Posted by : Unknown Minggu, 04 Maret 2012


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN HIV



















PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2011








KATA PENGANTAR

                Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan HIV” dengan baik dan lancar.

            Laporan ini Penulis sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan ini, Penulis berharap dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan judul laporan yang telah ditentukan.
            Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
            Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Bapak M.Nur Hadi, S. Kep, Ns.  selaku dosen fasilitator SGD IHS (Imunologi Hematologi Sistem) serta kepada Allah SWT jualah diserahkan atas segala sesuatunya.
                                                                                   



 Tuban, 15 Desember 2011



 Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

1. 1   Latar Belakang
Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang sebagai berikut :
Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh klien untuk memaksimalkan kesehatan klien.
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh. (Medicastore, 2004). HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia.
Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).
Maka pada laporan kelompok ini, penulis akan menjelaskan secara keseluruhan mengenai asuhan kperawatan pada klien dengan hiv.
1. 2   Batasan Topik
        Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa batasan topik sebagai berikut :
1.       Bagaimana konsep penyakit hiv  itu sendiri ?
2.       Bagaimana konsep anatomi fisiologi system imunologi dan hematologi ?
3.       Bagaimana patofisiolgi atau perjalanan penyakit hiv itu tejadi pada tubuh ?
4.       Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien hiv beserta analisa data dari kasus ?
5.       Bagaimana satuan acara penyuluhan yang diberikan ?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1    KONSEP DASAR HIV
ü  Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh. (Medicastore, 2004).
HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia, dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia

ü  Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan
a.       Pengobatan suportif
Pengobatan ini bertujuan untuk meningkatkan keadaan umum pasien, dengan cara pemberian gizi yang sesuai, obat sistemik, vitamin, dukungan psikososial.
b.      Kebutuhan gizi pada pasien HIV-AIDS : Energi tinggi 45-50 kkal/kg BB
1.       Djauzi dan Djoerban,2006
Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita menjadi jauh lebih baik. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan.
Obat ARV : beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang.
-          Protein 1,1-1,5 g/kg/bb pada berat normal,1,5-2 pada BB actual kaheksia.
-          Lemak 17-20 % kalori total.
2.       Brooks, 2005
Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer.

ü  Tanda dan gejala
-          Gejala Klinis
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
a.       Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
b.      Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
c.       Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
-          Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):
a.       Gejala mayor :
-        Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
-        Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
-        Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
-        Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
-        Demensia/ HIV ensefalopati
b.      Gejala minor :
-        Batuk menetap lebih dari 1 bulan
-         Dermatitis generalisata
-        Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
-        Kandidias orofaringeal
-         Herpes simpleks kronis progresif
-        Limfadenopati generalisata
-        Retinitis virus Sitomegalo
ü  Etiologi
HIV adalah virus yg menyebabkan penyakit AIDS & termasuk kelompok retrovirus (memiliki enzim reverse transcriptase)
-          H             : Human
-          I               : Immunodeficiency
-          V             : Virus



2.2   KONSEP ANATOMI  DAN FISIOLOGI HIV
Imunologi System
§  Sistem imun :
sistem pertahanan internal tubuh yang berperan dalam mengenali dan menghancurkan bahan yang bukan “normal self” (bahan asing atau abnormal cells)
§  Imunitas atu respon imun : 
Kemampuan tubuh manusia untuk melawan organisme atau toksin yang berbahaya

Ada 2 macam RI, yaitu :
§  RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.
§  RI non Spesifik : efektif  untuk semua mikroorganisme

Sel-sel yang  berperan dalam respon Imun
a.       Sel B
Sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespons antigen tertentu. Sel B merupakan nama bursa fabrisius, yaitu jaringan limfoid yang ditemukan pada ayam. Jaringan sejenis yang ada pada mamalia yaitu sumsum tulang, jaringan limfe usus, dan limpa.
Sel B matur bermigrasi ke organ-organ limfe perifer seperti limpa, nodus limfe, bercak Peyer pada saluran pencernaan, dan amandel. Sel B matur membawa molekul immunoglobulin permukaan yang terikat dengan membran selnya. Saat diaktifasi oleh antigen tertentu dan dengan bantuan limfosit T, sel B akan derdiferensiasi melalui dua cara, yaitu :
1.       Sel plasma adalah: Sel ini mampu menyintesis dan mensekresi antibodi untuk menghancurkan antigen tertentu.
2.       Sel memori B adalah Sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan siap merespons antigen perangsang yang muncul dalam pajanan selanjutnya dengan respons imun sekunder yang lebih cepat dan lebih besar.
b.      Sel T
Sel T juga menunjukan spesifisitas antigen dan akan berploriferasi jika ada antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi.
Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T, yaitu protein permukaan sel yang terikat membran dan analog dengan antibodi.
Sel T memproduksi zat aktif secara imulogis yang disebut limfokin. Sub type limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit B merespons antigen, membunuh sel-sel asing tertentu, dan mengatur respons imun. Respons sel T adalah :
Sel T, seperti sel B berasal dari sel batang prekusor dalam sumsum tulang. Pada periode akhir perkembangan janin atau segera setelah lahir, sel prekusor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya berproliferasi, berdiferensiasi dan mendapatkan kemampuan untuk mengenali diri.
Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi, sel T bermigrasi menuju organ limfoid seperti limpa atau nodus limfe. Sel ini dikhususkan untuk melawan sel yang mengandung organisme intraselular.
·         Sel T efektor :
a.       Sel T sitotoksik (sel T pembunuh)
Mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing pada permukaannya
b.      Sel T pembantu
Tidak berperan langsung dalam pembunuhan sel. Setelah aktivasi oleh makrofag antigen, sel T pembantu diperlukan untuk sistesis antibodi normal, untuk pngenalan benda asing sel T pembantu melepas interleukin-2 yang menginduksi proliferasi sel T sitotoksik, menolong sel T lain untuk merespons antigen dan sel T pembantu dpt memproduksi zat (limfokin) yang penting dalam reaksi alergi (hipersensitivitas).
c.       Sel T supresor
Setelah diaktifasi sel T pembantu akan menekan respon sel B dan T.

c.       Makrofag
Makrofag memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi atau mencerna sebagian antigen untuk menghasilkan fragmen yang mengandung determinan antigenic.  Makrofag akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan selnya sehingga terpapar untuk limfosit T tertentu.




2.3   PATOFISIOLOGI HIV
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.




2.4   ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS PEMICU
Ny.J 34 th dirawat di ruang IRNA karena diare sudah 1 bulan tdk sembuh,nyeri panggul dan rasa terbakar saat miksi. Terdapat kandidiasis pada lidah, herperszooster dan neuropati perifer. Pekerjaan Ny.J adalah WTS, Ny.J mudah lelah, BB menurun,. Oleh perawat didapatkan hasil laborat Limfosit < 500, Hb 11 gr/dl, Leukosit 20.000 unit, Trombosit 160.000/uL, konjungtiva anemis.

1.       Pengkajian
                    I.      Identitas
-        Nama                                        : Ny.J
-        Jenis kelamin                         : Perempuan     
-        Umur                                        : 34 tahun
-        Status perkawinan              : Belum menikah
-        Pendidikan                             : SD
-        Suku/Bangsa                          : Indonesia
-        Alamat                                      : Ds pakis tuban
-        Pekerjaan                                               : WTS
-        Sumber informasi                : Pasien
               II.            Keluhan Utama : Diare
             III.            Riwayat Keperawatan
ü  Riwayat Penyakit Sekarang :
-        P         : Ny.J diare sudah 1 bulan yg lalu, sebelumnya sudah dibawa ke puskesmas terdekat dan sudah diberikan oralit serta obat diare tp smpai saat ini tdk sembuh, sehingga dibawa ke RS
-        Q         : diare sering muncul dg feses yg encer disertai mukus. Timbulnya tiba2. Sehari hampir 6-7 kali keluar masuk WC
-        R         : diare pada sistem pencernaannya
-        S          : diare sangat mengganggu pekerjaan dan segala aktivitasnya selama 1bulan terakhir ini
-        T          : diare muncul hampir setiap hari. Mulai pagi hingga pagi lagi.
ü  Riwayat Penyakit Dahulu      : Ny.J sering mengalami mual nyeri lambung
ü  Riwayat Penyakit Keluarga   : ibunya telah meninggal karena AIDS



             IV.            Observasi dan Pemeriksaan Fisik
-        Keadaan Umum :
                                     Tampak lelah
                                     Konjungtiva anemis
                                     BB menurun
                                     Kulit kering
                                     Mukosa mulut pucat

-        TTV :
                                     S : 38 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)
                                     N : 110 x/menit ( 60 – 100 x/menit)   
                                     TD : 90/60 mmHg (100 -140, 60 – 90 mmHg)
                                     RR : 16 x/menit (16 – 20 x/menit)

                  V.            Body System
-        B1 (Breathing)
       Ny.J tampak mudah lelah
       Napasnya terkadang memendek
       Terkadang batuk
-        B2 (Blood)
       Konjungtiva Ny.J tampak anemis
       Tekanan darah hipotensi (90/60 mmHg)
       Nadi takikardi (110 x/menit
-        B3 (Brain)
       Terdapat herpeszooster
       Dan neuropati perifer
       Biasanya pada klien HIV tingkat kesadarannya apatis
-          B4 (Bladder
Ny.J merasakan rasa terbakar saat miksi
-          B5 (Bowel)
       Ny.J diare sudah 1bulan tdk sembuh
       BB menurun
       Turgor kulit buruk

-          B6 (Bone)
       Ny.J merasakan nyeri panggul
       Terlihat lelah.

                VI.            Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a.       Tes Enzim – Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Tujuan : mengidentifikasi spesifik untuk HIV, dimana tes ini tidak menegakkan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukan seseorang terinfeksi atau pernah terinfeks, orang yang didalam darahnya mengandung antibody HIV disebut seropositif
b.      Westeren Blot Assay
Tujuan : mengenali antibody HIV dan memastikan seropositif HIV

ü  ANALISA DATA
Data
Etiologi
Masalah
DS:
 Ny.J mengeluh diare sudah 1 bulan tdk sembuh
Do:
        TTV :
S : 380C
N : 110x/menit
TD : 90/60 mmHg
RR : 16 x/menit
        konjungtiva anemis
       Tampak lelah
       BB menurun
       Turgor buruk
       Mukosa mulut pucat
       Kulit kering
       Pemeriksaan lab :
Na 98 mmol/L
K 2,8 mmol/L
Cl 110 mmol/L
Invasi mikroorganisme ke saluran pencernaan

Infeksi saluran pencernaan

Peningkatan flora normal dalam kolon

Peningkatan peristaltic kolon

Mal absorbsi

Diare

Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

2.       Diagnose keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat

3.       Rencana Intervensi dan Implementasi keperawatan
Diagnosa : Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat
Tujuan : Diare berkurang atau hilang dan dapat mempertahankan hidrasi
Kriteria Hasil :
Dalam waktu 1x24 jam :
-  Membran mukosa lembab,
-  turgor kulit membaik,
-  tanda-tanda vital stabil
-  klien terlihat segar
-  BB perlahan naik
Tgl/Jam
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
13-12-11
08.00
Pantau tanda-tanda vital
Indikator dari volume cairan sirkulasi.
memantau tanda-tanda vital.
Catat peningkatan suhu dan durasi demam.
Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan.
Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam.
Kaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus
Indikator tidak langsung dari status cairan.
mengkaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukan status hidrasi
menimbang berat badan sesuai indikasi.
Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari.
Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa.
memantau pemasukan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari.
Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
Mungkin dapat mengurangi diare
menghilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
Kolaborasi       :
Berikan cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.
Mungkin diperlukan untuk mendukung/ memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/ muntah terus menerus.
memberikan cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine, BUN/ Kreatinin.
Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan.
Memantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine, BUN/ Kreatinin.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik
Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah dan keenceran fases, membantu mengurangi demam dan respons hipermetabolisme, menurunkan kehilangan cairan tak kasatmata.
Memberikan obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik




4.       Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien
-          S : Ny.J mengatakan masih diare,tetapi sehari 3 x keluar masuk WC
-          O :
-          TTV sebagian dalam normal
       TD : 90/60 mmHg
       N : 105 x/mnt
       RR : 16 x/mnt
       S : 37 celcius
-          Konjungtiva anemis
-          Ny.J masih terlihat lelah
-          Membran mukosa lembab
-          turgor kulit masih buruk
-          kulit klien masih terlihat kering
-          BB naik 1kg
-        A : masalah teratasi sebagian
-        P : lanjutkan intervensi

















 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
Pokok Bahasan                 : Penyakit HIV
Sub pokok bahasan         : perawatan pada pasien penyakit HIV
Hari/tanggal                       : Rabu, 14 Desember  2011
Jam                                        : 10.20 – 12.00 WIB
Tempat                                                :  aula STIKES NU TUBAN
Sasaran                                : pasien dan pengunjung/keluarga

A.    Tujuan Instruksional
1.       Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan peserta dapat mengerti dan memahami tentang penyakit HIV.
2.       Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan mahasiawa mampu :
1.       Menjelaskan tentang definisi HIV
2.       Menyebutkan etiologi HIV
3.       Menyebutkan tipe dan gejala HIV
4.       Menyebutkan cara penularan HIV
5.       Menyebutkan terapi atau pengobatan pada HIV
6.       Menyebutkan pencegahan terhadap HIV

B.    Metode belajar
1.       Ceramah
2.       Tanya jawab
3.       Brain storming

C.      Alat dan Media
1.    Leafleat
2.    Flipchart
3.    LCD
4.    Laptop



D.      Kegiatan Penyuluhan
No
Waktu
Kegiatan
Pembicara
Peserta
Penannngung Jawab
1
5 Menit
Pembukaan
1)   Memberi salam
2)   Memperkenalkan diri
3)   Menyampaikan topik
4)   Menjelaskan tujuan   penyuluhan
5)   Menjelaskan mekanisme penyuluhan
6)   Melakukan Kontrak waktu

I.      Menjawab salam
II.    Mendengarkan
III.  Mendengarkan
IV.  Mendengarkan

V.    Mendengarkan

VI.  Mendengarkan
Moderator
2
10 Menit
·         Meminta klien dan keluarga untuk menjelaskan sedikit tentang Asma sebatas yang diketahui. (Brain storming)
·         Menyampaikan materi  tentang definisi HIV
·         Menyebutkan etiologi HIV
·         Menyebutkan tanda dan gejala HIV
·         Menyebutkan cara penularan HIV
·         Menyebutkan terapi atau pengobatan HIV
·         Menyebutkan pencegahan terhadap hal-hal yang perlu di perhatikan pada klien HIV
*     Memberikan kesempatan kepada pembimbing untuk memberikan masukan dan argument

1)   Menjawab



2)   Mendengarkan dan Memperhatikan

Penyaji
3
10 Menit
Evaluasi
a.   Memberikan kesempatan   pada peserta untuk bertanya

1)      Bertanya


Penyaji

5 Menit
b.   Menanyakan kembali pada peserta tentang materi yang disampaikan

2)      Menjawab
Moderator
4
5 Menit
Penutup
1.    Menyimpulkan Materi
2.    Memberi Salam
3.    Membagikan Leaflet

1)     Mendengarkan
2)     Menjawab salam
3)     Menerima
Moderator

Fasilitator

E.      Pengorganisasian dan Job Discription
1.       Pembimbing      :
2.       Moderator          :
          Job Discription  : Membuka  dan menutup kegiatan
                                           Membuat susunan acara dengan jelas
                                           Memimpin jalannya kegiatan
3.       Penyaji                 :
         Job Discription   :  Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas
4.       Observer             :
         Job Discription   : Membuat resume kegiatan PKRS
                                           Mengobservasi jalannya penyuluhan
5.       Fasilitator            :
Job Discription   : Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
                                                  Memotivasi audience untuk bertanya
                                                  Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan audience



F.      Kritera Evaluasi
§  Evaluasi struktur
1)      Mahasiswa STIKES NU Tuban tingkat II
2)      Penyelenggaraan penyuluhan di STIKES NU Tuban
3)      Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa STIKES NU Tuban tingkat II
4)      Kontrak waktu dilakukan 1 hari sebelum PKRS dan 15 menit sebelum pelaksanaan PKRS.
§  Evaluasi proses
a)    Pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
b)   Pasien dan keluarga mengikuti penyuluhan sampai selesai.
c)    Pasien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d)   Keluarga dan pasien berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing.
§  Evaluasi hasil :
a)    Pasien dan keluarga mampu menyebutkan definisi HIV.
b)   Pasien dan keluarga mampu menyebutkan etiologi HIV.
c)    Pasien dan keluarga mampu menyebutkan tipe dan gejala HIV.
d)   Pasien dan keluarga mampu menyebutkan cara penularan HIV
e)   Pasien dan keluarga mampu menyebutkan terapi atau pengobatan HIV.
f)     Pasien dan keluarga mampu menyebutkan pencegahan terhadap HIV.



MATERI PENYULUHAN

          I.          PENGERTIAN

HIV merupakan virus yang menyerang system kekebalan tubuh kita. Sehingga jika kita sudah terinfeksi oleh virus ini tubuh kita akan mudah mengalami sakit, karena semua bakteri maupun virus lain akan mudah masuk ke tubuh tanpa ada perlawanan dari system kekabalan tubuh kita. Dan jika virus ini lama berada  pada tubuh kita, maka akan timbul penyakit yang lebih parah yaitu penyakit AIDS.

        II.          ETIOLOGI

ü    H : Human
ü    I : Immunodeficiency
ü    V : Virus

      III.          TANDA DAN GEJALA
-          Gejala yang sering muncul adalah :
a.          Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b.         Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c.          Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d.         Penurunan kesadaran dan gangguan saraf
-          Gejala yang biasa timbul :
a.       Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b.      Radang pada kulit menyeluruh
c.       Adanya herpes zoster  atau daap/dompo
d.      Kandidiasis atau bercak putih-putih pada mulut/lidah

      IV.          CARA PENULARAN HIV
HIV dapat menular melalui 4 cara, yaitu :
a.       Kontak seksual langsung dengan penderita
b.      Mendapatkan transfusi darah dari penderita
c.       Meminum ASI yang menderita HIV
d.      Menggunakan jarum suntik bergantian dengan penderita.

HIV tidak dapat menular melalui :
a.       kontak langsung/berbicara langsung dengan pendeita
b.      menggunakan barang milik penderita
c.       bersalaman, berpelukkan, atau berciuman dengan penderita
d.      digigit nyamuk yang telah menggigit penderita

        V.          TERAPI / PENGOBATAN HIV
Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita menjadi jauh lebih baik. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan.
Obat ARV : beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang.

      VI.          PENCEGAHAN TERHADAP HIV
Tiga cara untuk pencegahan HIV/AIDS adalah :
P.S.K :
a.       Puasa (P) seks (abstinensia), artinya tidak (menunda) melakukan hubungan seks
b.      Setia (S) pada pasangan seks yang sah (be faithful/fidelity), artinya tidak berganti-ganti pasangan seks,
c.       dan penggunaan Kondom (K) pada setiap melakukan hubungan seks yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS) lainnya.














BAB III
RINGKASAN

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan penyakit lainnya sebagai akibat dari gangguan kekebalan tubuh. (Medicastore, 2004). HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia.
HIV dapat menular jika kita melakukan hubungan seksual dengan penderita, menerima transfuse darah dengan penderita, menggunakan jarum suntik yang sama denga penderita, meminum air susu ibu yang terjangkit HIV. Dan HIV tidak dapat menular jika kita bersalaman, memeluk, mencium orang dengan HIV/AIDS, menggunakan barang miliknya, dan digigit nyamuk yang sudah menggigit penderita.



REFERENSI PUSTAKA


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © WARUNG MATERI KEPERAWATAN - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -