Posted by : Unknown Sabtu, 03 Maret 2012




SISTEM RESPIRATORY 2
“ EMPIEMA”
Dosen Pembimbing :
HAMIDATUS DARIS ,S.Kep,Ns







Oleh :
YOGA HARDANI PRASETIYO



STIKES NU TUBAN PRODI S-1 KEPERAWATAN
Jln.Letda Sucipto No.211 Tuban .telp : (0356)321287
Tahun 2010-2011








KATA PENGANTAR


                Puji Syukur kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat serta hidyahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “EMPIEMA  “ dengan sebaik-baiknya.Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Respiratory 2.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti.
                Mudah-mudahan  makalah ini dapat membantu mahasiswa maupun dosen dalam mengembangkan pengetahuan mengenai masalah ini,oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga untuk penulisan yang akan datang dapat diperbaiki baik materi maupun susunanya.
                Ucapan terimakasih yang tak terhingga  kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami .
1.       Hamidatus Daris,S.Kep,Ns selaku Fasilitator Sistem Respiratory 2 yang telah memberikan pengarahan kepada kami.
2.       Teman-teman prodi  S-1 keperawatan STIKES NU TUBAN yang senantiasa memberikan bantuan semangat dan dukungannya.
Serta semmua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan tugas Laporan ini yang namanya mungkin tak dapat disebutkan satu persatu.Demikian tugas laporan ini dibuat semoga dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya,pembaca pada umumnya.Apabila ada salah kata kami mohon maaf.




Tuban,15 Oktober 2011

Kelompok

DAFTAR  ISI


HALAMAN JUDUL...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
1.1               KASUS………….................................................................................................... 4
1.2               Clarity Unfamiliar............................................................................................. 4
1.3               Brainstrom possible hypothese or expalanation............................................. 4
1.4               Define Learning Object...................................................................................  5

BAB II PEMBAHASAN
2.1               Rumusan Masalah….……………………………….……………………………………………….... 6
2.1.1          Konsep Dasar Empiema……………………………………………………………………….. 6
2.1.2          Konsep Anatomi dan Fisiologi Empiema……………………………………….....…. 10
2.1.3          Konsep Patofisiologi Empiema dan WOC…………………………………………….. 11
2.1.4          Konsep pengkajian Empiema…………………………………………………….…….….. 14
2.1.5          Konsep Analisa Data Empiema…………………………………………………….…..….. 17
2.1.6          Konsep Diagnosa Keperawatan Empiema…………….……………………….……. 17
2.1.7          Konsep Intervensi Empiema…………………………………………..………….…..…… 18
2.1.8          Konsep Implementasi Empiema…………………………………….……………......... 19
2.1.9          Konsep Evaluasi Empiema……………………………………………………..…………….. 19
2.1.10      Satuan Acara Penyuluhan Empiema…………………………………………………….. 20
2.1.11      Aspek Legal Etik dan Isu Empiema…………………………………….…………………. 23
2.1.12      Pencegahan primer , Sekunder dan Tersier  pada Empiema……………….. 24

BAB III PENUTUP
                3.1          Kesimpulan............................................................................................. 26
                3.2          Saran...................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
LAPORAN
PENDAHULUAN


1.1         KASUS

Tuan H dirawat di RSNU Tuban 3 hari lalu. Keluhan utama pertama kali MRS adalah panas tinggi dan sakit pada dada. Keadaan umum tuan H tampak pucat lemah dengan posisi badn semi fowler dan terpasang oksigen nasal kanul . Pada jari terdapat clubbing finger. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan gambar opaciti. Aspirasi pleura menunjukan adanya nanah pada rongga pleura.

1.2         Clarify Unfamiliar

·         Clubbing Finger
·         Gambar Opaciti
·         Aspirasi pleura
·         Tujuan Posisi semi fowler

1.3          Brainstrom possible hypothese or expalanation

·         Clubbing finger          : jari tabuh / digital clubing adalah kelainan bentuk jari dan kuku tangan yang menjadikan jari tangan dan kaki membulat yang berkaitan dengan penyakit jantung dan paru-paru.
·         Gambar Opaciti          :   Keadaan tidak tembus pandang / kekeruhan pada paru karena adanya penumpukan cairan/nanah sehingga menghasilkan putih keabu-abuan.Gambaran ini diperoleh dari pemeriksaan foto thoraks.
·         Aspirasi Pleura           : Pengeluaran cairan dari ronnga pleura
·         Tujuan Posisi semi fowlar : Untuk membantu ekspansi paru mengembang dan rongga dada semakin lebar sehingga memudahkan inspirasi



1.4         Define Learning Object
1.       Konsep Dasar Empiema
2.       Konsep Anatomi dan Fisiologi Empiema
3.       Konsep Patofisiologi Empiema
4.       Konsep pengkajian Empiema
5.       Konsep Analisa Data Empiema
6.       Konsep Diagnosa Keperawatan Empiema
7.       Konsep Intervensi Empiema
8.       Konsep Implementasi Empiema
9.       Konsep Evaluasi Empiema
10.   SAP Empiema
11.   Aspek Legal Etik dan Isu Empiema
12.   Pencegahan primer , Sekunder dan Tersier  pada Empiema














BAB II
PEMBAHASAN

2.1               Rumusan Masalah
1.       Sebutkan Konsep Dasar Empiema !
2.       Sebutkan Konsep Anatomi dan Fisiologi Empiema!
3.       Sebutkan Konsep Patofisiologi Empiema !
4.       Sebutkan Konsep pengkajian Empiema !
5.       Sebutkan Konsep Analisa Data Empiema !
6.       Sebutkan Konsep Diagnosa Keperawatan  Empiema !
7.       Sebutkan Konsep Intervensi Empiema !
8.       Sebutkan Konsep Implementasi Empiema !
9.       Sebutkan Konsep Evaluasi Empiema !
10.   Buatlah SAP Empiema !
11.   Sebutkan Aspek Legal Etik dan Isu Empiema !
12.   Sebutkan Pencegahan primer , Sekunder dan Tersier  pada Empiema !

2.1.1          KONSEP DASAR EMPIEMA
Pengertian :
·         Emphiema thoraksis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada kavitas pleural (Brunner and Suddart, 2000).
·         Emphiema thorak juga dapat berarti adanya proses supuratif pada rongga pleura.
·         Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga pleura.

Etiologi :
  Infeksi yang berasal dari dalam paru :
  Pneumonia
  Abses paru
  Bronkiektasis
  TBC paru
  Aktinomikosis paru
  Fistel Bronko-Pleura
  Infeksi yang berasal dari luar paru :
  Trauma Thoraks
  Pembedahan thorak
  Torasentesi pada pleura
  Sufrenik abses
  Amoebic liver abses
  Bakteriologi :
   Streptococus Pyogenes
   Staphylacocus Pyogenes
   Bakteri gram negative
   Bakteri Anaerob
Manifestasi Klinis :
1.       Empiema Akut
Terjadi akibat infeksi sekunder dari tempat lain, bukan primer dari pleura. Pada permukaan gejala-gejalanya mirip dengan pneumonia. Pada pemeriksaan fisik disapatkan adanya tanda-tanda cairan serosa dalam rongga pleura.Bila stadium ini dibiarkan beberapa minggu, maka akan timbul toksemia,anemia, clubbing finger. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel bronkopleural. Adanya fistel ditandai dengan batuk yang masih produktif bercampur nanah dan darah massif, dan kadang bisa menyebabkan sufokasi ( mati lemas).
Empiema karena pneumonthoraks pneumonia, timbul setelah cairan pneumonia membaik. Sebaliknya pada streptococcus pneumonia, empiema timbul sewaktu masih akut,
Tanda dan Gejala Emphiema akut :
  Panas tinggi dan nyeri pleuritik
  Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura
  Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia, dan clubbing finger
  Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural
  Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali


2.       Empiema Kronis
Batas yang tepat antara empiema akut dan empiema kronis sukar ditentukan. Disebut kronis apabila empiema sudah berlangsung selama lebih dari 3 bulan. Pada saat itu penderita akan mengeluh badanya terasa lemas, kesehatan menurun, pucat, clubbing finger, dada datar, dan ditemukanadanya tanda-tanda cairan di pleura. Bila terjadi fibrothoraks, maka trakea dan jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.
Pemeriksaan Diagnostik :
  Foto thorak
  Tes kultur dan kepakaan dari drainase hasil aspirasi dari pleura
Komplikasi :
  Fistel Bronko pleura
  Syok
  Sepsis
  Gagal jantung kongesti
Penatalaksanaaan :
  Pengosongan nanah
Prinsip penatalaksanaan ini seperti umumnya yang dilakukan pada abses untuk mencegah efek toksiknya.
1.       Closed drainage-tube toracostorry water scaled drainage dengan indikasi:
-          Nanah sangat kental dan sukar di aspirasi
-          Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu
-          Terjadi piopneumoniathoraks
WSD juga dibantu dengan pengisapan negative sebesar 10-20 cmH2O. Jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan, harus ditempuh cara lain seperti pada empiema kronis
2.       Drainage terbuka (open drainage)
Dilakukan dengan menggunakan kateter karet yang besar, oleh karena disertai reseksi tulang iga, Open drainage ini dikerjakanpada empiema kronis, hal ini bisa terjadi akibat pengobatan yang lambat atau tidak adekuat.
  Antibiotika
Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosisi ditegakkan dan dosisnya harus adekuat. Pemilihan antibioyik didasarkan pada hasil pengecatan gram dan asupan nanah. Antibiotika yang dapat diberikan secara sistemik atau topical biasanya penicillin.
  Penutupan rongga emphiema
Pada empiema menahun sering kali rongga empiema tidak menutup karena penebalan dan kekakuan pleura. Pada keadaan demikian dilakukan pembedahan(Dekortikasi ) atau torakoplasti
1.       Dekortikasi
Tindakan ini merupakan operasi besar dengan indikasi sebagai berikut:
-          Drain tidak berjalan karena banyak kantong-kantong
-          Letak empiema sukar dicapai oleh drain
-          Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura viseralis.
2.       Torakoplasti
Alternatif untuk torakoplastis diambil jika empiema tidak kunjung sembuh karena adanya fistel bronkopleura atau tidak mungkin dilakukan dekortasi. Pada pembedahan ini segmen dari tulang iga dipotong subperiosteral. Dengan demikian dinding thorak jatuh ke dalam rongga pleura karena terkena atmosfer
  Pengobatan kausal
Misalnya pada subfrenik abses dengan drainase subdriafragmatik, terapi soesifik pada amoebiasis dan sebagainya
  Pengobatan tambahan
Perbaiki keadaan umum, fisioterapi untuk membebaskan jalan nafas



2.1.2          KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAFASAN
System pernafasan terdiri dari hidung ,                                faring,                   laring ,                  trakea ,   bronkus                                Bronkiolus                          alveoli
  Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama , mempunyai dua lubang/cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara , debu dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung . hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa (Drs. H. Syaifuddin. B . Ac , th 1997 , hal 87 )
  Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan, faring terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring, bagian tengah dengan istimus fausium disebut orofaring, dan dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring .(Drs .H.syafuddin. B.Ac 1997 hal 88)
  Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa . trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri (Drs .H . Syaifuddin .B. Ac th 1997, hal 88-89)
  Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan dan kiri , bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung – ujung nya terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli (H.Syaifuddin B Ac th1997, hal 89-90).
  Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung – gelembung .paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus . Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah rongga dada / kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut . sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter. (Drs. H. Syaifuddin . B.Ac .th 1997 hal 90 , EVELYN,C, PIERCE , 1995 hal 221)


2.1.3          KONSEP PATOFISIOLOGI EMPIEMA
Akibat invasi basil piogenik ke pleura akan mengakibatkan timbulnya radang akut yang diikuti pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel PMN yang mati akan meningkatkan kadar protein dimana mengakibatkan timbunan cairan kental dan keruh. Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut. Apabila nanah menembus bronkus, timbul fistel bronkus pleural. Sedangkan bila nanah menembus dinding thorak dan keluar melalui kulit disebut emphiema nesessitasis. Emphiema dapat digolongkan menjadi akut dan kronis. Emphiema akut dapat berlanjut ke kronis. Organisasi dimuli kira-kira setelah seminggu dan proses ini berjalan terus sampai terbentuknya kantong tertutup

WOC EMPIEMA
EMPIEMA
Invasi Piogenik di pleura
Inflamasi pada pleura
Penumpukan Eksudat pada Pleura
CairanEksudat di Pleura menjadikeruh / kental
Peningkatan kadar Protein (Sel leukosit     )
EmpiemaAkut
EmpiemaKronik
Penurunan Ekspansi Paru
dispnea
IskemiaOtotjantung
Gangguanpertukaran gas
Penurunantingkatkesadaran
B2
B1
Kelemahan,cluubing finger, kurus,pucat
Demam, nyeri pleuritik,batuk produktif,
Suplai O2 kejantung
Produksiseputum
Obstruksijalannafas
Penurunansuplai O2 keotak
B3
Resikocidera
Perubahanfungsiserebal
hipoksia
Ketidakefektifanbersihanjalannafas
Endapan Fibrin dan membentuk organisasi pus (lokulasi)
Infeksipadadindingthoraks
Infeksidaridalam: pneumonia, bronkiolitisakut, TBC Paru ,AbsesParu,
Adanya akumulasi cairan dalam Alveolus

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © WARUNG MATERI KEPERAWATAN - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -