Posted by : Unknown Sabtu, 03 Maret 2012


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN BRONKOPNEUMONIA


















PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2011
















KATA PENGANTAR

                Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Bronkopneumonia dengan baik dan lancar.

                Laporan ini Penulis sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan ini, Penulis berharap dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan judul laporan yang telah ditentukan.
                Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
                Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Ibu Hamidatus Daris,S.Kep,Ns  selaku dosen fasilitator SGD RS 2 (Respiratory Sistem 2) serta kepada Allah SWT jualah diserahkan atas segala sesuatunya.
                                                                                                               


                                                                                                                               




Tuban,  14 November 2011



                Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
1. 1  Latar Belakang
Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang sebagai berikut :
Bronkopneumonia adalah bagian dari penyakit pneumonia. Atau dapat diartikan bahwa bronkopneumonia adalah komplikasi dari pneumonia yang tidak terobati.
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Jadi, bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan
Manifestasi klinik Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).
Karena bronkopneumonia dalah salah satu bentuk dari penyakit pneumonia maka yang harus diobati adalah penyakit pneumonia. Pada balita dapat dicegah dengan memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Pada dewasa dapat dicegah dengan menghindari dari asap rokok karena asap rokok dapat melemahkan mucocilliary defence yang nantinya bakteri virus dapat mudah masuk ke saluran napas. Mungkin dilakukan upaya untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan, untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut seperti perawatan dan pengobatan.  Dengan memberikan dukungan keluarga dan rehabilitasi.
Maka pada laporan kelompok ini, penulis akan menjelaskan secara keseluruhan mengenai asuhan kperawatan pada klien dengan efusi pleura :
1. 2  Batasan Topik
Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa batasan topik sebagai berikut :
1.       Bagaimana konsep penyakit bronkopneumonia itu sendiri ?
2.       Bagaimana konsep anatomi fisiologi pernapasan ?
3.       Bagaimana patofisiolgi atau perjalanan penyakit bronkopneumonia itu tejadi pada tubuh ?
4.       Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien bronkopneumonia beserta analisa data dari kasus ?
5.       Bagaimana satuan acara penyuluhan yang diberikan terkait bronkopneumonia ?
6.       Bagaimana aspek legak etik dalam penanggulangan penyakit bronkopneumonia?
7.       Apa saja pencegahan dan pengobatan yang diberikan kepada pasien bronkopneumonia ?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1.  Konsep Dasar pneumonia
A.      Pengertian
§  Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
§  Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi.
§  Menurut Whaley & Wong
Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
§  Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B.      Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang  yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
a.       Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b.      Virus     : Legionella pneumonia
c.       Jamur   : Aspergillus spesies, Candida albicans
d.      Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
e.      Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya  tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis crani, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682)

C.      Tanda dan gejala
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. (Barbara C. long, 1996 :435)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat). (Sandra M. Nettina, 2001 : 683)



2.2.  Konsep anatomi fisiologi pernapasan
a.       Anatomi pernapasan
Organ pernapasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-organ persarafan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu rongga hidung, pharynx, larynx, trachea, dan bagian paru-paru yang berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah. Satu bagian saluran udara yang terletak di kepala yaitu:
§  Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari :
a)      Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara paranalis yang masuk kedalam rongga-rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan airmata kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung
b)      Parinx (Tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikid maka leteknya dibelakang hidung (naso farinx), dibelakang mulut (oro larinx), dan dbelakang farinx (farinx laryngeal).
§  Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :
a)      Larinx (tenggorokan) terletak di depan bag. Terendah pharin yang memisahkan dari kolumna veterbra, berjalan dari farine-farine sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trachea di bawahnya.
b)      Trachea (batang tenggorokan) yang kurang lebih 9cm panjangnya trachea berjalan dari larinx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke lima dan ditempat ini bercabang mejadi dua bronchus (bronchi).
c)       Bronchus yang terbentuk dari belahan dua tranchea pada ketinggian kira-kira vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea yang dilapis oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lebih lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang penting. Tabung endotrachea terletak sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara paten yang muda masuk kedalam cabang bronchus kanan. Kalau udara setelah jalan, maka tidak dapat masuk dalam paru-paru kiri sehingga paru-paru akan kolaps (atelektasis). Tetapi arah bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih memasukan kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan ukarena arahnya vertical. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang di namakan bronchiolus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1mm. Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah, semua saluran udara dibawah bronhiolus teraminals disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai pengantar udara ketempat pertukaran gas paru-paru. Diluar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari dan bronchiolus respiratorius, yang kadang-kadang memiliki kantung udara kecil atau alvedi yang berasal dinding mereka. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolus terminalis merupakan sifat struktur akhir paru-paru.
d)      Paru-paru merupakan organ elastic berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga torak atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediasinum central yang mengandung jantung pembulu-pembulu darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri bronbialis, bronkus, syaraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-paru kiri dan dibagi tiga lopus oleh visula interloris. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada lobus inferior. Paru-paru kana mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobusmedialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen tini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Didalam lobulus, bronkhiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3mm. Letak paru-paru dirongga dada dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua:
1)      Pleura Visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
2)      Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
b.      Fisiologi pernapasan
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen diambil lewat mulut dan hidung pada waktu bernafas yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan oksigen dari darah oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan seluruh tubuh. Empat proses berhubungan dengan Pernapasan Pulmoner atau Pernapasan Eksterna:
a)      Ventilasi Pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
b)      Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbon dioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
c)       Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.
d)      Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbon dioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

2.3.  Patofisiolgi atau perjalanan penyakit bronkopneumonia
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut :
a.       Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
b.      Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami mal absorbs dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

2.4.  Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien bronkopneumonia beserta analisa data
Tn.D datang ke IRD RSNU dengan membawa anaknya berusia 3th. Kesadaran anak tersebut tampak menurun disertai demam tinggi yang mendadak, terkadang terdapat kejang. Tn.D mengatakan bahwa 3 hari sebelum anaknya batuk berdahak dan muncul suara tambahan ronchi. Pada saat pemeriksaan saraf didapatkan kaku kuduk, sedangkan pemeriksaan abdomen terdapat distensi, sianosis tampak ketika anak sedang gelisah. Pada pemeriksaan mikrobiologis serologi didapatkan kuman penyebabnya Streptococcus pneumonia.



1.       Pengkajian
a.       Identitas klien                 : Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
-          Nama                                          : An.Tn_D           
-          Jenis kelamin                           : Perempuan                     
-          Umur                                          : 3 tahun
-          Status perkawinan                                : -
-          Pendidikan                               : -           
-          Suku/Bangsa                            : Indonesia
-          Alamat                                        : Ds.Palang Tuban
-          Pekerjaan                                 : -
-          Sumber informasi                                  : Keluarga
b.      Keluhan utama               : demam tinggi
c.       Riwayat penyakit Sekarang        :
-          P   : Demam sejak 3 hari yang lalu sudah dibawa ke puskesmas tetapi tidak sembuh, sehingga sekarang diabwa ke Rumah sakit.
-          Q   : demam tinggi dirasakan 3 hari yang lalu, demam tinggi timbul mendadak terkadang disertai kejang. Batuk berdahak terjadi sejak 3 hari yang lalu disertai suara tambahan ronchi
-          R   : demam tinggi lebih berat dirasakan 3 hari SMRS
-          S    : demam tinggi dirasakan sangat mengganggu sehingga aktivitas/bermain anak terganggu, dan menganggu konsentrasi anak.
-          T    : Panas sejak 3 hari, pada malam dan siang hari badan panas, tapi pada pagi hari panas turun
d.      Riwayat Penyakit Dahulu            : Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas sejak 2 bulan yang lalu, sering kambuh-kambuhan dan pernah di bawa ke puskesmas
e.      Riwayat Penyakit Keluarga         : ayah klien mengatakan bahwa Pamannya juga menderita penyakit serupa.
f.        Observasi dan Pemeriksaan Fisik
-          Keadaan Umum :
·         Wajah tampak pucat
·         Gelisah

ü   TTV :
·         S : 380C                               (normal 37,2 celcius)
·         N : 135x/menit                (normal 80-130 x/menit)              
·         TD : 100/67 mmHg         (normal 100/67 mmHg)
·         RR : 32 x/menit               (normal 20-30x/menit)

ü  Body System :
1)      B1 (Breathing)
  Inspeksi : menggunakan otot bantu nafas. Ada cyanosis pada bibir dan dasar kuku, warna kulit agak pucat. sekret (+), nafas cuping hidung (-)
  Palpasi : Taktil fremitus menurun.
  Perkusi : Hyperresonan pada area paru.
  Auskultasi : Ditemukan bunyi ronchi
2)      B2 (Blood)
  Inspeksi : distensi vena jugularis tidak ada
  Palpasi : Teraba ictus cordis pada ics 5 mid sternal kiri. Capillary Refill Time lebih dari 3 detik. Ada palpitasi. Peningkatan denyut jantung (takikardi).
  Perkusi : Pekak pada area jantung.
  Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, tidak ada murmur, irama gallop tidak ada
3)      B3 (Brain)
  Kesadaran menurun (delirium)
  Persepsi sensori
  Tidak ada gangguan pendengaran
  Fungsi penciuman normal
  Fungsi pengecapan normal, dapat membedakan rasa manis, asin, pahit
  Fungsi penglihatan baik
  Tidak ada gangguan fungsi perabaan, bisa membedakan panas dan dingin
4)      B4 (Bladder) : Penurunan frekuensi/jumlah urine
5)      B5 (Bowel)
  Inspeksi : abdomen tidak membuncit, tepi perut tidak menonjol, umbilicus tidak menonjol.
  Palpasi : distensi abdomen,hepar tidak teraba.
  Perkusi : Perkusi abdomen normal (tympani)
  Auskultasi : bising usus normal (5-35 x/menit).
6)      B6 (bone)
  Karena pengguanaan otot bantu nafas yang lama klien terlihat kelelahan, didapatkan intoleransi aktifitas dan gangguan pemenuhan ADL.       
  Kulit : Warna kulit sawo matang, pucat, tidak ada bekas perlukaan, peradangan maupun edema. Akral  hangat.
ü  Pemeriksaan penunjang
a)      Pemeriksaan Laboratorium
  Pemeriksaan darah : Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
  Pemeriksaan sputum : Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
b)      Pemeriksaan Radiologi
  Rontgenogram Thoraks : Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
  Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)
v  Analisa Data
Data
Etiologi
Problem
§  Ds : ayah klien mengatakn bhwa anaknya demam tinggi dan terkadang kejang.
§  Do:
üTTV :
-       S : 380C
-       N : 135x/menit
-       TD : 100/67 mmHg
-       RR : 32 x/menit
üPemeriksaan saraf didapatkan kaku kuduk
üPemeriksaan serologi terdapat bakteri streptococcus pneumoniae
üPemeriksaan adomen ditemukan adanya distensi abdomen
üKeadaan umum klien sianosis
Peradangan pada bronkiolus terminalis dan menyebar ke alveoli

Peningkatan suhu

Septicemia

peningkatan metabolisme

Evaporasi meningkat

Gangguan keseimbangan suhu tubuh (hiperthermi)

Gangguan Keseimbangan Suhu Tubuh (hiperthermi)

2.       Diagnose Keperawatan
Gangguan Keseimbangan suhu tubuh b.d proses peradangan saluran pernapasan d.d klien demam tinggi dan kejang.
3.       Intervensi dan implementasi keperawatan
Diagnose                   :
Gangguan Keseimbangan suhu tubuh b.d proses peradangan saluran pernapasan d.d klien demam tinggi dan kejang
Tujuan                        :
Demam berkurang dalam waktu 1x24 jam
Kriteria Hasil           :
Suhu tubuh turun dalam batas normal
Intervensi
Rasional
Implementasi
a.       Observasi suhu pasien
a.       Suhu meningkat menunjukkan proses penyakit infeksi akut
Mengobservasi suhu pasien
b.      Observasi suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
b.      Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
Mengobservasi suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
c.       Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan air es dan alkohol

c.       Dapat mengurangi demam
Catatan : penggunaan air es mungkin menyebabkan kedinginan
Memberikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan air es dan alkohol
d.      Berikan antipiretik, misalnya asetaminofen (tylenol)

d.      Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral pada hypothalamus
Memberikan antipiretik, misalnya asetaminofen (tylenol)
4.       Evaluasi keperawatan
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
      Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan).
v  SOAP
  Diagnosa Gangguan Keseimbangan suhu tubuh b.d proses peradangan saluran pernapasan d.d klien demam tinggi dan kejang
       S    :
ayah klien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak panas lagi dan tidak pernah kejang-kejang
       O   :
pemeriksaan TTV klien kembali normal
   S            : 37,20C

{ 1 komentar... read them below or add one }

- Copyright © WARUNG MATERI KEPERAWATAN - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -