Posted by : Unknown Minggu, 28 Oktober 2012



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN THYPUS ABDOMINALIS











 












PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2012

KATA PENGANTAR

                Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Thypus Abdominalis” dengan baik dan lancar.

            Laporan ini Penulis sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan ini, Penulis berharap dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan judul laporan yang telah ditentukan.
            Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
            Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Ibu Hamidatus Daris, S. Kep, Ns.  selaku dosen fasilitator SGD DS1 (Digestive System 1) serta kepada Allah SWT jualah diserahkan atas segala sesuatunya.
                                                                                   



 Tuban, 03 April 2012


Kelompok




BAB I
PENDAHULUAN


1. 1   Latar Belakang
Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang sebagai berikut :
Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh klien untuk memaksimalkan kesehatan klien.
Demam tyfoid masih merupakan penyakit endemis di Indonesia. Penyakit ini banyak menimbulkan masalah pada kelompok umur dewasa muda, karena tidak jarang disertai perdarahan dan perforasi usus yang sering menyebabkan kematian penderita. Selain itu penyakit ini memerlukan perawatan dan masa pemulihan sehabis perawatan yang cukup lama. Usaha imunisasi secara nasional terhadap demam tyfoid tidak lagi dilaksanakan dewasa ini karena vaksinnya belum ada yang memadai. ( Waluyo,Agung: 2000)
Tyfoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak bergantung pada keadaan iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara sedang berkembang di daerah tropis, hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan, dan kebersihan individu kurang baik. Di Indonesia tyfoid dapat ditemukan sepanjang tahun. Tidak ada persesuaian faham mengenai hubungan antara musim dan peningkatan jumlah kasus tyfoid. Ada peneliti yang mendapatkan peningkatan jumlah kasus pada musim hujan, ada yang mendapatkan peningkatan pada musim kemarau dan ada pula yang mendapatkan peningkatan pada peralihan antara musim kemarau dan musim hujan. (Soeparman, 1998).
 Insidens tyfoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan; didaerah jawa barat 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan didaerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan insiden diperkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan. (Widodo,Djoko: 2006)
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit retinablastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami  dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan Thypus Abdominalis.




1. 2  Batasan Topik
        Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa batasan topik sebagai berikut :
1.       Bagaimana konsep dasar penyakit Thypus Abdominalis itu ?
2.       Bagaimana konsep anatomi fisiologi digestive system pada Thypus Abdominalis?
3.       Bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit Thypus Abdominalis dan WOC sehingga menyebabkan gangguan ke system tubuh ?
4.       Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Thypus Abdominalis beserta analisa data dari kasus ?
5.       Bagaimana aspek legal etik pada pasien Thypus Abdominalis ?
6.       Bagaimana satuan acara penyuluhan (SAP) pada pasien Thypus Abdominalis ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    KONSEP DASAR THYPUS ABDOMINALIS
                                                       
A.      Pengertian
Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Thypus Abdominalis, yaitu :
·         Menurut Arif Mansjoer,2000
Thyfus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya  mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran.
·         Menurut  Jan Tambayong, 2002
Thyfus Abdominalis merupakan penyakit infeksi bakteri yang hebat yang diawali di selaput lendir usus dan jika tidak segera diobati secara progresif dapat menyerbu jaringan diseluruh tubuh.
·          Menurut  Nursalam, 2005
Demam Typhoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi   Akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam  yang lebih dari satu minggu gangguan pada pencernaan  dan gangguan kesadaran.
·         Menurut  Ngastiyah , 2002
Thyfus Abdominalis (demam typoid, enteric fever) ialah, penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.

B.      Etiologi
Penyebab terjadinya Thypus Abdominalis  itu adalah :
  Nursalam dkk, 2005 Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa yang mempunyai ciri- ciri sebagai berikut :
  Basil garam negatif yang begerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
  Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu :
-        antigen O (somatiik yang terdiri zat kompleks lipopolisakarida),
-        antigen H (flagella),
-        dan antigen Vi dalam serum pasien terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
·         faktor-faktor antara lain (Panyakit dalam Soegeng Soegijanto, 2002):
-        pengetahuan tentang kesehatan diri dan lingkungan yang relative rendah,
-        penyediaan air bersih yang tidak memadai.
-        Keluarga dengan hygiene sanitasi yang rendah,
-        pemasalahan pada identifikasi dan pelaksanaan karier,
-        keterlambatan membuat diagnosis yang pasti,
-        pebogenesis dan faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum tersedianya vaksin yang efektif, aman dan murah

C.    Klasifikasi
Klasifikasi dari  Thypus Abdominalis  itu adalah :
1.         Typus abdominalis  adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna , gangguan kesadaran
2.         Paratypus  adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin sesekali penderita mengalami buang  - buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering , dan kondisi fisik tampak lemah , serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut , mungkin muncul gejala kunin,sebab pada tipus oragan limfa dan hati bias membengkak seperti gejala hepatitis.



D.      Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang ditimbulkan Thypus Abdominalis  adalah
a.       Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari.
b.      Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini di temukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu
-        Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,batuk dan epistaksis.
-        Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan :
§  Suhu badan menigkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.
§  Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
·         Demam, bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 10C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit),
·         Lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta teremor),
·         Hepatomegali,
·         Splenomegali,
·         Meteroismus,
·         Gangguan mental berupa somolen stupor, koma, delerium, atau psikosis. Roseolae jarang di temukan pada orang Indonesia.

E.       Komplikasi dari Thypus Abdominalis
Apabila Thypus Abdominalis tidak segera tertangani, akan menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1.      Pada usus halus:
a.       Perdarahan usus. Hanya sedikit ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, terjadi melena, dapat disertai nyeri perut.
b.      Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum.
c.       Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.


2.      Di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterinya) yaitu meningitis, kolesistisis, enselovati, dll.
       
F.       Prognosis dari Thypus Abdominalis
Apabila Thypus Abdominalis tidak segera tertangani, akan menimbulkan prognosis sebagai berikut :
-          Umumnya prognosis typhus abdominalis pada anak adalah baik, asal klien cepat berobat. Mortalitas pada klien yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi tidak baik bila terdapat gambaran klinik yang berat seperti:
  Demam tinggi (hipertireksia) atau febris continue
  Kesadaran sangat menurun
  Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, perforasi.




2.2   KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI DIGESTIVE SYSTEM THYPUS ABDOMINALIS
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

A.      Bagian-bagian pencernaan dan fungsinya, meliputi :
1.       Oris (Mulut) : Mulut adalah permulaan dari saluran pencernaan yang terdiri dari dua bagian yaitu :   
a.    Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.
b.    Bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang maxilaris, palatum dan mandibularis dibagian belakang bersambung dengan fharing. Terdiri atas dua bagian yaitu  :
-          Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxilaris dan lebih ke belakang terdiri dari dua tulang palatum.
-          Palatum mole (palatum lunak) terletak dibagian belakang yang merupakan lipatan mengngantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
2.       Lidah terletak di lantainya dan terikat pada tulang hioid, di garis tengah sebuah lipatan membran mukosa atau (prenulum linguas) menyambung lidah dengan lantai mulut
3.       Fharing (Tenggorokan) : Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan. Fharing merupakan saluran berbentuk kerucut dan bahan memberan berotot (muskulo memberanosa) dengan bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebrata servikal ke IV, yaitu ketinggian tulang rawan krekoid, tempat fharing bersambung dengan esofagus.
-          Di dalam lengkungan fharing terdapat tonsil, yaitu kalenjar limfe yang banyak mengandung limposit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
·         Faring terletak di belakang hidung, mulut, dan laring
·         Panjang fharing kira-kira 7 cm di bagi atas tiga bagian yaitu
-          nasofharing bermuara pada tuba yang menghubungkan tekak dengan gendang telinga.
-          Pada bagian media di sebut dengan orofaring, bagian ini terbatas sampai di akar lidah.
-          sedangkan di bagian anterior di sebut dengan laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
4.       Esophagus (Kerongkongan) : Merupakan saluran yang menghubungkan antara tekak dengan lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung.
-            Lapisan dinding dari dalam keluar adalah lapisan Selaput lendir, lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkular dan lapisan otot memanjang longitudinal.
-            Eshopagus terletak dibelakang trakhea dan didepan tulang punggung setelah mulalui thoraks menembus diafragma masuk kedalam abdomen menyambung dengan lambung.
5.       Gaster (Lambung) : Merupakan bagian saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigastrik lambung terletak terutama di daerah epigastrik dan sebagian disebelah kiri daerah hopokondria dan umbilical.
-            Terdiri dari bagian atas yaitu : fundus ventrikuli bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri osteom kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurpatura minor,
-            Susunan lapisan lambung dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot miring, lapisan otot panjang, lapisan jaringan ikat atau serosa.
6.       Intestinum Minor (Usus Halus) : Usus halus adalah tabung yang panjangnya + 2,5 m usus alus memanjang dari lambung sampai katup iliokolika  tempat tersambungnya dengan usus besar. Usus halus terletak didaerah umbilicus dan dikelilingi oleh usus dalam beberapa bagian, yaitu:
-          Duodenum merupakan bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm berbentuk sepatu kuda dan kepalanya megelilingi kepala pankreas saluran empedu dan saluran pankreas masuk kedalam duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula hepatopangkeratika atau ampula fateri.
-          Jejenum menempati dua perlima sebelah atas dari usus alus dengan panjang + 2,3 m dari ilium.
-          Ilium dan jejenum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas, di kenal sebagai misentrium.
Dinding usus halus terdiri atas empat lapisan yang sama dengan lambung,
-          Dinding luar adalah membran serosa, yaitu peritonium yang membalut usus dengan erat.
-          Dinding lapisan berotot terdiri atas dua lapisan serabut longitudinal dan di bawahnya ada lapisan tebal teridiri atas serabut sirkuler.
-          Fungsi usus halus adalah menerima zat-zat makanan yang sudah di cerna untuk di serap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran limfe
7.       Intestinum Mayor (Usus Besar) : Panjangnya ± 1,5 meter yang merupakan sambungan dari usus halus, mulai dari katub ilokolik atau ileosekal yaitu tempat yang di lewati oleh sisa makanan.
-       Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal dari bakteri coli dan sebagai tempat feces.
-       Lapisan usus besar terdiri dari empat lapisan dari dalam keluar, yaitu selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan jaringan ikat.
8.       Rektum & Anus :
a.       Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
-  Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
-  Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.
b.      Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
-  Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
-  dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.



B.      Fisiologi Pencernaan
Beberapa fungsi pencernaan diantaranya adalah :
1.       Menerima makanan
2.       Memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)
3.       Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
4.       Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
5.       Makanan masuk melalui mulut   kemudian dikunyah oleh gigi, gigi anterior (insisivus) menyediakan kerja memotong yang kuat dan gigi posterior (molar), kerja menggiling. Semua otot rahang yang bekerja dengan bersama- sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan sebesar 55 pound pada insisivus dan 200 pound pada molar.
6.       Setelah itu makanan ditelan, menelan merupakan mekanisme yang kompleks, terutama faring yang hampir setiap saat melakukan fungsi lain disamping menelan  makanan dan hanya diubah dalam beberapa detik dalam traktus untuk mendorong makanan.
a.       Esophagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan dari faring kelmbung dan gerakannya diatur secara khusus untuk melakukan fungsi tersebut.
b.      Fungsi lambung ada tiga, yaitu :
-    penyimpanan sejumlah besar makanan sampai makanan dapat diproses didalam duodenum,
-    pencampuran makan ini dengan sekresi setengan cair yang disebut dengan kimus.
-    Pengosongan makanan dengan lamat dari lambung ke usus halus pada kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus halus.
7.       Makanan akan digerakkan dengan melakukan gerakan pristaltik. Pristaltik usus yang normal adalah 12 kali per menit. Makanan kemudian akan didorong ke usus besar dan akan diabsorpsi baik air, elektrolit, dan penimbunan bahan feces di rektum sampai dapat dikeluarkan melalui anus melalui proses  defekasi.







2.3   PATOFISIOLOGI ATAU PERJALANAN PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

 
2.4   ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN THYPUS ABDOMINALIS
v  KASUS PEMICU
Nn.MW MRS dengan keluhan panas tinggi naik turun, susah menelan dan nyeri tenggorokan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan S 38,5 C, N 84 x/mnt dan didapatkan dari pemeriksaan darah lengkap diperoleh Widal 1/200

A.      Pengkajian
                    I.            Identitas
-          Nama                                    : Nn.MW
-          Jenis kelamin                     : Perempuan
-          Umur                                    : 20 tahun
-          Status perkawinan          : Belum Menikah
-          Pendidikan                         : Mahasiswa
-          Suku/Bangsa                      : Indonesia
-          Alamat                                  : Ds Palang - Tuban
-          Pekerjaan orangtua        : pedagang ikan
-          Sumber informasi            : Pasien dan orang tua
-          Keluhan Utama                 : Panas

                  II.            Riwayat Keperawatan
v  Riwayat Penyakit Sekarang :
-          P         : Nn.MW dibawa ke RS karena merasakan badannya panas sekali sejak 1 minggu yg lalu. Nn.MW juga mengeluh nyeri tenggorokkan dan susah utk menelan, sehingga nafsu makannya menurun. Nn.MW sebelumnya pernah berobat ke bidan di desanya dan diberi obat panas tetapi meskipun begitu panasnya tdk kunjung sembuh. Terkadang sembuh tapi panas lagi.
-          Q         : panas tinggi yang dirasakan naik turun, setiap malam mengeluh panas tetapi saat pagi panasnya sembuh itu terjadi sudah1 minggu
-          R         : Nn.MW merasakan panas di seluruh tubuh
-          S          : panas tinggi yg dirasakan sangat mengganggu aktivitas Nn.MW, sampai-sampai dia sering tdk masuk kuliah karena panas yg dialami.
-          T          : panas yg dirasakan sangat tinggi saat malam hari, dan sudah 1 minggu. Sehingga Nn.MW tdk nyaman saat tidur.

v  Riwayat Penyakit Dahulu : orang tua Nn.MW mengatakan Nn.MW tdk pernah menderita tipus sebelumnya, tapi sering panas dan sembuh jika diberi obat penurun panas.
v  Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada riwayat penyakit keluarga.

                III.            Observasi dan Pemeriksaan Fisik
v  Keadaan Umum :
-       Nn.MW tampak lemah
-       Nn.MW tampak gelisah
-       Bibir Nn.MW tampah kering dan pecah2
-       Mata Nn.MW terlihat sayu dan berair
v  TTV :
-       S : 38,5 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)
-       N : 84 x/menit ( 70 – 75 x/menit)           
-       TD : 110/80 mmHg (S :100-120 D ; 60-90 mmHg)
-       RR : 18 x/menit (15 – 20 x/menit)
v  Pemeriksaan Fisik
-       Konjungtiva anemis
-       Kesadaran menurun= apatis  2.2.3
-       Mukosa bibir kering ,pecah-pecah
-       Bau mulut , berselaput putih pada lidah  dan    tepi hiperemi (lidah tifoid)
-       Perut agak kembung dan nyeri tekan
-       Roseola pada punggung
v  Pemeriksaan penunjang
-       Pemeriksaan darah lengkap  diperoleh widal    1/200
v   Body System
·         B1 (Breathing)
-          Nn.MW tampak lemah
-          Bentuk dada normal
-          Tdk menggunakan otot bantu pernapasan
-          PCH (-)
-          Suara pernapasan tambahan (-)
-          Frekuensi pernapasan dg RR 18 x/mnt


·         B2 (Blood)
-          Didapatkan TD normal (110/80 mmHg)
-          Takikardi (84 x/mnt)
-          Konjungtiva anemis
-          Sianosis perifer
-          CRT meningkat (> 3 detik)
-          Hb = 10,6 gram/dl (12-14 gram/dl)
-          Trombosit = 100.000 sel/UL (150.000-450.000 sel/UL)
-          Leukosit = 3500 sel/ml  (4000-11000 sel/ml)
·         B3 (Brain)
-            Terlihat cemas
-            Kesadaran compos mentis dg GCS 456
-            Didapatkan S 38,5 celcius
·         B4 (Bladder)
-            Pola BAK teratur dan tdk ada kesulitan BAK
-            Produksi urine : 1500cc/hari (urine bag)
-            Frekuensi berkemih : 5x/ hari, warna kuninng jernih, bau   khas urine
·         B5 (Bowel)
-            Nafsu makan menurun dg porsi 1/2 piring tdk habis
-            Pola makan 2 x sehari
-            BB menurun (dr 50 kg mnjadi 47 kg)
-            Keadaan Lidah kotor
-            Gangguan menelan
-            Nyeri tenggorokkan
·           B6 (Bone)
-            Nn.MW terlihat lemah
-            Akral teraba panas
-            Kekuatan otot 75 % dg skala 4



                IV.            Pemeriksaan penunjang
    1. Pemeriksaan Rutin  : pemeriksaan darah perifer lengkap sering di temukan leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah darah pada demam tifoid dapat meningkat.
    2. Uji widal : untuk deteksi antibodi terhadap kuman S typhi, untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu:
-    Aglutin in O ( dari tubuh kuman )
-    Aglutinin H ( flagela kuman )
-    Aglutinin Vi ( simpai kuman )
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini. titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan progresif.
    1. Kultur darah  : Hasil biakan darah yang positf memastikan demam tifoid
 
B.      ANALISA DATA
v  Analisa data 1
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
Ds : Nn.MW mengatakan badannya panas
Do:
·    Trombosit = 100.000 sel/UL (150.000-450.000 sel/UL)
·    Leukosit = 3500 sel/ml  (4000-11000 sel/ml)
o Nn.MW tampak lemah
o  Bibir Nn.MW tampah kering dan pecah2
o  Suhu tubuh 38,5 C
o  Akral teraba panas
o  Uji widal didaptkan titer 1/200
Salmonela typhosa masuk krongga usus

Mengeluarkan endotoxin

Sintesa dan pelepasan zat pirogen

Zat pirogen beredar di darah

Merangsang pusat termoregulator (hipotalamus)

Peningkatan set.ponit hipotalamus

Suhu tubuh meningkat

gg.Keseimbangan suhu tubuh
Gangguan keseimbangan suhu tubuh (hipertermi)



v  Analisa data 2
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
Ds: Nn.MW mengatakan  nafsu makan menurun
Do:
-    Hb = 10,6 gram/dL
-    BB: 50Kg -> 48 Kg  (Antropometri)
-    Pengecapan lidah : bau mulut , berselaput putih pada lidah  dan  tepi hiperemi (lidah tifoid)
-    Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering
-    Perut agak kembung
-    mual/ muntah saat makan  sehingga makan hanya sedikit bahkan setengah porsi
Bakteri salmonela masuk ke sal.cerna

Tertinggal di faring

Iritasi faring

Nyeri tenggorokan

Anorexia

HCl meningkat

Mual muntah

gg. Pemenuhan kebutuhan nutrsi
Pemenuhan nutri kurang dari kebutuhan tubuh

C.      DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Gangguan keseimbangan suhu tubuh  (hipertermia) b.d  proses peradangan usus oleh Salmonella typhosa
2.    Gangguan Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dr kebutuhan tubuh b.d susah menelan,nafsu makan menurun
3.    Kekurangan volume cairan b.d peningkatan evaporasi akibat demam tinggi
4.    Gangguan konsep diri b.d halitosis akibat lidah kotor
5.    Gangguan rasa nyaman (nyer) b.d nyeri otot



D.      INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl
No.dx
Intervensi
Rasional
Jam/tgl
Implementasi
Evaluasi
TTD
30 Maret 2012
1.        
Tujuan :
Dalam waktu 1x8 jam suhu tubuh dalam batas normal
Criteria hasil :
-    Klien mengatakan badannya tdk panas lagi
-    Pemeriksaan suhu tubuh normal antara 36,5-37,5 celcius
-    Bibir tampak lembab tdk pecah
-    Uji widal <1/200(negative)
-    Leukosit dalam batas normal (4000-11000 sel/ml)
·    Trombosit dalam batas normal (150.000-450.000 sel/UL)
1.       Kaji suhu pasien
2.       Kaji suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur sesuai indikasi
3.       Berikan kompres mandi hangat pada axila, leher atau lipatan paha, hindari penggunaan air es dan alkohol
4.       Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum ±2,5 liter / 24 jam
5.       Kolaborasi :
-        Berikan antipiretik
-        Berikan antibiotic (kloramfenikol)
1.       Suhu meningkat menunjukkan proses penyakit infeksi akut
2.       Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
3.       Dapat mengurangi demam. Axila, leher atau lipatan paha terdapat pembuluh darah yg lebih besar. Catatan : penggunaan air es mungkin menyebabkan kedinginan dan mecahkan pembuluh darah, selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
4.       peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
5.       Antipiretik digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral pada hypothalamus.  Antibiotic digunakan untuk mengatasi penyebab inflamasi (bakteri S.Typii).

1.       Mengkaji suhu pasien
2.       Mengkaji suhu lingkungan, membatasi linen tempat tidur sesuai indikasi
3.       Memberikan kompres mandi hangat pada axila, leher atau lipatan paha, menghindari penggunaan air es dan alcohol
4.       Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum ±2,5 liter / 24 jam
5.       Melakukan kolaborasi :
-        Mberikan antipiretik
-        Mberikan antibiotik
S : Nn.MW mengatakan badanya  masih panas
O :
-         Suhu tubuh 37,8 celsius
-         Bibir tampak lembab
-         Leukosit= 6000
-         Uji widal 1/160
-         Trombosit = 200.000 sel/UL
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1 2 3 4 5





2.       
Tujuan :
Dalam waktu 1X8 jam mampu  mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.
 Criteria hasil :
  Kadar Hb dalam batas normal. ( 12-14 gram/dl)
  Klien mengatakan nafsu makan meningkat
  Mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
  Tdk tampak lemah
  Menunjukkan peningkatan berat badan
  Konjungtiva normal (merah muda)

1.      Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.
2.      Kaji adanya alergi makanan
3.      Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
4.      Timbang berat badan klien setiap 2 hari
5.      Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
6.      Kolaborasi
-          Ahli gizi : Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.
-          Dokter : berikan antasida dan nutrisi parenteral.
1.      untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.
2.      Alergi makanan dapat mempengaruhi status nutrisi pasien
3.      Latihan dapat membantu mempertahankan tonus otot atau berat badan dan melawan depresi
4.      untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.
5.      untuk menghindari mual dan muntah.
6.      Kolaborasi:
-          ahli gizi : untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan dan mencegah perdarahan/perforasi usus
-          dokter : antasida mengurangi rasa mual dan muntah.
Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang

1.      Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.
2.      Mengkaji adanya alergi makanan
3.      Memonitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
4.      Menimbang berat badan klien setiap 2 hari
5.      Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
6.      Melakukan kolaborasi
-          Ahli gizi : Menberikan nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.
-          Dokter : Memberikan antasida dan nutrisi parenteral
S : Nn.MW mengatakan nafsu makannya bertambah.
O :
-         Makan 1 porsi habis
-          Mukosa bibir lembab
-          Tdk tamapak lelah
-          Berat badan 49
-         Konjuntiva merah muda
-         Hb= 12 gram/dL
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi





2.5   LEGAL ETIK PADA PASIEN RETINOBLASTOMA
Hukum merupakan proses yang dinamis sehingga tenaga kesehatan juga harus selalu memperbarui pengetahuan mereka tentang hukum yg berlaku saat itu. Prinsipnya jujur pada pasien dan meminta informed consent atas semua tindakan atau pemeriksaan merupakan tindakan yg paling aman untuk menghindari implikasi hukum.
Dasar etik di bidang kesehatan yang tidak dapat berubah adalah “KESEHATAN KLIEN SENANTIASA AKAN SAYA UTAMAKAN”. Dijabarkan menjadi 6 azas :
1.       Asas menghormati otonomi klien
2.       Asas kejujuran
3.       Asas tidak merugikan
4.       Asas manfaat
5.       Asas kerahasian
6.       Asas keadilan
Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, internasional dalam menghadapi pasien adalah :
1.       Empati
2.       Solidaritas
3.       Tanggung jawab
§  Aspek Legal dan etik
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut (Permenkes, 1989). Dasar dari informed consent yaitu:
a.       Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya
b.      Kemenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16: dalam melaksanakan kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
c.       PP No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1: bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan infornmasi dan meminta persetujuan .
d.      UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2: tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang  bersangkutan atau keluarga.

§  aspek penting dalam informed consent, yaitu :
1.       Persetujuan harus diberikan secara sukarela
2.       Persetujuan harus diberikan oleh individu yg mempunyai kapasitas dan kemampuan utk memahami
3.       Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yg cukup sbg pertimbangan utk membuat keputusan
§  Penatalaksanaan pada pasien Thypus Abdominalis
1.    Perawatan
a.         Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
b.         Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
c.          Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2.    Diet
a.          Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein
b.         Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c.          Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d.         Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7  hari.
3.    Obat-obatan
a.       Antimikroba
-          Kloramfenikolü
-          Tiamfenikol
-          Co-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulkametoksazol)
b.         Obat Symptomatik
-          Antipiretik
-          Kartikosteroid, diberikan pada pasien yang toksik
-          Supportif : vitamin-vitamin.
-          Penenang : diberikan pada pasien dengan gejala neuroprikiatri (Rahmad Juwono, 1996).


2.6   SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Pokok Bahasan                 : Penyakit Thypus Abdominalis
Sub pokok bahasan          : Perawatan Penyakit Thypus Abdominalis
Hari/tanggal                       : Jum’at, 30-03-2012
Jam                                        : 10.00 WIB
Tempat                                                : Balai Dsn.  Dsn. Gendis  Kec.Babatan Kab.Tuban
Sasaran                                                : Warga Dsn. Gendis  Kec.Babatan Kab.Tuban
Penyuluh                             : Mahasiswa STIKES NU Tuban
 

 I.     Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat setempat dapat mengerti dan memahami tentang penyakit Thypus Abdominalis
II.       Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat setempat mampu :
1.      Menjelaskan pengertian penyakit Thypus Abdominalis
2.      Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Thypus Abdominalis
3.      Menjelaskan faktor penyebab penyakit Thypus Abdominalis
4.      Menjelaskan pencegahan  penyakit Thypus Abdominalis
III.     Materi
1.      Pengertian penyakit Thypus Abdominalis
2.      Tanda dan gejala penyakit Thypus Abdominalis
3.      Faktor penyebab penyakit Thypus Abdominalis
4.      Pencegahan penyakit Thypus Abdominalis
IV.     Metode
1.       Ceramah
2.       Diskusi
3.       Tanya jawab
V.            Alat dan Media
  1. Leaflet
  2. Flip Chart
  3. Laptop
  4. LCD
VI.     Kegiatan Penyuluhan

No
Waktu
Kegiatan
Pembicara
mahasiswa
Penanggung Jawab
1
5 Menit
Pembukaan
1)   Memberi salam
2)   Memperkenalkan diri
3)   Menyampaikan topik
4)   Menjelaskan tujuan   penyuluhan
5)   Menjelaskan mekanisme penyuluhan
6)   Melakukan Kontrak waktu

1)    Menjawab salam
2)    Mendengarkan
3)    Mendengarkan
4)    Mendengarkan

5)    Mendengarkan

6)    Mendengarkan
Moderator
2
10 Menit
Penyajian Materi
1)   Mengkaji pengetahuan awal dan pengalaman mayarakat setempat tentang topik yang akan disampaikan
2)   Menyampaikan materi tentang :
a.      Pengertian penyakit Thypus Abdominalis
b.      Tanda dan gejala penyakit Thypus Abdominalis
c.       Faktor penyebab penyakit Thypus Abdominalis
d.      Pencegahan penyakit Thypus Abdominalis

1)   Menjawab



2)   Mendengarkan dan Memperhatikan

Penyaji


3
10 Menit
Evaluasi
1)  Memberikan kesempatan   pada masyarakat setempat atau peserta penyuluhan untuk bertanya

1)   Bertanya


Penyaji
5 Menit
2)  Menanyakan kembali pada peserta penyuluhan tentang materi yang disampaikan

2)   Menjawab
Moderator
4
5 Menit
Penutup
1)   Menyimpulkan Materi
2)   Memberi Salam

1)     Mendengarkan
2)     Menjawab salam
Moderator

Fasilitator

VII.           Pengorganisasian dan Job Discription
1.       Pembimbing      : Hamidatus Daris,S.Kep,Ns
2.       Moderator          : Moh.Mas Fuad
    Job Discription       : Membuka  dan menutup kegiatan
                                           Membuat susunan acara dengan jelas
                                           Memimpin jalannya kegiatan
3.       Penyaji                 : Nur Vadhillah
    Job Discription       :  Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas
4.       Observer             : Eko Remon Karisma
   Job Discription        : Membuat resume kegiatan SAP
                                         Mengobservasi semua kegiatan penyuluhan
5.       Fasilitator            :
Job Discription     : Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
                                                  Memotivasi audience untuk bertanya
                                                 Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan audience









MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS

I.            PENGERTIAN PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran.
II.            TANDA DAN GEJALA PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
1.       Perasaan tidak enak badan
2.       Lesu
3.       Nyeri kepala
4.       Pusing-pusing, tidak bersemangat
5.       Bibir kering, pecah-pecah
6.       Perut agak kembung dan nyeri tekan.
7.       Suhu badan meningkat; lebih dari 7 hari. Pada kasus-kasus tertentu, demam berlangsung selama 3 minggu
8.       Bintik kemerahan pada punggung. Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam
9.       Kadang diare, mual, muntah
III.            FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yanng lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 700C maupun oleh antiseptic.
IV.            PENCEGAHAN PENYAKIT THYPUS ABDOMINALIS
a.       Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit, maka dapat dilakukan pengendalian.
b.      Perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan.
c.       Pembuangan sampah, perlindungan terhadap suplai makanan dan minuman, peningkatan ekonomi dan peningkatan kebiasaan hidup sehat serta mengurangi populasi lalat  
d.      Memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan tinja) secara berkala terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan maupun restoran.
e.      Sterilisasi pakaian, bahan, dan alat-alat yang digunakan klien dengan menggunakan antiseptik.
f.        Mencuci tangan dengan sabun.

DAFTAR HADIR PESERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)
PENYAKIT TYPHUS ABDOMINALIS
DI AULA RUMAH SAKIT NU TUBAN

NO
NAMA
ALAMAT
TANDA TANGAN







































BAB III
RINGKASAN

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Thyfus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya  mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa. Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yanng lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 700C maupun oleh antiseptic.
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari.  Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini di temukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu :
-        Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,batuk dan epistaksis.
-        Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan :
§  Suhu badan menigkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.
§  Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
·         Demam, bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 10C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit),
·         Lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta teremor),
·         Hepatomegali,
·         Splenomegali,
·         Meteroismus,
·         Gangguan mental berupa somolen stupor, koma, delerium, atau psikosis. Roseolae jarang di temukan pada orang Indonesia.
Apabila Thypus Abdominalis tidak segera tertangani, akan menimbulkan komplikasi seperti perdarahan usus, perforasi usus, peritonitis, meningitis, kolesistisis, enselovati, dll.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Dan di usus ini akan mengalami infeksi oleh bakteri Salmonella typhosa yang disebut Typhus Abdominalis.
Perawatan pada penderita typus abdominalis ini adalah dengan mengistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus, Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus, Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan. Diberikan diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein, Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring, Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim, Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7  hari. Diberikan obat-obatan seperti antimikroba, obat Symptomatik.

























REFERENSI PUSTAKA

Doenges M. E., et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
M.Sjaifoellah N, et al, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.
Wolf, el al, (1984),Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan, PT.Jaya Pirusa, Jakarta.




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © WARUNG MATERI KEPERAWATAN - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -