Posted by : Unknown Minggu, 28 Oktober 2012



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA
LAPORAN KELOMPOK
Fasilitator  Karyo, S.Kep,Ns











Oleh Kelompok 2:

1.       Nur Vadhillah                                     12.          Agus Eko Biantoro
2.       Desta Nurwahyu                              13.          Yeni Desi Rahmawati
3.       Tiara Putri Ryandini                          14.          Yudik Tri Okta
4.       Wazirotul Ummah                            15.          Wahyu Puji Lestari
5.       Firman Nur Rahman                        16.          Evi Ainur R
6.       Ani Nur Lina                                        17.          Irine Devi Meliana
7.       Yupiter Utami                                    18.          Suroso Efendi
8.       Lailatur Rosida                                   19.          Yoga Hardani P
9.       Arif Robbul Izzati                              20.          Eko Remon Karisma
10.   Zuliatin Rofiqoh                                 21.          Moh. Mas Fuad
11.   Siti Lailiyatus Sholihah                     22.          Andrian Eka S.


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2012

KATA PENGANTAR

                Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Glaukoma” dengan baik dan lancar.

                Laporan ini Penulis sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan ini, Penulis berharap dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan judul laporan yang telah ditentukan.
                Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
                Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Bapak Karyo, S. Kep, Ns.  selaku dosen fasilitator SGD SPS (Sensory Perception System) serta kepada Allah SWT jualah diserahkan atas segala sesuatunya.
                                                                                                               



 Tuban, 26 Maret 2012


Kelompok




BAB I
PENDAHULUAN
1. 1   Latar Belakang
Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang sebagai berikut :
Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh klien untuk memaksimalkan kesehatan klien.
Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia setelah katarak, biasanya terjadi pada usia lanjut. Dibeberapa negara 2% penduduk usia diatas 40 tahun menderita Glaukoma, dan di Indonesia Glaukoma sebagai penyebab kebutaan yang tidak dapat dipulihkan.
Glaukoma salah satu penyakit mata yang diakibatkan karena kenaikan tekanan bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan, sedangkan fungsi saraf mata akan meneruskan bayangan yang dilihat ke otak. Diotak bayangan akan digabungkan dipusat penglihatan dan membentuk benda (vision).
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segala akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus, mentebabkan atrofi saraf optik dan hilangnya pandangan perifer. Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa timbulnya tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam. Derajat peningkatan TIO yang mampu menyebabkan kerusakan organik bervariasi. Beberapa orang dapat menoleransi tekanan yang mungkin bagi orang lain dapat menyebabkan kebutaan.
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder, dan kongenital. Tipe primer terbagi lagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Sehingga dalam laporan ini,kami akan menjelaskan keseluruhan dari penyakit glaucoma itu sendiri beserta asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan glaucoma.





1. 2  Batasan Topik
        Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa batasan topik sebagai berikut :
1.       Bagaimana konsep dasar penyakit Glaukoma itu?
2.       Bagaimana konsep anatomi fisiologi sensory perception system pada Glaukoma?
3.       Bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit Glaukoma dan WOC sehingga menyebabkan gangguan ke system tubuh?
4.       Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien Glaukoma  beserta analisa data dari kasus?
5.       Bagaimana aspek legal etik pada pasien Glaukoma?
6.       Bagaimana satuan acara penyuluhan (SAP) pada pasien Glaukoma?























BAB II
PEMBAHASAN
2.1    KONSEP DASAR GLAUKOMA            
A.      Pengertian
Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Glaukoma, yaitu :
·         Long Barbara, 1996
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler.
·         Chandler & Grant (1977)
Glaukoma adalah suatu keadaan pada mata, dimana ditemukan kenaikan tekanan bola mata yang sudah menyebabkan kerusakan/kelainan pada diskus optikus dan lapang pandangan.
·         Arif, 1999
Suatu keadaan tekanan intra oculer / tekanan dalam bola mata cukup besar untuk menyebabkan kerusakan pupil, saraf optik dan kelainan lapang pandang.
·         Sidarta Ilyas,2000
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peningkatan tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.


B.      Etiologi
Penyebab terjadinya Glaukoma itu adalah :
·         Pada  Glaukoma primer, yaitu:
Terdiri dari 
      Akut
Dapat disebabkan karena trauma. 
      Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti : 
       Diabetes mellitus 
       Hipertensi
       Arterisklerosis 
       Pemakaian kortikosteroid jangka panjang.
       Miopia tinggi dan progresif. 
Dari etiologi diatas dapat menyebabkan sudut bilik mata yang sempit. 
       Sekunder 
Disebabkan penyakit mata lain seperti : 
      Katarak 
      Perubahan lensa 
      Kelainan uvea
      Pembedahan

v  Faktor Resiko
      Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
      Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
      Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaucoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata.
      Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-abatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukom
a

C.      Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang ditimbulkan Glaukoma adalah:
1.       Glaukoma primer 
1)      Glaukoma sudut terbuka 
a.       Kerusakan visus yang serius  Lapang pandang mengecil dengan macam – macam skotoma yang khas.
b.      Perjalanan penyakit progresif lambat 
2)      Glaukoma sudut tertutup 
a.       Nyeri hebat didalam dan sekitar mata 
b.      Timbulnya halo (lingkaran berwana/terang disekitar cahaya)
c.       Pandangan kabur 
d.      Sakit kepala 
e.      Mual, muntah 
f.        Kedinginan
g.       Cemas  bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien. 
3)      Glaukoma sekunder 
a.       Pembesaran bola mata 
b.      Gangguan lapang pandang 
c.       Nyeri di dalam mata 
4)      Glaukoma kongenital 
a.       Gangguan penglihatan 

5)      Glaukoma absolut 
Akhir dari semua glaukoma yang tidak terkontrol akan terjadi glaukoma absolut.
·       ciri-ciri mata teraba keras
·       tajam penglihatan nol
·       dan seringkali disertai dengan nyeri mata hebat.
·       Keadaan ini dapat terjadi pada bentuk Glaukoma sudut terbuka maupun glaukoma sudut tertutup. 

v  Menurut Sidarta Ilyas(2004),glaukoma akan memperlihatkan gejala :
1.       Tekanan bola mata yang tidak normal
2.       Rusakanya selaput  jala
3.       Menciutnya lapang pengelihatan akibat rusaknya selaput jala
4.       Berakhir dengan kebutaan

D.      Klasifikasi
1.       Primary
A.      Open Angle Glaucoma (Glaukoma Sudut-Terbuka Primer).
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer : tipe yang paling umum dijumpai. Terjadi karena humor aqueus mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular kelainannya terkesan lambat
·         bersifat turunan (sehingga resiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga)
·         pada usia dewasa  dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
·         tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen.
Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini. Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.


B.      Acute Angle-Closure Glaucoma (Glaukoma Sudut-Tertutup Akut)
Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Terjadi karena ruang anterior menyempit, sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqoeus mengalir ke saluran schlemm. 
·         Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya.
·         Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah.
Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang singkat.

2.       Secondary Glaukoma (Glaukoma Sekunder)
terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata à Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti :
a.       Katarak
b.      Diabetes
c.       Trauma
d.      arthritis
e.      maupun operasi mata sebelumnya.
f.        Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.

3.       Congenital Glaukoma (Glaukoma Kongenital)
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran
a.       Biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.

4.       Glaukoma absolut merupakan stadium akhir, sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. 


v  Berdasarkan Lamanya,Glaukoma dapat dibagi menjadi:
1.       Glaukoma Akut
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
2.       Glaukoma Kronik
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.



2.2   KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI SENSORY PERCEPTION SYSTEM GLAUKOMA
A.      Anatomi Glaukoma
Akueos humor adalah cairan jernih yang mengisi ruang anterior dan posterior mata. Komposisi serupa dengan  plasma tetapi memiliki konsentrasi askorbat , piruvat dan laktat yang lebih tinggi sert protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Ruang anterior mata terbentang antara kornea dan iris. Ruang posterior terbentang antara iris dan lensa. Akueos humor diproduksi secara terus menerus oleh kapiler venosa di dalam prosesus siliaris, dikeluarkan melalui trabekula yang ada pada sudut iridokorneal, yang membuka ke dalam saluran vena sirkuler yang disebut kanal Schlemn. Kanal ini mengeluarkan akues humor dari mata ke sirkulasi sitemik sehingga tekanan intraokuler tetap dapat dipertahankan secara konstan.

B.      Fisiologi Glaukoma
Fungsi aqueos humor  antara lain:   
a.         Mempertahankan tekanan intraokular dan kantung dunia mata.
b.        Menyediakan gizi (misalnya asam amino dan glukosa) untuk jaringan okular avaskular; posterior kornea , meshwork trabecular , lensa , dan vitreous anterior.
c.         Membawa limbah produk dari metabolisme jaringan di atas mata avaskular.
d.        Dapat berfungsi untuk mengangkut askorbat di segmen anterior untuk bertindak sebagai agen anti-oksidan.
e.        Hadirnya imunoglobulin menunjukkan peran dalam respon imun untuk membela melawan patogen.
f.          Menjaga otak konsumsi energi yang tepat.
g.         Fungsi utamanya adalah untuk memberikan diopteric kekuatan untuk kornea. fungsinya utamanya adalah tekanan intraokular untuk kornea.

v  DRAINASE AQUEOS HUMOR
       produksi harus diimbangi dengan tingkat yang sama drainase aqueous humor. variasi kecil dalam produksi atau arus keluar aqueous humor akan memiliki pengaruh besar pada tekanan intraokular.
       Rute drainase untuk aliran aqueous humor adalah pertama melalui ruang posterior , maka ruang sempit di antara iris dan lensa posterior anterior (kontribusi untuk perlawanan kecil), melalui murid untuk memasuki bilik anterior . Dari sana, keluar aqueous humor mata melalui meshwork trabecular ke ‘s kanal Schlemm (saluran di limbus, yaitu, titik bergabung dari kornea dan sclera, yang mengelilingi kornea ) ini mengalir melalui 25 – 30 kanal kolektor ke dalam vena episcleral. Hambatan terbesar untuk aliran air disediakan oleh meshwork trabecular, dan ini adalah di mana sebagian besar keluar air terjadi. Dinding internal kanal ini sangat halus dan memungkinkan cairan untuk menyaring akibat tekanan tinggi cairan di dalam mata.
       Rute sekunder adalah drainase uveoscleral, dan independen dari tekanan intraokular, aliran air lewat sini, tetapi untuk tingkat yang lebih rendah daripada melalui meshwork trabecular.
       Cairan biasanya 15 mm (0,6 inci) Hg di atas tekanan atmosfir, jadi ketika jarum suntik disuntikkan arus fluida mudah. Jika cairan bocor, karena runtuh dan layu dari kornea, kekerasan mata normal karena itu dikuatkan.

v  SUDUT BILIK MATA DEPAN
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Padabagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengalirankeluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batasbelakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut tertutup hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.

v  TEKANAN INTRAOKULI
       Tekanan intraokuli merupakan kesatuan biologis yang menunjukkan  fluktuasi harian. Tekanan yang tepat adalah syarat untuk kelangsungan penglihatan yang normal yang menjamin kebeningan media mata dan jarak yang konstan antara kornea dengan lensa dan lensa dengan retina.
       Homeostasis tekanan intraokular terpelihara oleh mekanisme regulasi setempat atau sentral yang berlangsung dengan sendirinya (Hollwich, 1992).
       Tekanan mata yang normal berkisar antara 10-22 mmHg (Simmons et al, 2007-2008).
       Tekanan intraokuli kedua mata biasanya sama dan menunjukkan variasi diurnal (Hollwich, 1992). Pada malam hari, karena perubahan posisi dari berdiri menjadi berbaring, terjadi peningkatan resistensi vena episklera sehingga tekanan intraokuli meningkat. Kemudian kondisi ini kembali normal pada siang hari sehingga tekanan intraokuli kembali turun (Doshi et al, 2010).
       Variasi nomal antara 2-6 mmHg dan mencapai tekanan tertinggi saat pagi hari, sekitar pukul 5-6 pagi (Simmons et al, 2007-2008).
       Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan intraokuli, antara lain keseimbangan dinamis produksi dan ekskresi aqueous humor, resistensi permeabilitas kapiler, keseimbangan tekanan osmotik, posisi tubuh (Solomon, 2002), irama sirkadian tubuh, denyut jantung, frekuensi pernafasan, jumlah asupan air, dan obat-obatan (Simmons et al, 2007-2008).


                   

2.3   PATOFISIOLOGI ATAU PERJALANAN PENYAKIT GLAUKOMA
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor melalui kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang



2.4   ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA
KASUS PEMICU
Tn w 40thn dirawat di RS karena kehilangan penglihatan,sisi samping (perifer), sakit kepala, penglihatan kabur, melihat pelangi bila melihat sumbar cahaya terang. Pada pemeriksaan didpat pupil yang lebar dan iregular, edem perifer corne, kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva, COA yang sempit. Pemeriksaan tonometri TIO diatas 21mmHg, diduga faktor utama yang berperan dalam meningkatnya TIO, antara lain karena kecepatan produksi Aqueos humor oleh badan silia, resitensi aliran aqueos humor melalui jaringan trabekular dan kanal schlemna/ tekanan vena epislera. Dokter berkolaborasi dengan perawat dalam pemberian tetes mata beta bloker(trimolol, betaxolol, cateolol, levobunolol, metripranolol) yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.

A.      Pengkajian
                    I.            Identitas
        Nama                                    : Tn.W
        Jenis kelamin                     : Laki-laki
        Umur                                    : 40 tahun
        Status perkawinan          : Sudah Menikah
        Pendidikan                         : SMP
        Suku/Bangsa                      : Indonesia
        Alamat                                  : Ds Semanding - Tuban
        Pekerjaan                           : Petugas parkir
        Sumber informasi            : Pasien
                  II.            Keluhan Utama : penglihatan kabur
                III.             Riwayat Keperawatan
v  Riwayat Penyakit Sekarang :
P      : Tn.W dibawa ke RS karena mengalami penglihatan kabur setelah kemarin menglami benturan pada matanya saat bekerja. Tn.W juga merasakan tidak dapat melihat di sisi samping, dan sellu melihat ada pelangi saat melihat lampu yg terang. Setelah mengalami benturan, mata Tn.W dikompres istrinya dengan air dingin.
Q     : penglihatan kabur dirasakan setelah Tn.W mengalami benturan pada matanya.
R      : di daerah matanya
S      : penglihatan yang kabur dirasakan sangat mengganggu aktivitas pekerjaan Tn.W, sampai-sampai beliau sering berpegangan saat berjalan karena takut jatuh
T      : penglihatan kabur lebih dirasakan saat siang hari dan saat malam hari jika terkena sinar lampu.
v  Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.W tidak pernah mengalami penyakit mata sebelumnya.
v  Riwayat Penyakit Keluarga : menurut keterangan klien tidak ada keluarga yang mmiliki penyakit mata dan DM serta HT.

                IV.            Observasi dan Pemeriksaan Fisik
v  Keadaan Umum :
§  Mata Tn.W terlihat masih memar
§  Tn.W tampak lelah
§  Mata Tn.W terlihat merah
v  TTV :
§  S : 37 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)
§  N : 80 x/menit ( 60 – 100 x/menit)
§  TD : 120/80mmHg (<=120-130, <=80 mmHg)
§  RR : 18 x/menit (16 – 20 x/menit)

                  V.            Body System
v  B1 (Breathing)
§  Tn.W tampak lelah
§  Bentuk dada normal
§  Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
§  PCH (-)
§  Suara pernapasan tambahan (-)
§  Pola napas teratur dengan RR 18 x/mnt
v  B2 (Blood)
§  Didapatkan tekanan darah yang normal (120/80 mmHg)
§  Nadi normal (Nadi 80 x/mnt)
§  Tidak ada sianosis
§  CRT normal (< 3 detik)
v  B3 (Brain)
§  Terlihat cemas
§  Kesadaran compos mentis dengan GCS 456
§  Pupil yg melabar dan irreguler
§  Edema epitel kornea
§  Congesti pemda episkleral & konjungtiva
§  COA sempit
§  Pemeriksaan TIO > 21 mmHg
§  Saat dirangsang cahaya yang terang pasien mengeluh melihat pelangi
v   B4 (Bladder)
§  Produksi urin normal min 400 cc/hari
§  Tdk ada pemberian ciaran parenteral
v   B5 (Bowel)
§  Anorexia
§  BB mnurun
§  Mulut bersih
§  Peristaltik meningkat 25 x/mnt
v   B6 (Bone)
§  Tn.W terlihat lelah
§  Mampu mggerakkan sendi dg bebas

                  V.             Pemeriksaan penunjang
1.       Tonometri : Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola mata normal berkisar antara 10-21 mmHg.
2.       Gonioskopi : Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar humor akueus. Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah terbuka, sempit atau tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
3.       Penilaian diskus optikus : menggunakan opthalmoskop kita bisa mengukur rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular yang signifikan.
4.       Pemeriksaan lapang pandang : penting dilakukan untuk mendiagnosis dan menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan berkurang karena peningkatan TIO akan merusakan papil saraf optikus.












B.      ANALISA DATA
v  Analisa data 1
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM

Ds :
Tn.W mengatakan penglihatannya kabur setelah mngalami benturan pada matanya saat bekerja
Do :
keadaan umum & pemfis
-        Mata Tn.W terlihat masih memar
-        Tn.W tampak lelah
-        Mata Tn.W terlihat merah
-        Pupil yg melabar dn irreguler
-        Edema epitel kornea
-        Congesti pemda episkleral & konjungtiva
-        COA sempit
-        Saat dirangsang cahay yg terang pasien mengeluh melihat pelangi
-        Pemeriksaan tonometry : TIO > 21 mmHg
Trauma mata


 
Peningkatan Tekanan Intra Okuli (TIO)
 

Penekanan bola mata oleh cairan aqueus


 
Tekanan pada syaraf optic retina

Kerusakan syaraf optic dan retina

Penipisan serat syaraf  dan inti
bag.dalam retina

Atrofi discus opticus
 

Hilangnya pandangan perifer

Gangguan persepsi sensori (penglihtan)
Gangguan persepsi sensori (penglihatan)


v  Analisa data 2
Data
Etiologi
Masalah
DS :
Klien mengatakan penglihatan kabur, sakit kepala dan seperti melihat pelangi bila melihat cahaya yang terang.
DO :
 keadaan Umum :
-        Pupil melebar dan terkadang irreguler
-        Edema epitel kornea
-        Lemah, Lelah, Pergerakan klien berkurang
TTV :
-        TD : 110/80 mmHg
-        N  : 80x/menit
-        S   : 38 C
-        RR : 20x/menit
Irreversible (kebutaan)

Pembedahan

Interupsi (insisi bedah)

Nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri




Gangguan rasa nyaman nyeri



C.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.          Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan  gangguan penerimaan sensori
2.         Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan interupsi / insisi bedah










D.      INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/tgl
No. Diagnosa
Intervensi
Rasional
21 Maret 2012
1.       Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d hilangnya pandangan perifer sekunder dr peningkatan TIO > 21 mmHg
Tujuan :
Dalam waktu 3x24 jam menunjukkan penggunaan penglihatan yang optimal 
Criteria hasil ;
-          Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan 
-          Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih lanjut
-          Pemeriksaan TIO kmbali normal antara 10-21 mmHg
-          COA kembali luas
-          Pupil normal jka diberi rangsang chaya akan mengecil
-          Dan klien tdk melihat pelangi lg saat dirangsang chaya terang
1.       Kaji derajat / tipe kehilangan penglihatan 
2.       Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
3.       Lakukan tindakan untuk membantu pasien untuk menangani keterbatasan penglihatan, contoh, atur perabot, perbaiki sinar dan masalah penglihatan malam
4.       Kolaborasi :
-          Berikan obat tetes mata beta bloker misalnya timolol, betaxolol, cartexolol, levabunolol, metipranolol
1.       mengetahui harapan masa depan klien dan pilihan intervensi
2.       intervensi dini untuk mencegah kebutaan, klien menghadapi kemungkinan / mengalami kehilangan penglihatan sebagian atau total. 
3.       Dapat mempermudah pasien dlm beraktivitas.
4.       Dapat mengurangi TIO dan mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut.
Selasa 20 maret 2012

2.       Gangguan rasa nyaman nyeri
Tujuan :
Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam pasien mengatakan nyerinya berkurang.
1.       Kaji tingkat nyeri
2.       Pantau derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut.
3.       Siapkan pasien untuk pembedahan sesuai peranan.
4.       Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler
5.       berikan lingkungan gelap dan terang.
1.  Mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan intervensi selanjutnya.
2.  Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
3.  Setelah TIO terkontrol pada glaucoma sudut terbuka, pembedahan harus dilakukan untuk secara permanen menghilangkan blok pupil.
4.  Tekanan pada mata ditingkatkan bila tubuh datar
5.  stress dan sinar mienimbulkan TIO yang mecetuskan nyeri.


E.       IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/TGL
DIAGNOSA
JAM
Implementasi
TTD
Selasa/ 13 maret
2012





Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d hilangnya pandangan perifer sekunder dr peningkatan TIO > 21 mmHg

07.00








1.       Mengkaji derajat / tipe kehilangan penglihatan 
2.       Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
3.       Melakukan tindakan untuk membantu pasien untuk menangani keterbatasan penglihatan, contoh, mengatur perabot, perbaiki sinar dan masalah penglihatan malam.
4.       Memberikan obat tetes mata : beta bloker (timolol)

Selasa/20 maret 2012

Gangguan rasa nyaman nyeri

1.       Mengkaji tingkat nyeri
2.       Memantau derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut.
3.       Menyiapkan pasien untuk pembedahan sesuai peranan.
4.       Mempertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler
5.       Memberikan  lingkungan gelap dan terang.





F.       EVALUASI KEPERAWATAN
HARI/TGL
DIAGNOSA
Evaluasi
TTD
Rabu, 13 maret 2012
Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d hilangnya pandangan perifer sekunder dr peningkatan TIO > 21 mmHg
S : Tn.W mengatakan penglihatan sudah tdk kabur lagi
O :
-         Pemeriksaan tonometry TIO 15 mmHg
-         Visus/ ketajaman 6/6.
-          COA kembali luas
-          Pupil mengecil saat diberi chaya
-         Dan klien tdk melihat pelangi lg saat dirangsang chaya terang
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi, pertahankan hasil

Rabu, 13 maret 2012
Gangguan rasa nyaman nyeri
S  :  - klien mengatakan nyeri  berkurang dan klien mengatakan tidak menahan nyeri lagi
O  : 
- klien tampak sehat
- wajah klien tampak lebih rileks
-  keadaan umum klien kembali normal
A  :  masalah teratasi sebagian
P  :  lanjutkan intervensi




2.5   LEGAL ETIK PADA PASIEN GLAUKOMA
v  Prinsip-prinsip Penanganan Glaukoma :
Makin tinggi TIO, makin besar risiko kerusakan saraf optik. 
Terdapat beberapa faktor lain selain TIO yang mempengaruhi kerusakan saraf optk, tetapi faktor tsb belum diketahui dengan jelas. 
Pada pasien glaukoma, penurunan tekanan akan menurunkan risiko kerusakan lebih lanjut tetapi belum dapat diketahui pada tekanan berapa kerusakan tersebut berhenti, jadi perlu follow-up terus menerus. 
Setiap pengobatan atau tindakan untuk menurunkan TIO pasti mempunyai efek samping dan membutuhkan biaya. 
Keberhasilan penanganan glaukoma adalah penurunan TIO secukupnya sehingga selama hidup pasien masih mempunyai penglihatan yang bagus, dengan efek samping sekecil mungkin dan biaya seringan mungkin.
v  Penurunan TIO dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Ø  Menurunkan produksi humor akuos dg obat tetes mata ( timolol maleat, inhibitor karbonik anhidrase ) 
Ø  Menambah pembuangan humor akuos ( pilokarpin, analog prostaglandin, trabekuloplasti dg laser ) 
Ø  Merusak badan silier ( siklokrioterapi, siklofotokoagulasi ) 
Ø  Operasi filtrasi (trabekulektomi, pemasangan Aqueus shunt devices (Glaucoma implants or tubes) )












2.6   SATUAN ACARA PENYULUHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan                 : Penyakit Glaukoma     
Sub Pokok Bahasan         : Perawatan pada penderita Glaukoma
Waktu                                   : Pkl  07.30 – 08.20
Hari/Tanggal                       : Rabu, 14  maret  2012
Tempat                                : Aula RS
Sasaran                                : Klien dan keluarga (peserta) di RS
Penyuluh                             : Mahasiswa STIKES NU Tuban semester 4
---------------------------------------------------------------------------------------------------
A.      Tujuan Instruksional
1.       Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapat penyuluhan tentang Glaukoma selama 30 menit, diharapkan peserta mengerti tentang perawatan pada pasien dengan glaukoma
2.       Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta mampu :
a)      Menjelaskan tentang pengertian Glaukoma
b)      Menjelaskan penyebab Glaukoma
c)       Menyebutkan tanda tanda Glaukoma
d)      Menyebutkan pencegahan Glaukoma
e)      Menjelaskan pengobatan Glaukoma
B.      Metode belajar
  1. Ceramah
  2. Tanya jawab
  3. Brain storming
C.      Alat dan Media
  1. Leaflet
  2. Flip Chart
  3. Laptop
  4. LCD

D.     Kegiatan Penyuluhan
No
Waktu
Topik
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
Oleh
1
15 menit
Perkenalan
1.       Menyampaikan salam pembuka
2.       Memperkenalkan diri
3.       Menyampaikan tujuan penyuluhan
4.       Mengingatkan kontrak waktu dan mekanisme pelaksanaan penyuluhan
-      Membalas salam
-      Memperhatikan

Moderator

Penyaji

2
30 menit
Pengembangan
1.       Meminta klien dan keluarga untuk menjelaskan sedikit tentang Glaukoma sebatas yang diketahui. (Brain storming)
2.       Penyampaian Materi, tentang: Pengertian, penyebab, tanda gejala, pencegahan, setelah pengobatan Sinusitis
3.       Pemberian kesempatan pada peserta penyuluhan untuk bertanya.
4.       Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan yang berkaitan dengan materi.
5.       Memberikan kesempatan kepada pembimbing untuk memberikan masukan dan argument



-         Memperhatikan penjelasan dan  demonstrasi dengan cermat
-         Menanyakan hal yang belum jelas
-         Memperhatikan jawaban penyuluhan
Moderator







Penyaji







Moderator
3
10 menit
Penutup
1.       Membuka kesempatan untuk diskusi.
2.       Melakukan evaluasi : Menanyakan pada pasien dan keluarga tentang kejelasan materi yang diberikan dan memberikan penguatan positif bila keluarga pasien dapat menjawab dan menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan.
3.       Menyimpulkan kegiatan penyuluhan,
menyampaikan salam penutup.
Membagikan leaflet
-          Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab
-          Menjelaskan kembali materi dan menjawab pertanyaan.
-          Mendengarkan dan membalas salam
Moderator



Penyaji







Moderator




Fasilitator

E.      Pengorganisasian dan Job Discription
1.       Pembimbing      : Husnul Mubarok, S.Kep,Ns
2.       Moderator          : Nur Vadhillah
    Job Discription       : Membuka  dan menutup kegiatan
                                           Membuat susunan acara dengan jelas
                                           Memimpin jalannya kegiatan
3.       Penyaji                 : Desta Nur Wahyu
    Job Discription       :  Menyampaikan materi penyuluhan dengan jelas
4.       Observer             : Eko Remon Karisma
   Job Discription        : Membuat resume kegiatan SAP
                                         Mengobservasi semua kegiatan penyuluhan
5.       Fasilitator            :
Job Discription     : Membantu menyiapkan perlengkapan penyuluhan
                                                  Memotivasi audience untuk bertanya
                                                 Membantu penyaji dalam menganggapi pertanyaan audience
F.      Kritera Evaluasi
1.       Evaluasi struktur
1)      Peserta atau pasien dan keluarga
2)      Penyelenggaraan penyuluhan di ruang aula STIKES NU Tuban
3)      engorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa prodi S-1 Keperawatan tingkat II STIKES NU Tuban
4)      Kontrak waktu dilakukan 1 hari sebelum penyuluhan dan 15 menit sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2.       Evaluasi proses
1)      Peserta atau pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2)      Peserta atau pasien dan keluarga mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3)      Peserta atau pasien dan keluarga  mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
4)      Peserta atau pasien dan keluarga berpartisipasi aktif dalam kegiatan sharing.
3.       Evaluasi hasil :
1)      Peserta mampu menjelaskan tentang pengertian Glaukoma
2)      Peserta mampu menjelaskan penyebab Glaukoma
3)      Peserta mampu menyebutkan tanda tanda Glaukoma
4)      Peserta mampu menyebutkan pencegahan Glaukoma
5)      Peserta mampu melakukan pengobatan Glaukoma


MATERI PENYULUHAN
       PENGERTIAN
                Glaukoma adalah penyakit pada syaraf penglihatan yang menyebabkan luas pandangan menyempit dan dapat berakhir dengan kebutaan. Penyakit ini dapat mengenai satu atau dua mata dan dapat terjadi pada segala umur, baik laki-laki atau perempuan. Dibanyak Negara termasuk Indonesia, glaucoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua setelah katarak.

       PENYEBAB
Penyebab penyakit ini multi factor. Tekanan bola mata yang meninggi merupakan factor utama. Tekanan bola mata yang meninggi ini, paling sering disebabkan oleh hambatan pengeluaran cairan bola mata (humour aquous).

·         FAKTOR RESIKO TERKENA GLAUKOMA
       Usia, meskipun setiap orang dapat menderita glaucoma, tapi lebih banyak pada usia diatas 40 tahun.
       Keluarga dekat yang menderita glaucoma (orang tua, saudara kandung)
       Penderita rabun jauh (myopia tinggi)
       Diabetes mellitus (kencing manis)
       Pengobatan dengan steroid lama, misalnya pada penderita asma, rematik dll
       Hipertensi (tekanan darah tinggi)
       Pasien dengan riwayat migraine (sakit kepala sebelah)
        
·         KELUHAN-KELUHAN PENDERITA GLAUKOMA
                Ada beberapa jenis glaucoma, antara lain :
²  Glaucoma kronis, nyaris tanpa keluhan. Bila mempunyai factor-faktor dan resiko seperti di atas, sebaiknya anda memeriksakan diri pada dokter mata.
²  Glaucoma Akut, tiba-tiba mata anda sakit, merah, melihat pelangi disekitar sumber cahay (lampu), dapat sakit kepala, mual sampai muntah. Bila hal ini terjadi, segeralah ke dokter mata.

·         HAL – HAL YG PERLU DIPERHATIKAN BAGI PENDERITA GLAUKOMA
       Selalu bina hidup sehat
       Bina lingkungan yg sehat
       Simpan dan pergunakan obat sesuai petunjuk dokter, jangan sampai kehabisan obat.
       Kontrol yang teratur untuk mengetahui kondisi mata anda kemungkinan adanya perubahan pengobatan
       Bila anda suka minum kopi, batasilah hanya secangkir sehari.
       Jangan merokok
       Hindari kerja fisik dan mental yang berlebihan.
       Tidur dan istirahat yang cukup.
       Katakanlah dimanapun anda berobat bahwa anda penderita glaucoma.

v  PENGOBATAN UNTUK GLAUKOMA
u  Dapat diobati dg obat tetes mata : timolol (Timoptic), levobunolol (Betagan), carteolol (Ocupress), dan metipranolol (Optipranolol).
u  Dilakukan laser atau operasi utk menurunkan tekanan bola mata

















BAB III
RINGKASAN
3.1   Kesimpulan
Glaukoma salah satu penyakit mata yang diakibatkan karena kenaikan tekanan bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan, sedangkan fungsi saraf mata akan meneruskan bayangan yang dilihat ke otak. Diotak bayangan akan digabungkan dipusat penglihatan dan membentuk benda (vision).
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segala akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus, mentebabkan atrofi saraf optik dan hilangnya pandangan perifer. Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa timbulnya tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam. Derajat peningkatan TIO yang mampu menyebabkan kerusakan organik bervariasi. Beberapa orang dapat menoleransi tekanan yang mungkin bagi orang lain dapat menyebabkan kebutaan.
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder, dan kongenital. Tipe primer terbagi lagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Tekanan intraokuler (TIO) merupakan faktor penting pada glaukoma meskipun TIO bukan merupakan penentu pada diagnosis glaukoma. Sebagian besar dari jenis glaukoma mempunyai tekanan intraokuler yang tinggi dan menyebabkan timbulnya gejala rasa sakit di mata bahkan menimbulkan penurunan tajam penglihatan dan kelainan lapang pandang. Pada semua jenis glaukoma akan terjadi kerusakan saraf optik baik pada glaukoma dengan tekanan tinggi maupun dengan tekanan rendah, sampai saat ini hanya penurunan TIO yang telah dibuktikan dapat mencegah kerusakan saraf optik lebih lanjut. Jadi tujuan penanganan glaukoma adalah mempertahankan penglihatan dengan jalan mencegah kerusakan saraf optik lebih berat dengan cara menurunkan TIO sampai ke level “TIO aman”.
Penanganan glaukoma dilakukan berdasarkan kepada prinsip-prinsip di bawah ini:
  1. Makin tinggi TIO, makin besar risiko kerusakan saraf optik. 
  2. Terdapat beberapa faktor lain selain TIO yang mempengaruhi kerusakan saraf optk, tetapi faktor tsb belum diketahui dengan jelas. 
  3. Pada pasien glaukoma, penurunan tekanan akan menurunkan risiko kerusakan lebih lanjut tetapi belum dapat diketahui pada tekanan berapa kerusakan tersebut berhenti, jadi perlu follow-up terus menerus. 
  4. Setiap pengobatan atau tindakan untuk menurunkan TIO pasti mempunyai efek samping dan membutuhkan biaya. 
  5. Keberhasilan penanganan glaukoma adalah penurunan TIO secukupnya sehingga selama hidup pasien masih mempunyai penglihatan yang bagus, dengan efek samping sekecil mungkin dan biaya seringan mungkin.
Penurunan TIO dapat dilakukan dengan beberapa cara:
  1. Menurunkan produksi humor akuos ( timolol maleat, inhibitor karbonik anhidrase ) 
  2. Menambah pembuangan humor akuos ( pilokarpin, analog prostaglandin, trabekuloplasti dg laser ) 
  3. Merusak badan silier ( siklokrioterapi, siklofotokoagulasi ) 
  4. Operasi filtrasi (trabekulektomi, pemasangan implant seton, ahmed, molteno)














REFERENSI PUSTAKA

Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982
 Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.
Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992
Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000
Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998
 Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © WARUNG MATERI KEPERAWATAN - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -