- Back to Home »
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN THYPUS ABDOMINALIS
Posted by : Unknown
Minggu, 28 Oktober 2012
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN THYPUS ABDOMINALIS
PROGRAM STUDI
S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Thypus Abdominalis” dengan baik dan lancar.
Laporan ini Penulis sajikan
secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan
ini, Penulis berharap dapat membantu pembaca untuk
mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan judul laporan yang telah ditentukan.
Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat
kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang
sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Ibu Hamidatus
Daris, S. Kep, Ns. selaku dosen
fasilitator SGD DS1 (Digestive System 1) serta kepada Allah SWT jualah diserahkan atas segala sesuatunya.
Tuban, 03 April
2012
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan
menjabarkan tentang latar belakang sebagai berikut :
Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh
klien untuk memaksimalkan kesehatan klien.
Demam tyfoid masih merupakan penyakit endemis di
Indonesia. Penyakit ini
banyak menimbulkan masalah pada kelompok umur dewasa muda, karena tidak jarang disertai perdarahan dan perforasi
usus yang sering menyebabkan
kematian penderita. Selain itu penyakit ini memerlukan perawatan dan masa pemulihan sehabis perawatan yang cukup
lama. Usaha imunisasi
secara nasional terhadap demam tyfoid tidak lagi dilaksanakan dewasa ini karena vaksinnya belum ada yang memadai. ( Waluyo,Agung: 2000)
Tyfoid terdapat di
seluruh dunia dan penyebarannya tidak bergantung pada keadaan iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di
negara-negara sedang berkembang di daerah tropis, hal ini disebabkan karena
penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan, dan kebersihan individu kurang baik. Di Indonesia tyfoid dapat ditemukan sepanjang
tahun. Tidak ada persesuaian
faham mengenai hubungan antara musim dan peningkatan jumlah kasus tyfoid. Ada peneliti yang mendapatkan
peningkatan jumlah kasus pada musim hujan, ada yang mendapatkan peningkatan pada musim
kemarau dan ada pula yang
mendapatkan peningkatan pada peralihan antara musim kemarau dan musim hujan. (Soeparman, 1998).
Insidens tyfoid
bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan; didaerah jawa barat 157 kasus per
100.000 penduduk, sedangkan
didaerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan insiden diperkotaan berhubungan erat dengan
penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan
pembuangan sampah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan lingkungan. (Widodo,Djoko: 2006)
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi
pengetahuan tentang penyakit retinablastoma ke masyarakat luas yang mana di
negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu
memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien
dengan Thypus Abdominalis.
1. 2 Batasan Topik
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka terdapat beberapa batasan topik sebagai berikut :
1.
Bagaimana konsep dasar penyakit Thypus Abdominalis itu ?
2.
Bagaimana konsep anatomi fisiologi
digestive system pada Thypus Abdominalis?
3.
Bagaimana patofisiologi atau
perjalanan penyakit Thypus Abdominalis dan WOC sehingga menyebabkan
gangguan ke system tubuh ?
4.
Bagaimana asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien Thypus Abdominalis beserta analisa data dari kasus ?
5.
Bagaimana aspek legal etik pada pasien
Thypus Abdominalis ?
6.
Bagaimana satuan acara penyuluhan
(SAP) pada pasien Thypus Abdominalis ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
KONSEP DASAR THYPUS
ABDOMINALIS
A.
Pengertian
Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Thypus Abdominalis, yaitu :
·
Menurut Arif Mansjoer,2000
Thyfus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna dengan
gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan
kesadaran.
·
Menurut Jan Tambayong, 2002
Thyfus
Abdominalis merupakan penyakit infeksi bakteri
yang hebat yang diawali di selaput lendir usus dan jika tidak segera diobati
secara progresif dapat menyerbu jaringan diseluruh tubuh.
·
Menurut Nursalam, 2005
Demam Typhoid
(enteric fever) adalah penyakit infeksi
Akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu
gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran.
·
Menurut Ngastiyah , 2002
Thyfus
Abdominalis (demam typoid, enteric fever)
ialah, penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan
gangguan kesadaran.
B.
Etiologi
Penyebab terjadinya Thypus Abdominalis itu adalah :
Nursalam dkk, 2005 Penyebab penyakit ini adalah salmonella
typhosa yang mempunyai ciri- ciri sebagai berikut :
Basil garam negatif yang begerak dengan bulu getar dan tidak
berspora.
Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu :
-
antigen O (somatiik yang terdiri
zat kompleks lipopolisakarida),
-
antigen H (flagella),
-
dan antigen Vi dalam serum pasien
terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
·
faktor-faktor antara lain
(Panyakit dalam Soegeng Soegijanto, 2002):
-
pengetahuan tentang kesehatan diri
dan lingkungan yang relative rendah,
-
penyediaan air bersih yang tidak
memadai.
-
Keluarga dengan hygiene sanitasi
yang rendah,
-
pemasalahan pada identifikasi dan
pelaksanaan karier,
-
keterlambatan membuat diagnosis
yang pasti,
-
pebogenesis dan faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum
tersedianya vaksin yang efektif, aman dan murah
C. Klasifikasi
Klasifikasi dari Thypus Abdominalis itu adalah :
1.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna , gangguan kesadaran
2.
Paratypus adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin
sesekali penderita mengalami buang - buang
air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah
terang. Bibir kering , dan kondisi fisik tampak lemah , serta nyata tampak
sakit. Jika sudah lanjut , mungkin muncul gejala kunin,sebab pada tipus oragan
limfa dan hati bias membengkak seperti gejala hepatitis.
D.
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala
yang ditimbulkan Thypus
Abdominalis adalah
a.
Masa tunas demam tifoid
berlangsung antara 10-14 hari.
b.
Pada minggu pertama gejala klinis
penyakit ini di temukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya yaitu
-
Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di
perut,batuk dan epistaksis.
-
Pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan :
§ Suhu badan menigkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan
dan terutama pada sore hingga malam hari.
§ Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
·
Demam, bradikardia relatif (bradikardia
relatif adalah peningkatan suhu 10C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8
kali per menit),
·
Lidah yang berselaput (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah serta teremor),
·
Hepatomegali,
·
Splenomegali,
·
Meteroismus,
·
Gangguan mental berupa somolen
stupor, koma, delerium, atau psikosis. Roseolae jarang di temukan pada orang Indonesia.
E.
Komplikasi dari Thypus Abdominalis
Apabila Thypus Abdominalis tidak segera tertangani, akan menimbulkan komplikasi sebagai
berikut :
1.
Pada usus halus:
a.
Perdarahan usus. Hanya
sedikit ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika
perdarahan banyak, terjadi melena, dapat disertai nyeri perut.
b.
Perforasi usus. Timbul
biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal
ileum.
c.
Peritonitis. Biasanya
menyertai perforasi. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut hebat,
dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.
2.
Di luar usus
Terjadi
karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterinya) yaitu meningitis,
kolesistisis, enselovati, dll.
F.
Prognosis dari Thypus Abdominalis
Apabila Thypus Abdominalis tidak segera tertangani, akan menimbulkan prognosis sebagai
berikut :
-
Umumnya prognosis typhus abdominalis pada anak adalah baik, asal klien
cepat berobat. Mortalitas pada klien yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi
tidak baik bila terdapat gambaran klinik yang berat seperti:
Demam tinggi (hipertireksia) atau febris
continue
Kesadaran sangat menurun
Terdapat komplikasi yang berat misalnya
dehidrasi dan asidosis, perforasi.
2.2 KONSEP
ANATOMI DAN FISIOLOGI DIGESTIVE SYSTEM THYPUS ABDOMINALIS
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
A. Bagian-bagian pencernaan dan fungsinya, meliputi :
1.
Oris (Mulut) : Mulut adalah permulaan dari saluran
pencernaan yang terdiri dari dua bagian yaitu
:
a.
Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi,
bibir dan pipi.
b.
Bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang maxilaris, palatum dan mandibularis dibagian belakang
bersambung dengan fharing. Terdiri atas
dua bagian yaitu :
-
Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas
tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxilaris dan lebih ke belakang
terdiri dari dua tulang palatum.
-
Palatum mole (palatum lunak) terletak dibagian belakang
yang merupakan lipatan mengngantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan
fibrosa dan selaput lendir.
2.
Lidah terletak di lantainya dan terikat pada tulang hioid, di garis tengah
sebuah lipatan membran mukosa atau (prenulum
linguas) menyambung lidah dengan lantai mulut
3.
Fharing (Tenggorokan) : Merupakan
organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan. Fharing merupakan saluran berbentuk
kerucut dan bahan memberan berotot (muskulo memberanosa) dengan bagian terlebar
di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebrata servikal ke
IV, yaitu ketinggian tulang rawan krekoid, tempat fharing bersambung dengan esofagus.
-
Di dalam lengkungan fharing terdapat tonsil, yaitu kalenjar
limfe yang banyak mengandung limposit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi.
·
Faring terletak di belakang hidung, mulut, dan laring
·
Panjang fharing kira-kira 7
cm di bagi atas tiga bagian yaitu
-
nasofharing bermuara pada tuba yang menghubungkan tekak
dengan gendang telinga.
-
Pada bagian media di sebut dengan orofaring,
bagian ini terbatas sampai di akar lidah.
-
sedangkan di bagian anterior di sebut dengan laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
4.
Esophagus (Kerongkongan) : Merupakan saluran yang menghubungkan antara tekak dengan
lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring
sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung.
-
Lapisan dinding dari dalam keluar adalah
lapisan Selaput lendir, lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkular dan
lapisan otot memanjang longitudinal.
-
Eshopagus terletak dibelakang trakhea dan didepan tulang punggung
setelah mulalui thoraks menembus diafragma masuk kedalam abdomen menyambung
dengan lambung.
5.
Gaster (Lambung) : Merupakan bagian saluran yang dapat
mengembang paling banyak terutama didaerah epigastrik lambung terletak terutama di daerah epigastrik dan sebagian disebelah
kiri daerah hopokondria dan umbilical.
-
Terdiri dari bagian atas yaitu : fundus ventrikuli bagian yang menonjol keatas
terletak disebelah kiri osteom kardium,
suatu lekukan pada bagian bawah kurpatura minor,
-
Susunan lapisan lambung dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput
lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot miring, lapisan otot panjang,
lapisan jaringan ikat atau serosa.
6.
Intestinum Minor (Usus Halus) : Usus halus
adalah tabung yang panjangnya + 2,5 m usus alus memanjang dari lambung
sampai katup iliokolika tempat
tersambungnya dengan usus besar. Usus halus terletak didaerah umbilicus dan
dikelilingi oleh usus dalam beberapa bagian, yaitu:
-
Duodenum merupakan bagian pertama usus halus yang panjangnya 25
cm berbentuk sepatu kuda dan kepalanya megelilingi kepala pankreas saluran
empedu dan saluran pankreas masuk kedalam duodenum pada suatu lubang yang
disebut ampula hepatopangkeratika atau
ampula fateri.
-
Jejenum menempati dua perlima sebelah atas dari usus alus dengan
panjang + 2,3 m dari ilium.
-
Ilium dan jejenum melekat pada
dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas, di kenal sebagai misentrium.
Dinding usus halus terdiri atas empat lapisan yang sama dengan lambung,
-
Dinding luar adalah membran serosa,
yaitu peritonium yang membalut
usus dengan erat.
-
Dinding lapisan berotot terdiri atas dua lapisan serabut longitudinal dan di bawahnya ada
lapisan tebal teridiri atas serabut sirkuler.
-
Fungsi usus halus adalah menerima zat-zat makanan yang sudah di cerna untuk
di serap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran limfe
7.
Intestinum Mayor (Usus Besar)
: Panjangnya ±
1,5 meter yang merupakan sambungan dari usus halus, mulai dari katub ilokolik
atau ileosekal yaitu tempat yang di lewati oleh sisa makanan.
-
Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal dari
bakteri coli dan sebagai tempat
feces.
-
Lapisan usus besar terdiri dari empat lapisan dari dalam keluar, yaitu
selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan jaringan
ikat.
8.
Rektum & Anus :
a.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
- Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
- Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.
b.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh.
- Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit)
- dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin
berotot (sfingter ani) menjaga
agar anus tetap tertutup.
B.
Fisiologi Pencernaan
Beberapa fungsi pencernaan diantaranya adalah :
1.
Menerima makanan
2.
Memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)
3.
Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
4.
Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
5.
Makanan masuk melalui mulut
kemudian dikunyah oleh gigi, gigi anterior (insisivus) menyediakan kerja
memotong yang kuat dan gigi posterior (molar), kerja menggiling. Semua otot
rahang yang bekerja dengan bersama- sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan
sebesar 55 pound pada insisivus dan 200 pound pada molar.
6.
Setelah itu makanan ditelan, menelan merupakan mekanisme yang kompleks,
terutama faring yang hampir setiap saat melakukan fungsi lain disamping
menelan makanan dan hanya diubah dalam
beberapa detik dalam traktus untuk mendorong makanan.
a.
Esophagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan dari faring kelmbung
dan gerakannya diatur secara khusus untuk melakukan fungsi tersebut.
b.
Fungsi lambung ada tiga, yaitu :
-
penyimpanan sejumlah besar makanan sampai makanan dapat diproses didalam
duodenum,
-
pencampuran makan ini dengan sekresi setengan cair yang disebut dengan
kimus.
-
Pengosongan makanan dengan lamat dari lambung ke usus halus pada kecepatan
yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus halus.
7.
Makanan akan digerakkan dengan
melakukan gerakan pristaltik. Pristaltik usus yang normal adalah 12 kali per
menit. Makanan kemudian akan didorong ke usus besar dan akan diabsorpsi baik
air, elektrolit, dan penimbunan bahan feces di rektum sampai dapat dikeluarkan
melalui anus melalui proses defekasi.
2.3 PATOFISIOLOGI
ATAU PERJALANAN PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh
orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi
masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam
lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke
aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial
ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula
disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia.
Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus.
Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
2.4 ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN THYPUS ABDOMINALIS
v KASUS PEMICU
Nn.MW MRS dengan keluhan panas tinggi
naik turun, susah menelan dan nyeri tenggorokan. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan S 38,5 C, N 84 x/mnt dan didapatkan dari pemeriksaan darah lengkap
diperoleh Widal 1/200
A. Pengkajian
I.
Identitas
-
Nama : Nn.MW
-
Jenis kelamin : Perempuan
-
Umur :
20 tahun
-
Status perkawinan : Belum Menikah
-
Pendidikan : Mahasiswa
-
Suku/Bangsa : Indonesia
-
Alamat : Ds Palang - Tuban
-
Pekerjaan orangtua : pedagang ikan
-
Sumber informasi : Pasien dan
orang tua
-
Keluhan Utama
: Panas
II.
Riwayat Keperawatan
v Riwayat Penyakit Sekarang :
-
P : Nn.MW dibawa
ke RS karena merasakan badannya panas sekali sejak 1 minggu yg lalu. Nn.MW juga
mengeluh nyeri tenggorokkan dan susah utk menelan, sehingga nafsu makannya
menurun. Nn.MW sebelumnya pernah berobat ke bidan di desanya dan diberi obat
panas tetapi meskipun begitu panasnya tdk kunjung sembuh. Terkadang sembuh tapi
panas lagi.
-
Q : panas tinggi
yang dirasakan naik turun, setiap malam mengeluh panas tetapi saat pagi
panasnya sembuh itu terjadi sudah1 minggu
-
R : Nn.MW
merasakan panas di seluruh tubuh
-
S : panas tinggi
yg dirasakan sangat mengganggu aktivitas Nn.MW, sampai-sampai dia sering tdk
masuk kuliah karena panas yg dialami.
-
T : panas yg
dirasakan sangat tinggi saat malam hari, dan sudah 1 minggu. Sehingga Nn.MW tdk
nyaman saat tidur.
v Riwayat Penyakit Dahulu : orang tua Nn.MW mengatakan Nn.MW tdk pernah menderita tipus
sebelumnya, tapi sering panas dan sembuh jika diberi obat penurun panas.
v Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada riwayat penyakit keluarga.
III.
Observasi dan Pemeriksaan Fisik
v Keadaan Umum :
-
Nn.MW tampak lemah
-
Nn.MW tampak gelisah
-
Bibir Nn.MW tampah kering dan
pecah2
-
Mata Nn.MW terlihat sayu dan
berair
v
TTV :
-
S : 38,5 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)
-
N : 84 x/menit ( 70 – 75 x/menit)
-
TD : 110/80 mmHg (S :100-120 D ; 60-90 mmHg)
-
RR : 18 x/menit (15 – 20
x/menit)
v
Pemeriksaan Fisik
-
Konjungtiva anemis
-
Kesadaran menurun= apatis 2.2.3
-
Mukosa bibir kering ,pecah-pecah
-
Bau mulut , berselaput putih pada lidah
dan tepi hiperemi (lidah tifoid)
-
Perut agak kembung dan nyeri tekan
-
Roseola pada punggung
v
Pemeriksaan penunjang
-
Pemeriksaan darah lengkap diperoleh widal 1/200
v
Body System
·
B1 (Breathing)
-
Nn.MW tampak lemah
-
Bentuk dada normal
-
Tdk menggunakan otot bantu
pernapasan
-
PCH (-)
-
Suara pernapasan tambahan (-)
-
Frekuensi pernapasan dg RR 18
x/mnt
·
B2 (Blood)
-
Didapatkan TD normal (110/80 mmHg)
-
Takikardi (84 x/mnt)
-
Konjungtiva anemis
-
Sianosis perifer
-
CRT meningkat (> 3 detik)
-
Hb = 10,6 gram/dl (12-14 gram/dl)
-
Trombosit = 100.000 sel/UL (150.000-450.000 sel/UL)
-
Leukosit = 3500
sel/ml (4000-11000 sel/ml)
·
B3 (Brain)
-
Terlihat cemas
-
Kesadaran compos mentis dg GCS 456
-
Didapatkan S 38,5 celcius
·
B4 (Bladder)
-
Pola BAK teratur dan tdk ada
kesulitan BAK
-
Produksi urine : 1500cc/hari
(urine bag)
-
Frekuensi berkemih : 5x/ hari,
warna kuninng jernih, bau khas urine
·
B5 (Bowel)
-
Nafsu makan menurun dg porsi 1/2
piring tdk habis
-
Pola makan 2 x sehari
-
BB menurun (dr 50 kg mnjadi 47 kg)
-
Keadaan Lidah kotor
-
Gangguan menelan
-
Nyeri tenggorokkan
·
B6 (Bone)
-
Nn.MW terlihat lemah
-
Akral teraba panas
-
Kekuatan otot 75 % dg skala 4
IV.
Pemeriksaan
penunjang
- Pemeriksaan Rutin : pemeriksaan darah perifer lengkap sering di temukan leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah darah pada demam tifoid dapat meningkat.
- Uji widal : untuk deteksi antibodi terhadap kuman S typhi, untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu:
-
Aglutin in O ( dari tubuh kuman )
-
Aglutinin H ( flagela kuman )
-
Aglutinin Vi ( simpai kuman )
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan
untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini. titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan progresif.
- Kultur darah : Hasil biakan darah yang positf memastikan demam tifoid
B. ANALISA DATA
v Analisa data
1
DATA
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
Ds : Nn.MW mengatakan
badannya panas
Do:
·
Trombosit = 100.000 sel/UL (150.000-450.000 sel/UL)
·
Leukosit = 3500 sel/ml
(4000-11000 sel/ml)
o Nn.MW tampak lemah
o Bibir Nn.MW tampah kering
dan pecah2
o Suhu tubuh 38,5 C
o Akral teraba panas
o Uji widal didaptkan titer
1/200
|
Salmonela typhosa masuk
krongga usus
Mengeluarkan endotoxin
Sintesa dan pelepasan zat
pirogen
Zat pirogen beredar di darah
Merangsang pusat
termoregulator (hipotalamus)
Peningkatan set.ponit
hipotalamus
Suhu tubuh meningkat
gg.Keseimbangan suhu tubuh
|
Gangguan keseimbangan suhu
tubuh (hipertermi)
|
v Analisa data
2
DATA
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
Ds: Nn.MW
mengatakan nafsu makan menurun
Do:
- Hb = 10,6
gram/dL
- BB: 50Kg
-> 48 Kg (Antropometri)
- Pengecapan
lidah : bau mulut , berselaput putih pada lidah dan tepi hiperemi (lidah tifoid)
- Bibir
kering pecah-pecah, mukosa mulut kering
- Perut agak
kembung
-
mual/ muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit
bahkan setengah porsi
|
Bakteri salmonela masuk ke
sal.cerna
Tertinggal di faring
Iritasi faring
Nyeri tenggorokan
Anorexia
HCl meningkat
Mual muntah
gg. Pemenuhan kebutuhan
nutrsi
|
Pemenuhan nutri kurang dari
kebutuhan tubuh
|
C. DAFTAR DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Gangguan keseimbangan suhu
tubuh (hipertermia) b.d proses peradangan usus oleh Salmonella
typhosa
2.
Gangguan Pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dr kebutuhan tubuh b.d susah menelan,nafsu makan menurun
3.
Kekurangan volume cairan b.d
peningkatan evaporasi akibat demam tinggi
4.
Gangguan konsep diri b.d halitosis
akibat lidah kotor
5.
Gangguan rasa nyaman (nyer) b.d
nyeri otot
D. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl
|
No.dx
|
Intervensi
|
Rasional
|
Jam/tgl
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
TTD
|
30 Maret 2012
|
1.
Tujuan :
Dalam waktu 1x8 jam suhu tubuh dalam batas
normal
Criteria hasil :
- Klien mengatakan badannya tdk panas lagi
- Pemeriksaan suhu tubuh normal antara
36,5-37,5 celcius
- Bibir tampak lembab tdk pecah
- Uji widal <1/200(negative)
- Leukosit dalam batas normal (4000-11000
sel/ml)
·
Trombosit dalam batas normal (150.000-450.000 sel/UL)
|
1.
Kaji suhu pasien
2.
Kaji suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur sesuai
indikasi
3.
Berikan kompres mandi hangat pada axila, leher atau
lipatan paha, hindari penggunaan air es dan alkohol
4.
Anjurkan pasien untuk banyak
minum, minum ±2,5 liter / 24 jam
5.
Kolaborasi :
-
Berikan antipiretik
-
Berikan antibiotic (kloramfenikol)
|
1.
Suhu meningkat menunjukkan proses penyakit infeksi akut
2.
Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
3.
Dapat mengurangi demam. Axila, leher atau lipatan paha
terdapat pembuluh darah yg lebih besar. Catatan : penggunaan air es mungkin
menyebabkan kedinginan dan mecahkan pembuluh darah, selain itu alkohol dapat
mengeringkan kulit.
4.
peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang
banyak
5.
Antipiretik digunakan untuk mengurangi demam dengan
aksi sentral pada hypothalamus.
Antibiotic digunakan untuk mengatasi penyebab inflamasi (bakteri S.Typii).
|
|
1.
Mengkaji suhu pasien
2.
Mengkaji suhu lingkungan, membatasi linen tempat tidur
sesuai indikasi
3.
Memberikan kompres mandi hangat pada axila, leher atau
lipatan paha, menghindari penggunaan air es dan alcohol
4.
Anjurkan pasien untuk banyak
minum, minum ±2,5 liter / 24 jam
5.
Melakukan kolaborasi :
-
Mberikan antipiretik
-
Mberikan antibiotik
|
S : Nn.MW mengatakan badanya masih panas
O :
-
Suhu tubuh 37,8 celsius
-
Bibir tampak lembab
-
Leukosit= 6000
-
Uji widal 1/160
-
Trombosit = 200.000 sel/UL
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1 2 3 4 5
|
|
|
2.
Tujuan :
Dalam waktu 1X8 jam mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.
Criteria hasil :
•
Kadar Hb
dalam batas normal. ( 12-14 gram/dl)
• Klien mengatakan nafsu makan meningkat
• Mampu menghabiskan makanan sesuai dengan
porsi yang diberikan
• Tdk tampak lemah
• Menunjukkan peningkatan berat badan
• Konjungtiva normal (merah muda)
|
1.
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.
2.
Kaji adanya alergi
makanan
3.
Monitor tipe dan jumlah
aktifitas yang biasa dilakukan
4.
Timbang berat badan klien setiap 2 hari
5.
Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
6.
Kolaborasi
-
Ahli gizi : Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak
serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat
masih hangat.
-
Dokter : berikan antasida dan nutrisi parenteral.
|
1.
untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi
untuk makan meningkat.
2.
Alergi makanan dapat
mempengaruhi status nutrisi pasien
3.
Latihan dapat membantu mempertahankan tonus
otot atau berat badan dan melawan depresi
4.
untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.
5.
untuk menghindari mual dan muntah.
6.
Kolaborasi:
-
ahli gizi : untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan dan
mencegah perdarahan/perforasi usus
-
dokter : antasida mengurangi rasa mual dan
muntah.
Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang |
|
1.
Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.
2.
Mengkaji adanya alergi
makanan
3.
Memonitor tipe dan jumlah
aktifitas yang biasa dilakukan
4.
Menimbang berat badan klien setiap 2 hari
5.
Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
6.
Melakukan kolaborasi
-
Ahli gizi : Menberikan nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung
banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan
saat masih hangat.
-
Dokter : Memberikan antasida dan nutrisi parenteral
|
S : Nn.MW mengatakan nafsu makannya bertambah.
O :
-
Makan 1
porsi habis
-
Mukosa bibir lembab
-
Tdk tamapak
lelah
-
Berat
badan 49
-
Konjuntiva
merah muda
-
Hb= 12 gram/dL
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
|
|
2.5 LEGAL ETIK
PADA PASIEN RETINOBLASTOMA
Hukum
merupakan proses yang dinamis sehingga tenaga kesehatan juga harus selalu
memperbarui pengetahuan mereka tentang hukum yg berlaku saat itu. Prinsipnya
jujur pada pasien dan meminta informed consent atas semua tindakan atau
pemeriksaan merupakan tindakan yg paling aman untuk menghindari implikasi
hukum.
Dasar etik di
bidang kesehatan yang tidak dapat berubah adalah “KESEHATAN KLIEN
SENANTIASA AKAN SAYA UTAMAKAN”. Dijabarkan menjadi 6 azas :
1. Asas menghormati otonomi klien
2. Asas kejujuran
3. Asas tidak merugikan
4. Asas manfaat
5. Asas kerahasian
6. Asas keadilan
Prinsip etik
yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, internasional dalam
menghadapi pasien adalah :
1. Empati
2. Solidaritas
3. Tanggung jawab
§ Aspek Legal dan etik
Informed consent
adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut
(Permenkes, 1989). Dasar dari informed consent yaitu:
a. Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang
memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya
b. Kemenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16: dalam melaksanakan
kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan
tindakan yang akan dilakukan.
c. PP No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1:
bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan infornmasi dan
meminta persetujuan .
d. UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2:
tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan atau keluarga.
§ aspek penting dalam informed consent, yaitu :
1. Persetujuan harus diberikan secara sukarela
2. Persetujuan harus diberikan oleh individu yg mempunyai kapasitas
dan kemampuan utk memahami
3.
Persetujuan harus diberikan
setelah diberikan informasi yg cukup sbg pertimbangan utk membuat keputusan
§ Penatalaksanaan
pada pasien Thypus Abdominalis
1.
Perawatan
a.
Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b.
Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk
mencegah dekubitus
c.
Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
2.
Diet
a.
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein
b.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7 hari.
3.
Obat-obatan
a.
Antimikroba
-
Kloramfenikolü
-
Tiamfenikol
-
Co-trimoksazol (Kombinasi
Trimetoprim dan Sulkametoksazol)
b.
Obat Symptomatik
-
Antipiretik
-
Kartikosteroid, diberikan pada
pasien yang toksik
-
Supportif : vitamin-vitamin.
-
Penenang : diberikan pada pasien
dengan gejala neuroprikiatri (Rahmad Juwono, 1996).
2.6 SATUAN ACARA
PENYULUHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
Pokok Bahasan : Penyakit Thypus Abdominalis
Sub pokok bahasan : Perawatan Penyakit Thypus Abdominalis
Hari/tanggal :
Jum’at, 30-03-2012
Jam :
10.00 WIB
Tempat :
Balai Dsn. Dsn. Gendis Kec.Babatan Kab.Tuban
Sasaran :
Warga Dsn. Gendis Kec.Babatan Kab.Tuban
Penyuluh :
Mahasiswa STIKES NU Tuban
I.
Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat setempat dapat mengerti dan
memahami tentang penyakit Thypus Abdominalis
II.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat setempat mampu :
1.
Menjelaskan pengertian penyakit
Thypus Abdominalis
2.
Menjelaskan tanda dan gejala penyakit
Thypus Abdominalis
3.
Menjelaskan faktor penyebab penyakit Thypus Abdominalis
4.
Menjelaskan pencegahan penyakit Thypus Abdominalis
III. Materi
1.
Pengertian penyakit Thypus Abdominalis
2.
Tanda dan gejala penyakit Thypus Abdominalis
3.
Faktor penyebab penyakit Thypus Abdominalis
4.
Pencegahan penyakit Thypus Abdominalis
IV. Metode
1. Ceramah
2.
Diskusi
3.
Tanya jawab
V.
Alat dan Media
- Leaflet
- Flip Chart
- Laptop
- LCD
VI.
Kegiatan
Penyuluhan
No
|
Waktu
|
Kegiatan
|
||
Pembicara
|
mahasiswa
|
Penanggung Jawab
|
||
1
|
5 Menit
|
Pembukaan
1)
Memberi
salam
2)
Memperkenalkan
diri
3)
Menyampaikan
topik
4)
Menjelaskan
tujuan penyuluhan
5)
Menjelaskan
mekanisme penyuluhan
6)
Melakukan Kontrak waktu
|
1)
Menjawab salam
2)
Mendengarkan
3)
Mendengarkan
4)
Mendengarkan
5)
Mendengarkan
6)
Mendengarkan
|
Moderator
|
2
|
10 Menit
|
Penyajian Materi
1)
Mengkaji
pengetahuan awal dan pengalaman mayarakat setempat tentang
topik yang akan disampaikan
2)
Menyampaikan
materi tentang :
a.
Pengertian penyakit Thypus Abdominalis
b.
Tanda dan gejala penyakit Thypus Abdominalis
c.
Faktor penyebab penyakit Thypus Abdominalis
d.
Pencegahan penyakit Thypus Abdominalis
|
1)
Menjawab
2)
Mendengarkan
dan Memperhatikan
|
Penyaji
|
3
|
10 Menit
|
Evaluasi
1)
Memberikan kesempatan
pada masyarakat setempat atau peserta penyuluhan untuk bertanya
|
1)
Bertanya
|
Penyaji
|
5 Menit
|
2) Menanyakan kembali pada peserta penyuluhan
tentang materi yang disampaikan
|
2) Menjawab
|
Moderator
|
|
4
|
5 Menit
|
Penutup
1)
Menyimpulkan
Materi
2)
Memberi
Salam
|
1)
Mendengarkan
2)
Menjawab salam
|
Moderator
Fasilitator
|
VII.
Pengorganisasian dan Job Discription
1. Pembimbing : Hamidatus Daris,S.Kep,Ns
2. Moderator : Moh.Mas Fuad
Job Discription : Membuka dan menutup kegiatan
Membuat susunan
acara dengan jelas
Memimpin jalannya kegiatan
3. Penyaji : Nur Vadhillah
Job
Discription : Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas
4. Observer : Eko Remon Karisma
Job
Discription : Membuat resume
kegiatan SAP
Mengobservasi semua kegiatan penyuluhan
5. Fasilitator :
Job Discription : Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
Memotivasi audience untuk bertanya
Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan
audience
MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
I.
PENGERTIAN PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi
yang mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna, gangguan kesadaran.
II.
TANDA DAN GEJALA PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
1.
Perasaan tidak enak badan
2.
Lesu
3.
Nyeri kepala
4.
Pusing-pusing, tidak
bersemangat
5.
Bibir kering, pecah-pecah
6.
Perut agak kembung dan nyeri tekan.
7.
Suhu badan meningkat; lebih dari 7
hari. Pada kasus-kasus tertentu, demam berlangsung selama 3 minggu
8.
Bintik kemerahan pada punggung. Biasanya
ditemukan pada minggu pertama demam
9.
Kadang diare, mual, muntah
III.
FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa. Kuman ini dapat hidup dengan
baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yanng lebih rendah sedikit,
namun mati pada suhu 700C maupun oleh antiseptic.
IV.
PENCEGAHAN PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
a.
Dengan mengetahui cara penyebaran
penyakit, maka dapat dilakukan pengendalian.
b.
Perlu diperhatikan faktor
kebersihan lingkungan.
c.
Pembuangan sampah, perlindungan
terhadap suplai makanan dan minuman, peningkatan ekonomi dan peningkatan
kebiasaan hidup sehat serta mengurangi populasi lalat
d.
Memberikan pendidikan kesehatan
dan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan tinja) secara berkala terhadap penyaji
makanan baik pada industri makanan maupun restoran.
e.
Sterilisasi pakaian, bahan, dan
alat-alat yang digunakan klien dengan menggunakan antiseptik.
f.
Mencuci tangan dengan sabun.
DAFTAR HADIR PESERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)
PENYAKIT TYPHUS
ABDOMINALIS
DI AULA RUMAH SAKIT NU TUBAN
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
TANDA
TANGAN
|
|
|
|
|
BAB
III
RINGKASAN
Sistem pencernaan atau sistem
gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam
manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
Thyfus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam
lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa. Kuman ini dapat
hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yanng lebih rendah
sedikit, namun mati pada suhu 700C maupun oleh antiseptic.
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Pada
minggu pertama gejala klinis penyakit ini di temukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu :
-
Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di
perut,batuk dan epistaksis.
-
Pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan :
§ Suhu badan menigkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan
dan terutama pada sore hingga malam hari.
§ Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
·
Demam, bradikardia relatif (bradikardia
relatif adalah peningkatan suhu 10C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8
kali per menit),
·
Lidah yang berselaput (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah serta teremor),
·
Hepatomegali,
·
Splenomegali,
·
Meteroismus,
·
Gangguan mental berupa somolen
stupor, koma, delerium, atau psikosis. Roseolae jarang di temukan pada orang Indonesia.
Apabila Thypus Abdominalis tidak segera tertangani, akan
menimbulkan komplikasi seperti perdarahan usus, perforasi
usus, peritonitis, meningitis, kolesistisis, enselovati, dll.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh
orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi
masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam
lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi
masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Dan di usus
ini akan mengalami infeksi oleh bakteri Salmonella typhosa yang disebut Typhus
Abdominalis.
Perawatan pada penderita typus abdominalis ini adalah dengan mengistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau
14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus,
Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus, Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas,
sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan. Diberikan diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein, Pada penderita
yang akut dapat diberi bubur saring, Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama
2 hari lalu nasi tim, Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah
penderita bebas dari demam selama 7
hari. Diberikan obat-obatan seperti antimikroba,
obat Symptomatik.
REFERENSI
PUSTAKA
Doenges M.
E., et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
M.Sjaifoellah
N, et al, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, FKUI, Jakarta.
Wolf, el al,
(1984),Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan,
PT.Jaya Pirusa, Jakarta.