- Back to Home »
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA
Posted by : Unknown
Minggu, 28 Oktober 2012
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA
LAPORAN KELOMPOK
Fasilitator Karyo,
S.Kep,Ns
Oleh Kelompok 2:
1. Nur
Vadhillah 12. Agus Eko Biantoro
2. Desta
Nurwahyu 13. Yeni Desi Rahmawati
3. Tiara
Putri Ryandini 14. Yudik Tri Okta
4. Wazirotul
Ummah 15. Wahyu Puji Lestari
5. Firman
Nur Rahman 16. Evi Ainur R
6. Ani
Nur Lina 17. Irine Devi Meliana
7. Yupiter
Utami 18. Suroso Efendi
8. Lailatur
Rosida 19. Yoga Hardani P
9. Arif
Robbul Izzati 20. Eko Remon Karisma
10. Zuliatin
Rofiqoh 21. Moh. Mas Fuad
11. Siti
Lailiyatus Sholihah 22. Andrian Eka S.
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Glaukoma” dengan baik dan lancar.
Laporan ini Penulis sajikan secara sistematis agar
mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan ini, Penulis berharap
dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai
dengan judul laporan yang telah ditentukan.
Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat
kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang
sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Bapak Karyo,
S. Kep, Ns. selaku dosen fasilitator SGD
SPS (Sensory Perception System) serta kepada Allah SWT jualah diserahkan atas segala
sesuatunya.
Tuban, 26 Maret 2012
Kelompok
BAB
I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar
Belakang
Berdasarkan
judul laporan ini, maka Penulis
akan menjabarkan tentang latar belakang sebagai berikut :
Asuhan
keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh klien untuk memaksimalkan kesehatan klien.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di
Indonesia setelah katarak, biasanya terjadi pada usia lanjut. Dibeberapa negara
2% penduduk usia diatas 40 tahun menderita Glaukoma, dan di Indonesia Glaukoma
sebagai penyebab kebutaan yang tidak dapat dipulihkan.
Glaukoma salah satu penyakit mata yang diakibatkan
karena kenaikan tekanan bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan,
sedangkan fungsi saraf mata akan meneruskan bayangan yang dilihat ke otak.
Diotak bayangan akan digabungkan dipusat penglihatan dan membentuk benda
(vision).
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan
beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler (TIO) dengan segala akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih
besar daripada toleransi jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina,
merusak diskus optikus, mentebabkan atrofi saraf optik dan hilangnya pandangan
perifer. Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya
pandangan ireversibel tanpa timbulnya tanpa timbulnya gejala lain yang nyata
atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam.
Derajat peningkatan TIO yang mampu menyebabkan kerusakan organik bervariasi.
Beberapa orang dapat menoleransi tekanan yang mungkin bagi orang lain dapat menyebabkan kebutaan.
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder, dan
kongenital. Tipe primer terbagi lagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup.
Sehingga
dalam laporan ini,kami akan menjelaskan keseluruhan dari penyakit glaucoma itu
sendiri beserta asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan
glaucoma.
1. 2 Batasan Topik
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
terdapat beberapa batasan topik sebagai berikut :
1. Bagaimana
konsep dasar penyakit Glaukoma itu?
2. Bagaimana
konsep anatomi fisiologi sensory perception system pada Glaukoma?
3. Bagaimana
patofisiologi atau perjalanan penyakit Glaukoma
dan WOC sehingga menyebabkan
gangguan ke system tubuh?
4. Bagaimana
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Glaukoma beserta analisa data dari kasus?
5. Bagaimana
aspek legal etik pada pasien Glaukoma?
6. Bagaimana
satuan acara penyuluhan (SAP) pada pasien Glaukoma?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
KONSEP DASAR GLAUKOMA
A. Pengertian
Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Glaukoma, yaitu :
·
Long Barbara, 1996
Glaukoma adalah sekelompok kelainan
mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler.
·
Chandler & Grant (1977)
Glaukoma adalah suatu keadaan pada
mata, dimana ditemukan kenaikan tekanan bola mata yang sudah menyebabkan
kerusakan/kelainan pada diskus optikus dan lapang pandangan.
·
Arif, 1999
Suatu keadaan tekanan intra oculer /
tekanan dalam bola mata cukup besar untuk menyebabkan kerusakan pupil, saraf
optik dan kelainan lapang pandang.
·
Sidarta Ilyas,2000
Glaukoma adalah suatu penyakit yang
memberikan gambaran klinik berupa peningkatan tekanan bola mata, penggaungan
papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya Glaukoma
itu
adalah :
·
Pada Glaukoma primer, yaitu:
Terdiri dari
Terdiri dari
–
Akut
Dapat disebabkan karena trauma.
Dapat disebabkan karena trauma.
–
Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti :
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti :
•
Diabetes mellitus
•
Hipertensi
•
Arterisklerosis
•
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang.
•
Miopia tinggi dan progresif.
Dari etiologi diatas dapat menyebabkan sudut bilik mata yang sempit.
•
Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti :
Disebabkan penyakit mata lain seperti :
–
Katarak
–
Perubahan lensa
–
Kelainan uvea
–
Pembedahan
v Faktor
Resiko
–
Umur
Risiko
glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi
usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan
bertambahnya usia.
–
Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Untuk glaukoma
jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali
lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik
kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
–
Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaucoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata.
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaucoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata.
– Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-abatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma
Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-abatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma
C. Manifestasi
Klinik
Tanda dan gejala yang ditimbulkan Glaukoma adalah:
1. Glaukoma primer
1) Glaukoma
sudut terbuka
a. Kerusakan
visus yang serius Lapang pandang mengecil dengan macam – macam skotoma
yang khas.
b. Perjalanan
penyakit progresif lambat
2) Glaukoma
sudut tertutup
a. Nyeri
hebat didalam dan sekitar mata
b. Timbulnya
halo (lingkaran berwana/terang disekitar cahaya)
c. Pandangan
kabur
d. Sakit
kepala
e. Mual,
muntah
f.
Kedinginan
g. Cemas bahkan perasaan takut mati mirip serangan
angina, yang dapat sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan
penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.
3) Glaukoma sekunder
a. Pembesaran
bola mata
b. Gangguan
lapang pandang
c. Nyeri
di dalam mata
4) Glaukoma kongenital
a. Gangguan
penglihatan
5) Glaukoma absolut
Akhir dari semua glaukoma
yang tidak terkontrol akan terjadi glaukoma absolut.
·
ciri-ciri mata teraba keras
·
tajam penglihatan nol
·
dan seringkali disertai dengan nyeri mata
hebat.
·
Keadaan ini dapat terjadi pada bentuk
Glaukoma sudut terbuka maupun glaukoma sudut tertutup.
v Menurut
Sidarta Ilyas(2004),glaukoma akan memperlihatkan gejala :
1. Tekanan
bola mata yang tidak normal
2. Rusakanya
selaput jala
3. Menciutnya
lapang pengelihatan akibat rusaknya selaput jala
4. Berakhir
dengan kebutaan
D. Klasifikasi
1. Primary
A.
Open Angle Glaucoma (Glaukoma Sudut-Terbuka
Primer).
Glaukoma Sudut-Terbuka
Primer : tipe yang paling umum dijumpai. Terjadi karena humor aqueus mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular kelainannya terkesan lambat
·
bersifat turunan
(sehingga resiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga)
·
pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama
berbulan-bulan atau
bertahun-tahun.
·
tidak ada gejala sampai
terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara
permanen.
Pemeriksaan mata teratur
sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma Sudut-Terbuka
Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan
dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
B.
Acute Angle-Closure Glaucoma (Glaukoma
Sudut-Tertutup Akut)
Glaukoma Sudut-Tertutup
Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Terjadi karena
ruang anterior menyempit, sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke
jaringan trabekular dan menghambat humor aqoeus mengalir ke saluran
schlemm.
·
Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan
kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya.
·
Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah.
Glaukoma Sudut-Tertutup
Akut termasuk yang sangat serius dan
dapat mengakibatkan kebutaan dalam
waktu yang singkat.
2. Secondary Glaukoma (Glaukoma Sekunder)
terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata à Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti :
a.
Katarak
b.
Diabetes
c.
Trauma
d.
arthritis
e.
maupun operasi mata sebelumnya.
f.
Obat tetes mata atau tablet yang mengandung
steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata
harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.
3. Congenital
Glaukoma (Glaukoma Kongenital)
Glaukoma Kongenital
ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran
a. Biasanya
disebabkan oleh sistem saluran
pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya
tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian
depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.
4. Glaukoma
absolut merupakan stadium akhir, sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.
v Berdasarkan
Lamanya,Glaukoma dapat dibagi menjadi:
1. Glaukoma
Akut
Glaukoma akut adalah
penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak
sangat tinggi.Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat
bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara
sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah
bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
2. Glaukoma
Kronik
Glaukoma kronik adalah
penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.Keturunan dalam keluarga,
diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang,
miopia tinggi dan progresif.Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan
bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata
seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada
stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap,
lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
2.2 KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI SENSORY
PERCEPTION SYSTEM GLAUKOMA
A. Anatomi
Glaukoma
Akueos humor adalah cairan jernih yang
mengisi ruang anterior dan posterior mata. Komposisi serupa dengan plasma
tetapi memiliki konsentrasi askorbat , piruvat dan laktat yang lebih tinggi
sert protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Ruang anterior mata terbentang
antara kornea dan iris. Ruang posterior terbentang antara iris dan lensa.
Akueos humor diproduksi secara terus menerus oleh kapiler venosa di dalam
prosesus siliaris, dikeluarkan melalui trabekula yang ada pada sudut
iridokorneal, yang membuka ke dalam saluran vena sirkuler yang disebut kanal
Schlemn. Kanal ini mengeluarkan akues humor dari mata ke sirkulasi sitemik
sehingga tekanan intraokuler tetap dapat dipertahankan secara konstan.
B. Fisiologi
Glaukoma
Fungsi aqueos humor antara lain:
a.
Mempertahankan tekanan
intraokular dan kantung dunia mata.
b.
Menyediakan gizi
(misalnya asam amino dan glukosa) untuk jaringan okular avaskular; posterior
kornea , meshwork trabecular , lensa , dan vitreous anterior.
c.
Membawa limbah
produk dari metabolisme jaringan di atas mata avaskular.
d.
Dapat berfungsi
untuk mengangkut askorbat di segmen anterior untuk bertindak sebagai agen
anti-oksidan.
e.
Hadirnya
imunoglobulin menunjukkan peran dalam respon imun untuk membela melawan
patogen.
f.
Menjaga otak
konsumsi energi yang tepat.
g.
Fungsi utamanya
adalah untuk memberikan diopteric kekuatan untuk kornea. fungsinya utamanya
adalah tekanan intraokular untuk kornea.
v DRAINASE AQUEOS HUMOR
‒
produksi harus
diimbangi dengan tingkat yang sama drainase aqueous humor. variasi kecil dalam
produksi atau arus keluar aqueous humor akan memiliki pengaruh besar pada
tekanan intraokular.
‒
Rute drainase
untuk aliran aqueous humor adalah pertama melalui ruang posterior , maka ruang
sempit di antara iris dan lensa posterior anterior (kontribusi untuk perlawanan
kecil), melalui murid untuk memasuki bilik anterior . Dari sana, keluar aqueous
humor mata melalui meshwork trabecular ke ‘s kanal Schlemm (saluran di limbus,
yaitu, titik bergabung dari kornea dan sclera, yang mengelilingi kornea ) ini
mengalir melalui 25 – 30 kanal kolektor ke dalam vena episcleral. Hambatan
terbesar untuk aliran air disediakan oleh meshwork trabecular, dan ini adalah
di mana sebagian besar keluar air terjadi. Dinding internal kanal ini sangat
halus dan memungkinkan cairan untuk menyaring akibat tekanan tinggi cairan di
dalam mata.
‒
Rute sekunder
adalah drainase uveoscleral, dan independen dari tekanan intraokular, aliran
air lewat sini, tetapi untuk tingkat yang lebih rendah daripada melalui
meshwork trabecular.
‒
Cairan biasanya
15 mm (0,6 inci) Hg di atas tekanan atmosfir, jadi ketika jarum suntik
disuntikkan arus fluida mudah. Jika cairan bocor, karena runtuh dan layu dari
kornea, kekerasan mata normal karena itu dikuatkan.
v SUDUT BILIK MATA DEPAN
Sudut bilik mata
yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Padabagian ini terjadi
pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengalirankeluar
cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata
sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini
didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan
jonjot iris.Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera
kornea dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat
dan merupakan batasbelakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar
longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang
mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.Pada sudut fitrasi terdapat
garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement, dan
kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.Sudut bilik mata
depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut tertutup hipermetropia,
blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.
v TEKANAN INTRAOKULI
‒
Tekanan
intraokuli merupakan kesatuan biologis yang menunjukkan fluktuasi harian. Tekanan yang tepat adalah
syarat untuk kelangsungan penglihatan yang normal yang menjamin kebeningan
media mata dan jarak yang konstan antara kornea dengan lensa dan lensa dengan
retina.
‒
Homeostasis
tekanan intraokular terpelihara oleh mekanisme regulasi setempat atau sentral
yang berlangsung dengan sendirinya (Hollwich, 1992).
‒
Tekanan mata
yang normal berkisar antara 10-22 mmHg (Simmons et al, 2007-2008).
‒
Tekanan
intraokuli kedua mata biasanya sama dan menunjukkan variasi diurnal (Hollwich,
1992). Pada malam hari, karena perubahan posisi dari berdiri menjadi berbaring,
terjadi peningkatan resistensi vena episklera sehingga tekanan intraokuli
meningkat. Kemudian kondisi ini kembali normal pada siang hari sehingga tekanan
intraokuli kembali turun (Doshi et al, 2010).
‒
Variasi nomal
antara 2-6 mmHg dan mencapai tekanan tertinggi saat pagi hari, sekitar pukul
5-6 pagi (Simmons et al, 2007-2008).
‒
Banyak faktor
yang dapat mempengaruhi tekanan intraokuli, antara lain keseimbangan dinamis
produksi dan ekskresi aqueous humor, resistensi permeabilitas kapiler,
keseimbangan tekanan osmotik, posisi tubuh (Solomon, 2002), irama sirkadian
tubuh, denyut jantung, frekuensi pernafasan, jumlah asupan air, dan obat-obatan
(Simmons et al, 2007-2008).
2.3
PATOFISIOLOGI
ATAU PERJALANAN PENYAKIT GLAUKOMA
TIO
ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos humor dari
mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi
didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem
vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar
atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor
melalui kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan
evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik
dan retina. Iskemia menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara
bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju
fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan sarf optik serta retina adalah
irreversible dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat
menyebabkan kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta
pada lapang pandang
2.4
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA
KASUS PEMICU
Tn w 40thn dirawat di RS
karena kehilangan penglihatan,sisi samping (perifer), sakit kepala, penglihatan
kabur, melihat pelangi bila melihat sumbar cahaya terang. Pada pemeriksaan
didpat pupil yang lebar dan iregular, edem perifer corne, kongesti pembuluh darah
episkleral dan konjungtiva, COA yang sempit. Pemeriksaan tonometri TIO diatas
21mmHg, diduga faktor utama yang berperan dalam meningkatnya TIO, antara lain
karena kecepatan produksi Aqueos humor oleh badan silia, resitensi aliran
aqueos humor melalui jaringan trabekular dan kanal schlemna/ tekanan vena
epislera. Dokter berkolaborasi dengan perawat dalam pemberian tetes mata beta
bloker(trimolol, betaxolol, cateolol, levobunolol, metripranolol) yang
kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.
A.
Pengkajian
I.
Identitas
–
Nama :
Tn.W
–
Jenis kelamin : Laki-laki
–
Umur : 40
tahun
–
Status perkawinan : Sudah Menikah
–
Pendidikan :
SMP
–
Suku/Bangsa :
Indonesia
–
Alamat :
Ds Semanding - Tuban
–
Pekerjaan : Petugas
parkir
–
Sumber
informasi : Pasien
II.
Keluhan Utama
:
penglihatan kabur
III.
Riwayat Keperawatan
v Riwayat Penyakit Sekarang :
P :
Tn.W dibawa ke RS karena mengalami penglihatan kabur setelah kemarin menglami
benturan pada matanya saat bekerja. Tn.W juga merasakan tidak dapat melihat di
sisi samping, dan sellu melihat ada pelangi saat melihat lampu yg terang.
Setelah mengalami benturan, mata Tn.W dikompres istrinya dengan air dingin.
Q :
penglihatan kabur dirasakan setelah Tn.W mengalami benturan pada matanya.
R : di daerah matanya
S : penglihatan
yang kabur dirasakan sangat mengganggu aktivitas pekerjaan Tn.W, sampai-sampai
beliau sering berpegangan saat berjalan karena takut jatuh
T :
penglihatan kabur lebih dirasakan saat siang hari dan saat malam hari jika
terkena sinar lampu.
v Riwayat Penyakit Dahulu :
Tn.W tidak pernah mengalami penyakit mata sebelumnya.
v Riwayat Penyakit Keluarga :
menurut keterangan klien tidak ada keluarga yang mmiliki penyakit mata dan DM
serta HT.
IV.
Observasi dan
Pemeriksaan Fisik
v Keadaan Umum :
§ Mata
Tn.W terlihat masih memar
§ Tn.W
tampak lelah
§ Mata
Tn.W terlihat merah
v TTV :
§ S : 37 celcius (normal 36,5 – 37,5
celcius)
§ N : 80 x/menit ( 60 – 100 x/menit)
§ TD : 120/80mmHg (<=120-130, <=80 mmHg)
§ RR : 18
x/menit
(16 – 20 x/menit)
V.
Body System
v B1
(Breathing)
§ Tn.W
tampak lelah
§ Bentuk
dada normal
§ Tidak
menggunakan otot bantu pernapasan
§ PCH
(-)
§ Suara
pernapasan tambahan (-)
§ Pola
napas teratur dengan RR 18 x/mnt
v B2
(Blood)
§ Didapatkan
tekanan darah yang normal (120/80 mmHg)
§ Nadi
normal (Nadi 80 x/mnt)
§ Tidak
ada sianosis
§ CRT
normal (< 3 detik)
v B3
(Brain)
§ Terlihat
cemas
§ Kesadaran
compos mentis dengan GCS 456
§ Pupil
yg melabar dan irreguler
§ Edema
epitel kornea
§ Congesti
pemda episkleral & konjungtiva
§ COA
sempit
§ Pemeriksaan
TIO > 21 mmHg
§ Saat
dirangsang cahaya yang terang pasien mengeluh melihat pelangi
v B4 (Bladder)
§ Produksi
urin normal min 400 cc/hari
§ Tdk
ada pemberian ciaran parenteral
v B5 (Bowel)
§ Anorexia
§ BB
mnurun
§ Mulut
bersih
§ Peristaltik
meningkat 25 x/mnt
v B6 (Bone)
§ Tn.W
terlihat lelah
§ Mampu
mggerakkan sendi dg bebas
V.
Pemeriksaan penunjang
1.
Tonometri : Alat ini berguna untuk menilai
tekanan intraokular. Tekanan bola mata normal berkisar antara 10-21 mmHg.
2.
Gonioskopi : Sudut bilik mata depan
merupakan tempat penyaluran keluar humor akueus. Dengan gonioskopi kita
berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah terbuka, sempit atau tertutup
ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
3.
Penilaian diskus optikus : menggunakan
opthalmoskop kita bisa mengukur rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR).
CDR yang perlu diperhatikan jika ternyata melebihi 0,5 karena hal itu
menunjukkan peningkatan tekanan intraokular yang signifikan.
4.
Pemeriksaan lapang pandang : penting
dilakukan untuk mendiagnosis dan menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang
pandang glaukoma memang akan berkurang karena peningkatan TIO akan merusakan
papil saraf optikus.
B.
ANALISA
DATA
v Analisa data 1
DATA
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
|||||||
Ds :
Tn.W mengatakan penglihatannya kabur setelah mngalami benturan pada
matanya saat bekerja
Do :
keadaan umum & pemfis
-
Mata
Tn.W terlihat masih memar
-
Tn.W
tampak lelah
-
Mata
Tn.W terlihat merah
-
Pupil
yg melabar dn irreguler
-
Edema
epitel kornea
-
Congesti
pemda episkleral & konjungtiva
-
COA
sempit
-
Saat
dirangsang cahay yg terang pasien mengeluh melihat pelangi
-
Pemeriksaan
tonometry : TIO > 21 mmHg
|
Trauma mata
Peningkatan Tekanan Intra Okuli (TIO)
Penekanan bola mata oleh cairan aqueus
Tekanan pada syaraf optic retina
Kerusakan syaraf optic dan retina
Penipisan serat syaraf dan inti
bag.dalam retina
Atrofi discus opticus
Hilangnya pandangan perifer
Gangguan persepsi sensori (penglihtan)
|
Gangguan persepsi sensori (penglihatan)
|
v Analisa data 2
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS :
Klien mengatakan penglihatan kabur, sakit kepala dan
seperti melihat pelangi bila melihat cahaya yang terang.
DO :
keadaan Umum
:
-
Pupil melebar dan terkadang irreguler
-
Edema epitel kornea
-
Lemah, Lelah, Pergerakan klien berkurang
TTV :
-
TD : 110/80 mmHg
-
N : 80x/menit
-
S : 38 C
-
RR : 20x/menit
|
Irreversible
(kebutaan)
Pembedahan
Interupsi
(insisi bedah)
Nyeri
Gangguan rasa nyaman nyeri
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri
|
C.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Gangguan persepsi sensori : penglihatan
berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori
2.
Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan interupsi / insisi bedah
D.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Hari/tgl
|
No.
Diagnosa
|
Intervensi
|
Rasional
|
21
Maret 2012
|
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d
hilangnya pandangan perifer sekunder dr peningkatan TIO > 21 mmHg
Tujuan :
Dalam waktu 3x24 jam menunjukkan penggunaan penglihatan yang
optimal
Criteria hasil ;
-
Pasien
berpartisipasi dalam program pengobatan
-
Pasien
akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih lanjut
-
Pemeriksaan
TIO kmbali normal antara 10-21 mmHg
-
COA
kembali luas
-
Pupil
normal jka diberi rangsang chaya akan mengecil
-
Dan
klien tdk melihat pelangi lg saat dirangsang chaya terang
|
1.
Kaji
derajat / tipe kehilangan penglihatan
2.
Dorong
klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan
3.
Lakukan
tindakan untuk membantu pasien untuk menangani keterbatasan penglihatan,
contoh, atur perabot, perbaiki sinar dan masalah penglihatan malam
4.
Kolaborasi :
-
Berikan obat
tetes mata beta bloker misalnya timolol, betaxolol, cartexolol, levabunolol,
metipranolol
|
1.
mengetahui
harapan masa depan klien dan pilihan intervensi
2.
intervensi
dini untuk mencegah kebutaan, klien menghadapi kemungkinan / mengalami
kehilangan penglihatan sebagian atau total.
3.
Dapat
mempermudah pasien dlm beraktivitas.
4.
Dapat
mengurangi TIO dan mengontrol TIO, mencegah
kehilangan penglihatan lebih lanjut.
|
Selasa
20 maret 2012
|
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri
Tujuan
:
Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria
Hasil :
Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam
pasien mengatakan nyerinya berkurang.
|
1.
Kaji tingkat
nyeri
2.
Pantau
derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut.
3.
Siapkan
pasien untuk pembedahan sesuai peranan.
4.
Pertahankan
tirah baring ketat pada posisi semi fowler
5.
berikan
lingkungan gelap dan terang.
|
1. Mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan intervensi
selanjutnya.
2. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan
3. Setelah TIO terkontrol pada glaucoma sudut terbuka,
pembedahan harus dilakukan untuk secara permanen menghilangkan blok pupil.
4. Tekanan pada mata ditingkatkan bila tubuh datar
5. stress dan sinar mienimbulkan TIO yang mecetuskan
nyeri.
|
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/TGL
|
DIAGNOSA
|
JAM
|
Implementasi
|
TTD
|
Selasa/ 13 maret
2012
|
Gangguan
persepsi sensori (penglihatan) b.d hilangnya pandangan perifer sekunder dr
peningkatan TIO > 21 mmHg
|
07.00
|
1.
Mengkaji
derajat / tipe kehilangan penglihatan
2.
Mendorong
klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan
3.
Melakukan
tindakan untuk membantu pasien untuk menangani keterbatasan penglihatan,
contoh, mengatur perabot, perbaiki sinar dan masalah penglihatan malam.
4.
Memberikan
obat tetes mata : beta bloker (timolol)
|
|
Selasa/20 maret 2012
|
Gangguan rasa nyaman
nyeri
|
|
1.
Mengkaji
tingkat nyeri
2.
Memantau
derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut.
3.
Menyiapkan
pasien untuk pembedahan sesuai peranan.
4.
Mempertahankan
tirah baring ketat pada posisi semi fowler
5.
Memberikan lingkungan gelap dan terang.
|
|
F.
EVALUASI
KEPERAWATAN
HARI/TGL
|
DIAGNOSA
|
Evaluasi
|
TTD
|
Rabu, 13 maret 2012
|
Gangguan
persepsi sensori (penglihatan) b.d hilangnya pandangan perifer sekunder dr
peningkatan TIO > 21 mmHg
|
S
: Tn.W mengatakan penglihatan sudah tdk kabur lagi
O
:
-
Pemeriksaan
tonometry TIO 15 mmHg
-
Visus/
ketajaman 6/6.
-
COA
kembali luas
-
Pupil
mengecil saat diberi chaya
-
Dan
klien tdk melihat pelangi lg saat dirangsang chaya terang
A
: masalah teratasi
P
: hentikan intervensi, pertahankan hasil
|
|
Rabu, 13 maret 2012
|
Gangguan rasa nyaman
nyeri
|
S : -
klien mengatakan nyeri berkurang dan klien mengatakan tidak menahan
nyeri lagi
O :
- klien tampak sehat
- wajah klien tampak lebih rileks
- keadaan umum klien kembali
normal
A :
masalah teratasi sebagian
P :
lanjutkan intervensi
|
|
2.5
LEGAL
ETIK PADA PASIEN GLAUKOMA
v
Prinsip-prinsip Penanganan
Glaukoma :
‒Makin
tinggi TIO, makin besar risiko kerusakan saraf optik.
‒Terdapat
beberapa faktor lain selain TIO yang mempengaruhi kerusakan saraf optk, tetapi
faktor tsb belum diketahui dengan jelas.
‒Pada
pasien glaukoma, penurunan tekanan akan menurunkan risiko kerusakan lebih
lanjut tetapi belum dapat diketahui pada tekanan berapa kerusakan tersebut
berhenti, jadi perlu follow-up terus menerus.
‒Setiap
pengobatan atau tindakan untuk menurunkan TIO pasti mempunyai efek samping dan
membutuhkan biaya.
‒Keberhasilan
penanganan glaukoma adalah penurunan TIO secukupnya sehingga selama hidup
pasien masih mempunyai penglihatan yang bagus, dengan efek samping sekecil
mungkin dan biaya seringan mungkin.
v
Penurunan TIO dapat dilakukan
dengan beberapa cara:
Ø
Menurunkan produksi humor akuos
dg obat tetes mata ( timolol maleat, inhibitor karbonik anhidrase )
Ø
Menambah pembuangan humor akuos
( pilokarpin, analog prostaglandin, trabekuloplasti dg laser )
Ø
Merusak badan silier (
siklokrioterapi, siklofotokoagulasi )
Ø
Operasi filtrasi
(trabekulektomi, pemasangan Aqueus shunt devices (Glaucoma implants or
tubes) )
2.6
SATUAN
ACARA PENYULUHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Penyakit Glaukoma
Sub Pokok Bahasan : Perawatan
pada penderita Glaukoma
Waktu : Pkl 07.30 – 08.20
Hari/Tanggal :
Rabu, 14 maret 2012
Tempat : Aula RS
Sasaran : Klien dan keluarga (peserta) di RS
Penyuluh : Mahasiswa STIKES NU Tuban semester 4
---------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Tujuan
Instruksional
1. Tujuan
Instruksional Umum
Setelah mendapat penyuluhan
tentang Glaukoma selama 30 menit, diharapkan peserta mengerti tentang perawatan
pada pasien dengan glaukoma
2. Tujuan
Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan,
diharapkan peserta mampu :
a) Menjelaskan tentang pengertian Glaukoma
b) Menjelaskan penyebab Glaukoma
c) Menyebutkan tanda tanda Glaukoma
d) Menyebutkan pencegahan Glaukoma
e) Menjelaskan pengobatan Glaukoma
B. Metode belajar
- Ceramah
- Tanya jawab
- Brain storming
C. Alat dan Media
- Leaflet
- Flip Chart
- Laptop
- LCD
D.
Kegiatan Penyuluhan
No
|
Waktu
|
Topik
|
Kegiatan Penyuluh
|
Kegiatan
Peserta
|
Oleh
|
1
|
15
menit
|
Perkenalan
|
1.
Menyampaikan
salam pembuka
2.
Memperkenalkan
diri
3.
Menyampaikan
tujuan penyuluhan
4.
Mengingatkan
kontrak waktu dan mekanisme pelaksanaan penyuluhan
|
- Membalas salam
- Memperhatikan
|
Moderator
Penyaji
|
2
|
30
menit
|
Pengembangan
|
1.
Meminta
klien dan keluarga untuk menjelaskan sedikit tentang Glaukoma sebatas yang diketahui. (Brain storming)
2. Penyampaian Materi, tentang:
Pengertian, penyebab, tanda gejala,
pencegahan, setelah pengobatan
Sinusitis
3. Pemberian
kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya.
4. Menjawab
pertanyaan peserta penyuluhan yang berkaitan dengan materi.
5.
Memberikan
kesempatan kepada pembimbing untuk memberikan masukan dan argument
|
-
Memperhatikan penjelasan dan demonstrasi dengan cermat
-
Menanyakan hal yang belum jelas
-
Memperhatikan jawaban penyuluhan
|
Moderator
Penyaji
Moderator
|
3
|
10
menit
|
Penutup
|
1.
Membuka
kesempatan untuk diskusi.
2. Melakukan evaluasi : Menanyakan pada pasien dan keluarga tentang kejelasan materi yang
diberikan dan memberikan penguatan positif bila keluarga pasien dapat
menjawab dan menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan.
3.
Menyimpulkan
kegiatan penyuluhan,
menyampaikan
salam penutup.
Membagikan
leaflet
|
-
Berpartisipasi
aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab
-
Menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan.
-
Mendengarkan dan membalas salam
|
Moderator
Penyaji
Moderator
Fasilitator
|
E.
Pengorganisasian
dan Job Discription
1.
Pembimbing : Husnul Mubarok,
S.Kep,Ns
2.
Moderator : Nur Vadhillah
Job Discription : Membuka dan
menutup kegiatan
Membuat susunan acara dengan
jelas
Memimpin jalannya kegiatan
3.
Penyaji : Desta Nur
Wahyu
Job
Discription : Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas
4.
Observer :
Eko Remon Karisma
Job
Discription : Membuat resume
kegiatan SAP
Mengobservasi
semua kegiatan penyuluhan
5.
Fasilitator :
Job Discription : Membantu
menyiapkan perlengkapan penyuluhan
Memotivasi audience untuk bertanya
Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan
audience
F.
Kritera Evaluasi
1.
Evaluasi struktur
1) Peserta
atau pasien dan keluarga
2) Penyelenggaraan penyuluhan di ruang aula STIKES NU
Tuban
3)
engorganisasian
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa prodi S-1 Keperawatan
tingkat II STIKES NU Tuban
4)
Kontrak waktu
dilakukan 1 hari sebelum penyuluhan dan 15 menit sebelum pelaksanaan
penyuluhan.
2.
Evaluasi proses
1)
Peserta atau pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2)
Peserta atau pasien dan keluarga mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3)
Peserta atau pasien dan keluarga mengajukan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4)
Peserta atau pasien dan keluarga
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing.
3.
Evaluasi hasil :
1) Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian Glaukoma
2) Peserta mampu menjelaskan penyebab
Glaukoma
3) Peserta mampu menyebutkan tanda
tanda Glaukoma
4) Peserta mampu menyebutkan pencegahan
Glaukoma
5) Peserta mampu melakukan pengobatan Glaukoma
MATERI PENYULUHAN
•
PENGERTIAN
Glaukoma adalah penyakit pada
syaraf penglihatan yang menyebabkan luas pandangan menyempit dan dapat berakhir
dengan kebutaan. Penyakit ini dapat mengenai satu atau dua mata dan dapat
terjadi pada segala umur, baik laki-laki atau perempuan. Dibanyak Negara
termasuk Indonesia, glaucoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua setelah
katarak.
•
PENYEBAB
Penyebab penyakit ini multi
factor. Tekanan bola mata yang meninggi merupakan factor
utama. Tekanan bola mata yang meninggi ini, paling sering disebabkan oleh
hambatan pengeluaran cairan bola mata (humour aquous).
·
FAKTOR RESIKO TERKENA GLAUKOMA
‒
Usia, meskipun setiap orang dapat menderita glaucoma, tapi lebih banyak
pada usia diatas 40 tahun.
‒
Keluarga dekat yang menderita glaucoma (orang tua, saudara kandung)
‒
Penderita rabun jauh (myopia tinggi)
‒
Diabetes mellitus (kencing manis)
‒
Pengobatan dengan steroid lama, misalnya pada penderita asma, rematik
dll
‒
Hipertensi (tekanan darah tinggi)
‒
Pasien dengan riwayat migraine (sakit kepala sebelah)
‒
·
KELUHAN-KELUHAN PENDERITA GLAUKOMA
Ada beberapa jenis
glaucoma, antara lain :
² Glaucoma
kronis, nyaris tanpa keluhan. Bila mempunyai factor-faktor dan resiko
seperti di atas, sebaiknya anda memeriksakan diri pada dokter mata.
² Glaucoma
Akut, tiba-tiba mata anda sakit, merah, melihat pelangi disekitar sumber
cahay (lampu), dapat sakit kepala, mual sampai muntah. Bila hal ini terjadi,
segeralah ke dokter mata.
·
HAL – HAL YG PERLU DIPERHATIKAN BAGI PENDERITA GLAUKOMA
‒
Selalu bina hidup sehat
‒
Bina lingkungan yg sehat
‒
Simpan dan pergunakan obat sesuai petunjuk dokter, jangan sampai
kehabisan obat.
‒
Kontrol yang teratur untuk mengetahui kondisi mata anda kemungkinan
adanya perubahan pengobatan
‒
Bila anda suka minum kopi, batasilah hanya secangkir sehari.
‒
Jangan merokok
‒
Hindari kerja fisik dan mental yang berlebihan.
‒
Tidur dan istirahat yang cukup.
‒
Katakanlah dimanapun anda berobat bahwa anda penderita glaucoma.
v PENGOBATAN UNTUK
GLAUKOMA
u Dapat diobati dg
obat tetes mata : timolol (Timoptic), levobunolol (Betagan), carteolol (Ocupress),
dan metipranolol (Optipranolol).
u Dilakukan laser
atau operasi utk menurunkan tekanan bola mata
BAB III
RINGKASAN
3.1
Kesimpulan
Glaukoma salah satu penyakit mata yang diakibatkan
karena kenaikan tekanan bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan,
sedangkan fungsi saraf mata akan meneruskan bayangan yang dilihat ke otak.
Diotak bayangan akan digabungkan dipusat penglihatan dan membentuk benda
(vision).
Glaukoma adalah sekelompok
gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai
dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segala akibatnya. Saat
peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi jaringan, kerusakan terjadi pada
sel ganglion retina, merusak diskus optikus, mentebabkan atrofi saraf optik dan
hilangnya pandangan perifer. Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan
menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa timbulnya tanpa timbulnya
gejala lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan
kebutaan dalam beberapa jam. Derajat peningkatan TIO yang mampu menyebabkan
kerusakan organik bervariasi. Beberapa orang dapat menoleransi tekanan yang
mungkin bagi orang lain dapat menyebabkan kebutaan.
Glaukoma terbagi menjadi tipe
primer, sekunder, dan kongenital. Tipe primer terbagi lagi menjadi glaukoma
sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Tekanan intraokuler (TIO) merupakan faktor
penting pada glaukoma meskipun TIO bukan merupakan penentu pada diagnosis
glaukoma. Sebagian besar dari jenis glaukoma mempunyai tekanan intraokuler yang
tinggi dan menyebabkan timbulnya gejala rasa sakit di mata bahkan menimbulkan
penurunan tajam penglihatan dan kelainan lapang pandang. Pada semua jenis
glaukoma akan terjadi kerusakan saraf optik baik pada glaukoma dengan tekanan
tinggi maupun dengan tekanan rendah, sampai saat ini hanya penurunan TIO yang
telah dibuktikan dapat mencegah kerusakan saraf optik lebih lanjut. Jadi tujuan
penanganan glaukoma adalah mempertahankan penglihatan dengan jalan mencegah
kerusakan saraf optik lebih berat dengan cara menurunkan TIO sampai ke level
“TIO aman”.
Penanganan glaukoma dilakukan berdasarkan kepada prinsip-prinsip
di bawah ini:
- Makin tinggi TIO, makin besar risiko kerusakan saraf optik.
- Terdapat beberapa faktor lain selain TIO yang mempengaruhi kerusakan saraf optk, tetapi faktor tsb belum diketahui dengan jelas.
- Pada pasien glaukoma, penurunan tekanan akan menurunkan risiko kerusakan lebih lanjut tetapi belum dapat diketahui pada tekanan berapa kerusakan tersebut berhenti, jadi perlu follow-up terus menerus.
- Setiap pengobatan atau tindakan untuk menurunkan TIO pasti mempunyai efek samping dan membutuhkan biaya.
- Keberhasilan penanganan glaukoma adalah penurunan TIO secukupnya sehingga selama hidup pasien masih mempunyai penglihatan yang bagus, dengan efek samping sekecil mungkin dan biaya seringan mungkin.
Penurunan TIO dapat dilakukan
dengan beberapa cara:
- Menurunkan produksi humor akuos ( timolol maleat, inhibitor karbonik anhidrase )
- Menambah pembuangan humor akuos ( pilokarpin, analog prostaglandin, trabekuloplasti dg laser )
- Merusak badan silier ( siklokrioterapi, siklofotokoagulasi )
- Operasi filtrasi (trabekulektomi, pemasangan implant seton, ahmed, molteno)
REFERENSI PUSTAKA
Junadi P. dkk, Kapita
Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982
Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.
Long C Barbara.
Medical surgical Nursing. 1992
Doungoes, marilyn E,
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian
perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000
Susan Martin Tucker,
Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5
Vol3 EGC. Jakarta 1998
Brunner & Suddart. Keperawatan Medical
Bedah EGC. Jakarta 2002