Posted by : Unknown Minggu, 04 Maret 2012


STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TRANSFUSI DARAH PADA KASUS LEUKEMIA
LAPORAN KELOMPOK













YOGA HARDANI PRASETIYO


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2011













KATA PENGANTAR

                Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Standart Operasional Prosedur (SOP) Transfusi Darah dengan baik dan lancar.

                Laporan ini Penulis sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan ini, Penulis berharap dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan judul laporan yang telah ditentukan.
                Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
                Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Bapak Nur Hadi,S.Kep,Ns  selaku dosen fasilitator SGD IHS (Imunologi Hematologi System) serta kepada Allah SWT jualah diserahkan atas segala sesuatunya.
                                                                                                               


                                                                                                                               



 Tuban, 25 November 2011



                Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
1. 1   Latar Belakang
Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang sebagai berikut :
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
Sehingga pada klien dengan leukemia harus diberikan tindakan transfusi darah oleh perawat. Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun.
Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak), homogenitas (bercampur rata atau tidak).
Maka pada laporan kelompok ini, penulis akan menjelaskan secara keseluruhan mengenai transfuse darah :

1. 2   Batasan Masalah
1.       Bagaimana konsep transfuse darah ?
2.       Bagaimana teknik transfuse darah ?
3.       Bagaimana SOP tindakan transfuse darah ?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.  Konsep Transfusi Darah
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih mereproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan bereproduksi kembali.
Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
Dari gejala yang ditimbulkan dari leukemia (kanker darah) yang meliputi mudahnya tubuh terkena infeksi, anemia dan perdarahan. Maka harus diberikan tindakan transfuse darah.


v  Pengertian
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi. Atau pemberian darah dari kantung darah kedalam tubuh melalui pembuluh vena. Sedangkan menurut wikipedia, 2011 transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya.

v  Indikasi melakukan tindakan transfuse darah, meliputi :
-        Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan.
-        Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
-        Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
-        Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma subtitute atau larutan albumin.
-        Kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar.
-        Perdarahan akut sampai Hb<8gr% atau Ht < 30%
-        Klien dengan penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)

v   Transfuse darah dilakukan untuk :
-        Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi).
-        Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia.
-        Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
-        Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
-        Memperbaiki kekebalan
-        Memperbaiki masalah pembekuan.

Setiap tindakan yang dilakukan memberikan efek samping pada pasien. Begitu pula pada transfuse. Transfuse darah menimbulkan reaksi pada tubuh. Reaksi yang paling sering terjadi adalah demam dan reaksi alergi (hipersensitivitas), yang terjadi sekitar 1-2% pada setiap transfusi. Gejalanya berupa:
-        gatal-gatal
-        kemerahan
-        pembengkakan
-        pusing
-        demam
-        sakit kepala.
-        Gejala yang jarang terjadi adalah kesulitan pernafasan, bunyi mengi dan kejang otot.
-        Yang lebih jarang lagi adalah reaksi alergi yang cukup berat.

v  Komplikasi akibat transfuse darah :
-        Reaksi transfusi hemolitik :
a.       Reaksi hemolitik ekstravaskuler
b.      Reaksi hemolitik intravaskuler
-        Infeksi :
a.       Bakteri (stapilokok, citobakter)
b.      Virus (hepatitis, AIDS, CMV)
c.       Parasit (malaria)
-        Lain-lain Demam, urtikaria, anafilaksis, hiperkalemia, asidosis

v  Prinsip-prinsip transfuse darah, meliputi :
-        Perlu diperhatikan jenis aglutinogen dari darah donor dalam eritrositnya, sedangkan pada resipien perlu diperhatikan macam aglutinin di dalam plasma darahnya. Hukum Landsteiner menyatakan bahwa bila aglutinogen bertemu dengan zat antinya (aglutinin), maka akan terjadi aglutinasi atau penggumpalan darah. (Sugiyarto, 1997 : 100 - 101).
-        Perhatikan kemungkinan terjadinya transfusi darah masing-masing golongan darah dan berbagai macam golongan darah.

v  Keterangan :
-        Golongan darah A hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah A dan AB dan menerima darah dari golongan darah A dan O.
-        Golongan darah B hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah B dan AB dan menerima darah dari golongan darah B dan O.
-        Golongan darah AB hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah AB saja dan menerima darah dari semua golongan darah (A, B, AB dan O) maka dari itu golongan darah AB disebut sebagai resipien universal.
-        Golongan darah O bisa mendonorkan darah kepada semua golongan darah (A, B, AB,dan O) dan menerima darah dari golongan darah O saja, maka dari itu golongan darah O disebut sebagai donor universal.

2.2.  Teknik Transfusi Darah
Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta kecocokan antara darah donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum besar (16-18). Jarum yang terlalu kecil (23-25) dapat menyebabkan hemolisis.
Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk menghalangi bekuan fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan ukuran pori-pori 170 mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah.
Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas. Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin kelancaran dan kecepatan transfusi.
Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada tanda-tanda hemolisis (warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum akan ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es. Setelah darah sudah dikeluarkan dari lemari es harus didiamkan selama 30 menit,dan baru langsung ditransfuskan.
Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik. Dengan tetesan hidrasi NaCl 20 tetes/menit. Jangan menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrose dan larutan garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan menambahkan obat apapun ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan memiliki pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula bila terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu terjadi akibat obat atau akibat darah yang ditransfusikan.
Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat, maka dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan aritmia ventrikel bahkan kematian. Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-39 derajat C. Karena bila lebih 40 derajat C, eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama pemberian darah lengkap hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan perlahan-lahan untuk kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi.
Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai adalah 60 ml permenit. Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien. Jika status kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak ada hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3 jam) atau 1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal jantung yang mengancam maka tidak boleh ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam. Karena darah adalah medium kultur yang ideal untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh melewati 5 jam karena meningkatnya resiko proliferasi bakteri.
Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan transfusi yang cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi hingga 1 bag tiap 15 menit.

v  Panduan singkat pemilihan vena:
-        Gunakan vena distal lengan untuk pilihan pertama
-        Jika memungkinkan pilih lengan non dominan
-        Pilih vena-vena di atas area fleksi
-        Gunakan vena kaki jika vena lengan tidak dapat diakses
-        Pilih vena yang mudah diraba, vena yang besar dan yang memungkinkan aliran cairan adequat
-        Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas sehari-hari pasien
-        Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang direncanakan.

v  Cara memunculkan vena:
-        Mengurut ekstremitas dari distal ke proksimal di bawah tempat pungsi vena yang dituju
-        Minta klien menggenggam dan membuka genggaman secara bergantian
-        Ketuk ringan di atas vena
-        Gunakan torniket sedikitnya 5-15 cm di atas tempat yang akan diinsersi, kencangkan torniket
-        Berikan kompres hangat pada ekstremitas selama beberapa menit (misal dengan waslap hangat)



v  Hindari menggunakan vena berikut:
-        Vena pada area fleksi (misal:fossa ante cubiti)
-        Vena yang rusak karena insersi sebelumnya (misal karena flebitis, infiltrasi atau sklerosis)
-        Vena yang nyeri palpasi
-        Vena yang tidak stabil, mudah bergerak ketika jarum dimasukkan
-        Vena yang mudah pecah
-        Vena yang berbelok-belok
-        Vena dorsal yang rapuh pada klien lansia dan pembuluh darah pada ekstremitas dengan gangguan sirkulasi (misal pada mastektomi, graft dialysis atau paralysis).

 
























2.3.  SOP Transfusi Darh
Description: logo stikes new 08 warna.png
 



STIKES
Nahdlatul Ulama Tuban

STANDARD OPERATING PROSEDUR ( S O P)

TRANSFUSI DARAH




PROTAB
No. Dokumen :
No. Revisi : -
Halaman :
Tanggal Terbit :

Ditetapkan
Ketua STIKES NU Tuban

(H. Miftahul Munir, SKM. M.Kes)
NIP. 19710412 1997303 1 004
Pengertian
Tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi.
Tujuan
1.       Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi).
2.       Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia.
3.       Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Indikasi
1.       Kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar.
2.       Perdarahan akut sampai Hb<8gr% atau Ht < 30%
3.       Klien dengan penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)
Petugas
Perawat
Persiapan alat
1.       Standar Infus
2.       Set Transfusi (Tranfusi Set)
3.       Botol berisi NaCl 0,9%
4.       Produk darah yang benar sesuai program medis
5.       Pengalas
6.       Torniket
7.       Kapas alkohol
8.       Plester
9.       Gunting
10.   Kassa steril
11.   Betadine
12.   Sarung tangan
Prosedur
A.      Tahap PraInteraksi
1.       Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2.       Mencuci tangan
3.       Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B.      Tahap Orientasi
1.       Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2.       Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3.       Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
4.       Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

C.      Tahap Kerja
1.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2.       Cuci tangan
3.       Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi darah
4.       Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
5.       Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum pemberian transfusi darah
6.       Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
7.       Buka set pemberian darah :
·         Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
·         Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
8.       Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
9.       Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
10.   Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
11.   Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

v  Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :
1.       Tusuk kantong NaCl 0,9%
2.       Isi slang dengan NaCl 0,9%
3.       Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9%
4.       Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
5.       Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi sebagian)
6.       Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl 0,9%
7.       Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong darah pada tempat penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang dan filter terisi darah

v  Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
1.       Tusuk kantong darah
2.       Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi sebagian
3.       Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
4.       Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah

D.      Tahap Terminasi
1.       Melakukan evaluasi tindakan
2.       Berpamitan dengan klien
3.       Membereskan alat-alat
4.       Mencuci tangan
5.       Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
Referensi




Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © WARUNG MATERI KEPERAWATAN - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -