatus Daris,S.Kep,Ns
2.       Moderator          : Moh.Mas Fuad
    Job Discription       : Membuka  dan menutup kegiatan
                                           Membuat susunan acara dengan jelas
                                           Memimpin jalannya kegiatan
3.       Penyaji                 : Nur Vadhillah
    Job Discription       :  Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas
4.       Observer             : Eko Remon Karisma
   Job Discription        : Membuat resume kegiatan SAP
                                         Mengobservasi semua kegiatan penyuluhan
5.       Fasilitator            :
Job Discription     : Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
                                                  Memotivasi audience untuk bertanya
                                                 Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan audience
F.       Kritera Evaluasi
1.       Evaluasi struktur
1)      Peserta atau pasien dan keluarga
2)      Penyelenggaraan penyuluhan di ruang aula STIKES NU Tuban
3)      engorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa prodi S-1 Keperawatan tingkat II STIKES NU Tuban
4)      Kontrak waktu dilakukan 1 hari sebelum penyuluhan dan 15 menit sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2.       Evaluasi proses
1)      Peserta atau pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2)      Peserta atau pasien dan keluarga mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3)      Peserta atau pasien dan keluarga  mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4)      Peserta atau pasien dan keluarga berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing.
3.       Evaluasi hasil :
1)      Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian keratitis
2)      Peserta mampu menyebutkan tanda gejala keratitis
3)      Peserta mampu menjelaskan faktor penyebab keratitis
4)      Peserta mampu menyebutkan pencegahan keratitis
MATERI PENYULUHAN

PENGERTIAN PENYAKIT KERATITIS
Keratitis adalah radang  pada kornea oleh bakteri, virus, alergi, kekurangan vitamin A.

TANDA DAN GEJALA PENYAKIT KERATITIS
a.       Keluar air mata yang berlebihan
b.      Sakit mata
c.       Penurunan tajam penglihatan
d.      Radang pada kelopak mata (bengkak, merah)
e.      Mata merah
f.        Sensitif terhadap cahaya (silau)
g.       Rasa silau, dan  merasa kelilipan
h.      Mata terasa perih, gatal dan mengeluarkan kotoran. 

FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT KERATITIS
a)      Bakteri, virus dan jamur
b)      Kekeringan pada mata
c)       Sinar ultraviolet (sinar matahari, sinar lampu, sinar dari las listrik
d)      Benda asing yang masuk ke mata
e)      Reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, dan polusi
f)       Kekurangan vitamin A
g)      Penggunaan lensa kontak yang kurang baik
h)      Efek samping obat tertentu

PENCEGAHAN PENYAKIT KERATITIS
a)      Pemakai lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang steril untk membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk membersihkan lensa kontak.
b)      Pemeriksaan mata rutin ke dokter mata disarankan karena kerusakan kecil di kornea dapat terjadi tanpa sepengetahuan kita.
c)       Jangan terlalu sering memakai lensa kontak.
d)      Lepas lensa kontak bila mata menjadi merah atau iritasi.
e)      Ganti lensa kontak bila sudah waktunya untuk diganti.
f)       Cuci tempat lensa kontak dengan air panas, dan ganti tempat lensa kontak tiap 3 bulan karena organisme dapat terbentuk di tempat kontak lensa itu.
g)      Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau bermain di tempat yang potensial berbahaya bagi mata dapat mengurangi resiko terjadinya keratitis.
h)      Memakai Kacamata dengan lapisan anti ultraviolet dapat membantu menahan kerusakan mata dari sinar ultraviolet.



DAFTAR HADIR PESERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)
PENYAKIT KERATITIS
DI AULA RUMAH SAKIT NU TUBAN
NO
NAMA
ALAMAT
TANDA TANGAN







































BAB III
RINGKASAN

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis ini diakibatkan oleh berbagai organisme bakteri,virus, jamur, atau parasit, abrasi sedikitpun bisa menjadi pintu masuk bakteri. Kebanyakan infeksi kornea terjdi akibat trauma atau gangguan mekanisme pertahanan sistemis ataupun lokal. Infeksi ini terjadi bila kornea tidak dilembabkan secara memadai dan dilindungi oleh kelopak mata. Kekeringan kornea dapat terjadi dan kemudian dapat diikuti ulserasi dan infeksi sekunder. Pemajanan kornea dapat diebabakan oleh karena keadaan eksoptalmus, paresis saraf kranial VII tetapi juga dapat terjadi pada pasien koma atau yang dianastesi.
Pengobatan atau terapi sangat dibutuhkan untuk pasien keratitis agar terjadi komplikasi  ke sistemik tubuh lainnya. Tetapi kita sebagai perawat harus berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pencapaian derajat kesehatan pasien.
Dan tentunya setiap tindakan yang akan dilakukan harus sesuai dengan aspek legal etik kita sebagai perawatn yang professional.
REFERENSI PUSTAKA

Brunner and suddarth. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa : dr. H.Y. Kuncara dkk.Jakarta : EGC
Sidharta Ilyas. ( 2001 ).Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit FKUI
Ignativicus, Donna D. ( 1991 ). Medical Surgical Nursing. First edition. Philadelphia
Vera, H.D dan Margaret R.T.( 2000 ). Perawatan Mata. Yogyakarta : penerbit ANDI Yogyakarta





- Copyright © WARUNG MATERI KEPERAWATAN - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -