Posted by : Unknown Minggu, 04 Maret 2012


BAB  II
KONSEP DASAR

A.   Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 129% (Wiknyosastro, 2002 : 448).
Anemia adalah  kadar Hb kurang dari 119/dl pada trisemester I dan II dan kurang dari 10,59/dl  pada semester II (Cunningham, 2009 : 1463).
Wanita hamil dinyatakan  menderita  anemia bila kadar Hb dibawah 109/dl (Mansyoer, 2000 : 28).

B.   Etiologi
Wanita hamil atau dalam nifas dinyatakan anemia bila kadar hemoglobinnya di bawah 109 r/dl. Penurunan kadar Hb pada wanita sehat yang hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan volume sel darah dan hemoglobin, hal ini terjadi pada trisemester kedua. Pada akhir kehamilan, ekspansi plasma menurun sementara hemoglobin terus meningkat pada saat nifas, bila tidak terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar, konsentrasi hemoglobin tidak berbeda saat hamil. (Mansjoer, A, 2000 : 288).
Menurut Mocktar, 1998 : 162, penyebab anemia adalah sebagai berikut :
1.    Kurang Gizi (Nutrisi)
       Terjadi karena pembentukan darah kurang, kadar sel darah merah atau hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal. Contoh : Zat besi, Asam folat, dan Vitamin B 12.
2.    Kurang zat Besi dalam Diit
       Kekurangan zat besi (Fe) kurang karena zat besi (fe) untuk eristropoesis tidak cukup yang ditrandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar serum (serum iron : Si) dan jenuh transferin menurun kapasitas ikat besi total (toka) iron biding capasity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sum-sum tulang serta di tempat yang lain sangat kurang/tidak ada sama sekali.
3.    Malabsorpsi
       Ketidakmampuan dalam penyerapan makanan
4.    Karena Pendarahan
       Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia, kehilangan darah banyak seperti persalinan yang laku, haid dll. Kadar sel darah merah atau hemoglobin (Hb) di bawah normal.
5.    Penyakit-penyakit seperti TBC Paru, Cacing Tambang, Malaria.
       Sejumlah besar kelainan khususnya infeksi kronis, dan neoplasma dapat menimbulkan anemia sedang, kadang-kadang berat. Zat besi yang dilepaskan dari eritrosit tua tidak akan segera dikembalikan ke dalam untuk digunakan lagi, tetapi sebaliknya akan bertahan. Dengan demikian akan terjadi akibat penurunan eritrosit yang ditambah lagi dengan penghancuran eritrosit seperti : penyakit cacing tambang, malaria, ataupun TBC paru.

C.   Derajat Anemia
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menemukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (³ 11 gr/dl), anemia ringan (8 – 11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin terendah 7,63 mg/dl dan tertinggi 1400 mg/dl. Klasifikasi anemia yang adalah :
Hb 11 gr %          =     Tidak anemia
Hb 9 – 10 gr %    =     Anemia ringan
Hb 7 – 8 gr %      =     Anemia sedang
Hb < 7 gr %         =     Anemia berat
(Mochtar, 1998 : 164)


D.   Klasifikasi
Menurut Mochtar, 1988 : 164 klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut :
1.    Anemia Defisiensi Besi
       Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu perluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil, dan dalam yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese, hasil anamnese didapatkan keluhan mual dan muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat digunakan dengan alat sachii, dilakukan selama 2 kali selang kehamilan yaitu trisemester I dan III. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.
       Kebutuhan lain terdiri dari sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin naternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan diekskresi lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar  - 10 mg zat besi. Perhitungan makan sekali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20 – 25 mg zat besi per hari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 ml sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil.
2.    Anemia Megaloblastik
       Adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan asam folat. Jarang sekali karena kekurangan vitamin B12 biasanya sering ditemukan pada wanita yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar dan makanan dengan protein hewani tinggi. Gejalanya meliputi mual, muntah, dan anareksia yang bertambah berat. Anemia megaloblastik adalah anggota kelompok penyakit darah yang ditandai oleh kelainan darah dan sumsum tulang akibat gangguan sintesis DNA.


3.    Anemia Hipoplastik
       Adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membentuk sel darah merah. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal dan pemeriksaan retikulosi.
4.    Anemia Himolitik
       Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelaian gambaran darah, kelemahan-kelemanan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ –organ vital.
       Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan tidak memberikan hasil, sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

E.   Manifestasi Klinis
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan dengan tekanan darah dalam tekanan normal perlu dicurigai anemia defisisensi besi. Secara klinis dapat dilihat tubuhnya pucat dan tampak lemah.
Manifestasi klinis anemia pada kehamilan yaitu :
1.    Ibu mengeluh cepat lemah
2.    Sering pusing
3.    Mata berkunang-kunang
4.    Malaise
5.    Nafsu makan turun (anoreksia)
6.    Konsentrasi hilang
7.    Nafas pendek (pada anemia parah) dan
8.    Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda,
       (Cunningham, 2005 : 1466).
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala dasarkan yang menonjol, ataupun ditemukan gejala anemia bersama-sama dan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa :
1.    Kepala pusing
2.    Palpitasi
3.    Berkunang-kunang
4.    Perubahan jaringan epitel kuku
5.    Lesu
6.    Lemah
7.    Lelah
8.    Dispagia dan
9.    Pembesaran kelenjar limpa
       (Moditar, 1988 : 164)

f.     Patofisiologi dan Pathway
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi makin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume sel darah merah total dan masa hemoglobin meningkat sekitar 20 – 30 %, dimulai pada bulan ke 6 dan mencapai puncak pada aterem kembali normal setelah partus. Stimulasi meningkat 300 – 350 ml massa sel merah ini dapat disebabkan oleh hubungan antara hormon-hormon maternal dan eritropoiti selama kehamilan. Peningkatan sel darah merah tidak cukup memadai untuk mengimbangi peningkatan volume plasma yang sangat menyolok. Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit (20 – 30%), sehingga dari hematokit lebih rendah secara nyata dari keadaan tidak hamil, hemoglobin dari hematokrit mulai menurun pada bulan ke 3 – 5 kehamilan dan mencapai nilai terendah pada bulan 5 – 8 dan selanjutnya sedikit meningkat pada aterem serta kembali normal pada 6 minggu setelah partus, besi belum menurun, namun tetap berada pada batas normal selama kehamilan.
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2, yang dikirimkan ke jaringan, kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada pendarahan, menimbulkan simtomatologi sekunder, hipovolemia dan hipoksemia. Maka pengurangan hebat sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri dan biasanya penderita asemtomatik kecuali pada kerja jasmani berat, mekanisme kompensasi bekerja melalui: peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah kemudian terjadi peningkatan pelepasan O2 oleh hemoglobin dan pengembangan volume plasma dengan menarik cairan dengan sela-sela jaringan, serta pendistribusi cairan darah ke organ-organ vital (Smesltzer Suzame, 2001 : 300).
Volume sel darah merah total dan masa hemoglobin meningkat sekitar 20 – 30 % dimulai pada bulan ke 6 dan mencapai puncak pada aterem kembali normal setelah partus. Stimulasi  peningkatan 300 – 350 ml massa sel merah ini dapat disebabkan oleh hubungan antara hormon maternal dan eritropoitin selama kehamilan. Peningkatan sel darah merah tidak cukup memadai untuk mengimbangi peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia kehamilan atau hemodilusi, yang menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit (20 – 30 %) sehingga hemoglobin dan hematokrit lebih rendah secara nyata dari keadaan tidak hamil. Hemoglobin dan hematokrit mulai menurun pada bulan ke 3 – 5 kehamilan, dan mencapai nilai terendah pada bulan ke 5 – 8 dan selanjutnya sedikit meningkat pada saat aterem serta kembali normal pada 6 minggu setelah partus. Besi serum menurun namun setiap berada dalam batas normal selama kehamilan. TIBC (Total Iron Binding Capacity) meningkat 15 % pada wanita hamil.
Cadangan besi wanita dewasa mengandung 2 gram sekitar 60 – 70 % berada dalam sel darah merah yang bersirkulasi, dan 10 – 30 % adalah besi cadangan yang terutama terletak dalam hati, empedu, dan sumsum tulang. Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar 800 – 1000 mg untuk mencukupi kebutuhan baik janin maupun ibu. Selama periode setelah melahirkan 0.5 – 1 mg besi per hari dibutuhkan untuk laktasi, dengan demikian jika cadangan pada awalnya direduksi, maka pasien hamil dengan mudah bisa terkena kekurangan besi, di mana janin mengakumulasikan besi bahkan dari ibu yang kekurangan besi, kebutuhan  yang meningkat tersebut tidak terpenuhi oleh kebiasaan diet normal, walaupun ada setiap wanita hamil sampai 2 tahun makan normal untuk mengisi kembali cadangan besi yang telah hilang selama hamil (Wiknjosastro, 2005 : 449).
Adapun perubahan pertama yang terjadi selama perkembangan kekurangan besi adalah depresi cadangan zat besi pada hati, empedu, dan sumsum tulang dengan menurunnya besi serum dan peningkatan TIBC, sehingga anemia berkembang. Sel darah merah secara klasik digambarkan sebagai hipokromikmikrositer, tetapi perubahan morfologi karakteristik ini tidak terjadi sampai mikrohematokrit jatuh di bawah nilai normal. Mikrositik mendahului hipokromik dan angka retikulosit rendah pada anemia defisiensi besi. Anemia defesiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat besi yang negatif. Jumlah zat besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat besi  yang negatif. Jumlah zat besi yang diabsorbsi tubuh diusahakan untuk mengatasinya dengan cara menggunakan cadangan besi dalam jaringan depot. Pada saat cadangan besi itu habis baru anemia defesiensi besi menjadi manifestasi perjalanan keadaan kekurangan zat besi mulai dari terjadinya anemia sampai dengan timbulnya gejala-gejala yang klasik melalui beberapa tahap yaitu :
1.    Cadangan besi diikuti oleh serum feritin menurun tapi belum ada anemia
2.    Serum transferin meningkat
3.    Besi serum menurun
4.    Perkembangan normostitik, diikuti oleh anemian normikromik
5.    Perkembangan mikrolitik dan anemia hipokromik





 






























G.   Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
Menurut Moditar. R 1998: 164 anemia yang dapat mempengaruhi yaitu :
1.    Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
Anemia terhadap kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu dalam kehamilan, persalinan maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat anemia adalah keguguran. Anemia berat pada ibu hamil yang tidak dialokasi dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi, perdarahan pasca melahirkan karena tidak ada kontraksi otot rahim, syok, infeksi baik saat bersalin, serta anemia yang berat (< 4 gr%) dapat menyebabkan dekonpensasi kodis, di samping itu hipoksia akibat anemia dan dapat menyebabkan syok dan kematian pada ibu pada persalinan yang sulit, walaupun tidak terjadi pendarahan.

2.    Pengaruh Anemia terhadap Hasil Konsepsi
Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak 0,5 gr besi, jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh.
Selama masih cukup persediaan besi, Hb akan menurun bila revensi habis Hb akan turun ini terjadi pada bulan ke 5 – 6  kehamilan pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi, pengaruh terhadap konsepsi yaitu kematian mudigah, kematian perintai, bayi lahir prematur dapat terjadi cacat bawaab dan cadangan besi kurang.

H.   Pemeriksaan Diagnosa
Menurut Smetzert, Suzane, 2001 : 364 pemeriksaan diagnosa dilakukan pada anemia adalah :
1.    Jumlah darah lengkap (JDL)
2.    Pewarnaan sel darah merah, mendeteksi perubahan warna dan bentuk.
3.    Masa hidup sel darah merah, berguna mendiagnosa anemia
4.    Folat serum dan vitamin B12, membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan
5.    Aspirasi sumsum tulang atau pemeriksaan biopsy sel.

I.     Penatalaksanaan dan Pengobatan
Menurut Smeltzert, Suzane, 2001 : 367 penatalaksanaan dan pengobatan yang dilakukan pada ibu hamil dengan anemia adalah :
1.    Penatalaksanaan Secara Umum
a.    Memberikan Makanan yang Adekuat
Pengobatan melibatkan diet yang kaya dengan ferum asid kolik dan vitamin, asam folat adalah jenis vitamin yang boleh didapati dalam banyak jenis makanan dan multivitamin tambahan. Makanan yang kaya akan asam folat termasuk sayuran, jus dan buah-buahan dan juga kacang-kacangan. Pada anemia sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama protein hewani. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi daging (terutama daging sapi). Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau seperti bayam, dan kangkung. Selama kehamilan tubuh membutuhkan zat besi karena pertumbuhan janin, peningkatan volume darah dan kehilangan darah selama proses persalinan nantinya. Pada ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi zat besi 27 mg/hari. Suplemen dan vitamin dapat menjadi bagian dari kunjungan kehamilan.
Indikasi tranfusi darah pada anemia defisiensi besi adalah :
-    adanya penyakit jantung simptomatik
-    amenia yang sangat simptomatik dan
-    pasien yang memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat seperti pada kehamilan trisemester akhir atau preoperasi.
-    Pemberian cairan IV 2 K 10 ml/IM pada didreus untuk meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 291 %
-    Pada beberapa kasus, pemberian besi desktran dan IV perlu diresepkan artinya apabila besi oral tidak dapat diabsorbsi atau tidak dapat ditoseniasi atau apabila dibutuhkan sejumlah besar besi lebih disukai rute IV injeksi IM mengakibatkan nyeri lokal dan dapat menimbulkan pewarnaan kulit.
-    Menghindari bahan kimia yang diduga penyebab anemia
-    Memberikan istirahat yang cukup
Terapi khas untuk masing-masing anemia
Anemia defisiensi besi :
-    Terai oral adalah dengan memberikan preparat yaitu ferosulfat, fero glukonat dan na-fero   tetapi parental baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral. Pemberian preparat parenteral dengan gerum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/im giuteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr/%
Megaloblastik
Pengobatannya :
a.  Asan folat ls – 30 mg per hari
b.  Vitamin B12 3 x 1 tablet per hari
c.  Sulfar ferosos 3 x 1 tablet per hari
d.  Pada kasus berat dan pengobatan peroral lamban, sehingga dapat diberikan, transfusi darah
2.  Anemia Hipoplastik
     Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan fungsi eksternal dan pemeriksaan resikulasi. Karena obat penambah darah tidak memberi hasil, maka itu satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita ialah transfusi darah yang sering diulang beberapa kali tidak banyak dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia hipoplastik karena kehamilan. Akan tetapi dalam pemberian obat-obat pada waktu hamil selalu harus dipikirkan. Pengaruh efek samping obat-obat itu khususnya obat-obat yang mempunyai pengaruh ddemotoksis
4.  Anemia Hemolistik
     Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik dan penyebabnya bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan tidak memberi hasil, sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini. Transfusi darah yang kadang dilakukan beberapa kali, diperlukan pada anemia berat untuk meringankan penderita ibu dan untuk mengurangi bahaya hipoksita janin, splenektosis hemolitik diperlukan pada anemia hemolitik dalam trisemester II dan III.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.      PENGKAJIAN
           Menurut Doengoes (2001: 570) pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien dengan anemia antara lain:
1.    Lakukan pengkajian fisik
2.    Dapatkan riwayat kesehatan
3.    Observasi adanya manifestasi anemia
a.    Manifestasi umum:
1)        Kelemahan otot
2)        Mudah lelah
3)        Nafas pendek
4)        Kulit pucat
b.    Manifestasi sistem saraf pusat
1)        Sakit kepala kunang-kunang
2)        Proses pikir lambat
3)        Apatis
4)        Pusing
5)        Peka rangsang
6)        Depresi
c.    Syok (anemia kehilangan darah)
1)        Perfusi jaringan buruk.
2)        Kulit lembab dan dingin.
3)        Penurunan tekanan darah.
4)        Peningkatan frekuensi jantung.
d.   Pengkajian umum
1)        Pertumbuhan yang lambat.
2)        Kematangan seksual yang tertunda.


B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
          Menurut Nanda (2007) diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada anemia adalah:
1.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan oksigen ke jaringan.
2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak adekuatan zat besi, kurang pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan zat besi.
3.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
4.    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang tidak optimal.
5.    Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
6.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

C.      INTERVENSI
          Menurut Doengoes (2001: 573) intervensi dan rasional dari anemia antara lain:
1.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan oksigen ke jaringan.
Tujuan: klien dapat beraktifitas sesuia dengan toleransi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam.
Kriteria Hasil:
a.    Pasien tidak sesak nafas.
b.    Ibu dapat bernafas dengan mudah, frekuensi dan kedalaman pernafasan normal. RR: 16-25 x/menit, kedalaman pernafasan teratur.




Intervensi
Rasional
a.         Kaji respon emosi, sosial, spiritual terhadap aktivitas.
a.         Untuk mengetahui tentang keadaan pasien.
b.        Pantau respon oksigen pasien (nadi, irama jantung, dan frekuensi aspirasi) terhadap aktivitas perawatan diri.
b.        Untuk mengetahui keadaan pasien dan mengetahui aktivitas sehari-hari.
c.         Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan tekhnik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
c.         Cukup meningkatkan istirahat tenang tetapi mencegah kebosanan.
d.        Pertahankan posisi semi fowler.
d.        Untuk pertukaran udara yang optimal.
e.         Kolaborasi dengan ahli okupasi fisik.
e.         Untuk merencanakan dan memantau program aktivitas sesuai kebutuhan.

2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak adekuatan zat besi, kurang pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan zat besi.
Tujuan : nutrisi adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam.
Kriteria Hasil:
a.       Mempertahankan BB dan nilai laboratorium normal
b.      BB ideal= (TB-100)- 10% (TB-100), Hb= 11gr%
c.       Nafsu makan pasien meningkat dari ¼ porsi menjadi ½ porsi.
d.      Turgor kulit baik, membran mukosa lembab.



Intervensi
Rasional
a.     Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
a.    Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pada pasien.
b.     Intruksikan keluarga mengenai pemberian preparat besi yang tepat:
1). Berikan dalam dosis terbagi
2). Jangan berikan bersamaan susu/ antasid karena fosfat akan membentuk komplek dengan besi.
b.    Untuk absorsi maksimum dan dapat menurunka absorbsi besi.
1.     Berikan konseling diet pada pemberian perawatan khususnya mengenai hal-hal: sumber besi dari makanan (misal: daging, kacang, gandum).
c.    Untuk memastikan ibu mendapatkan suplai zat besi yang adekuat, mendorong kepatuhan.
2.     Anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan.
d.   Kondisi yang lemah lebih lanjut dapat menurunkan keinginan dan kemampuan klien anoreksia untuk makan.
3.     Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein unutk pasien dengan ketidak adekuatan asupan protein/ kehilangan protein.
e.    Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien dengan makanan yang disukai dan disesuaikan dengan kondisi klien.

3.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam.
Kriteria Hasil:
a.       Menunjukkan perfusi adekuat misalnya: tanda vital stabil (TD: 120/80 mmHg, Nadi: 80-100x/menit), membran mukosa berwarna merah muda, pengisian kapiler baik (< 3 detik).
b.      Menunjukkan pengukuran hasil Laboratorium yang normal(Hb: 11gr%, HT: 37-43%, SDM: 4-5 juta/mm2).

Intervensi
Rasional
Awai TTV, kaji pengisian kapiler, membran mukosa, datar kuku.
Memberikan informasi tentang derajat keadekuatan perfusi jaringan dan membantu memnentukan kebujtuhan intervensi.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
Tinggikan kepala tempat tidur.
Meringankan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan seluler.
Berikan SDM darah lengkap, produk darah sesuai indikasi, awasi ketat untuk komplikasi tranfusi.
Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan.
Kolaborasi, awasi pemeriksaan Laboratorium (misal: Hb. Ht, dan jumlah SDM).
Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/ respon terhadap terapi.

4.    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang tidak optimal.
Tujuan:
5.    Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen.
6.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.


Implementasi Keperawatan

Nama pasien                : Ny. I
Ruang/ Bangsal           : Poli KIA
Diagnosa Medis          : Anemia

No.
No. Dx
Waktu
Implementasi
Respon
TTD
1.
1
10.05 WIB
1. Mengkaji ulang nyeri pasien.












2. Memberikan contoh pijatan pada punggung dan pinggang.














3.      Menginformasikan pada pasien tentang nyeri dan cara mengurangi nyeri dengan nafas dalam dan mesase.













4.      Mengkaji ulang TTv pasien meliputi nadi dan pernafasan.
S: - Pasien mengatakan nyeri pada pinggang dan selangkangan seperti tertekan.Nyeri meningkat terutama jika ditekan dan pada malam hari.
 - Pasien mengatakan nyeri skala 5. Nyeri timbul jika pasien telah berjalan/ kelelahan, timbul sekitar 15 menit pada saat perutnya kenceng-kenceng.
O:  -   Pasien tampak meringis.
-       Pasien tampak mengelus-elus pinggangnya.

S: - Pasien mengatakan merasa nyaman saat dipijat bagian bagian pinggang dan punggungnya.
-          Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 5 menjadi 3.
-          Pasien mengatakan akan melakukan pijat dirumah jika merasa nyeri.
O: - Pasien tampak rileks.
-    Pasien tampak tenang.
-   Pasien dapat mempraktekkan nafas dalam dan pijatan punggung.

S: - Pasien mengatakan bahwa ia sekarang mengerti tentang nyeri dan bagaimana mengatasinya dengan nafas dalam dan mesase.
-          Pasien mengatakan mau mencoba ketika nyeri terjadi.
-          Pasien mengatakan nyerinya dapat timbul sewaktu-waktu ketika perutnya kenceng-kenceng dan Pasien akan menggunakan tekhnik nafas dalam dan mesase untuk mengurangi nyeri.
O:  Pasien dapat menjelaskan tentang penyebab  nyeri yang dialaminya dan cara mengatasinya.
S : pasien mengatakan mau untuk diukur nadi dan pernafasannya.
O : Nadi : 80x/menit, RR: 20x/menit

2.
2
10.10 WIB
1.    Memantau kembali pola tidur pada pasien.






2.    Membantu pasien dalam mengidentifikasi faktor penyebab kurang tidur.

3.    Membantu pasien dalam mengidentifikasi tindakan untuk meningkatkan tidur

4.    Menjelaskan tentang pentingnya tidur yang adekuat selam kehamilan.






5.    Menganjurkan pasien agar melakukan kebiasaan yang memberikan rasa nyaman untuk tidur, misalnya minum air hangat sebelum tidur dan gosok gigi.

6.    menganjurkan pasien untuk memodifikasi lingkungan kamar dengan memasang lampu tidur
S : -  Pasien mengatakan tidur malam   3 jam yang biasanya 6-7 jam, tidur siang 1,5 jam, bila malam tidak dapat tidur yang biasanya 1 jam.
O :   -     Pasien tampak lelah.
-          Terdapat lingkaran hitam pada mata.

S : Pasien mengatakan ia tidak bisa tidur jika kondisi kamarnya gelap.
O : Pasien tampak mengantuk.



S : pasien mengata ia dapat tidur jika kondisi kamar terang.
O : pasien dapat mengidentifikasi tindakan untuk meningkatkan tidur dengan minum air putih hangat dan gosok gigi.
S : Pasien mengatakan akan mencoba agar ia dapat tidur dengan adekuat untuk anaknya.
Pasien mengatakan ingin bayinya nanti sehat.
Pasien mengerti pentingnya tidur selama kehamilan.
O : Pasien dapat menjelaskan kembali pentingnya tidur yang adekuat selama kehamilan.
S : Pasien mengatakan akan minum air hangat dan mengosok gigi sebelum tidur
O : pasien tampak bersemangat.






S : pasien mengatakan akan memasang lampu tidur dikamarnya
O : pasien tampak bersemangat.

3.
3
10.15 WIB
1.      Berbicara sesuai dengan pengetahuan pasien.
2.      Menentukan motivasi pasien dalam mempelajari informasi.


3.      Menyediakan waktu bagi pasien untuk bertanya dan berdiskusi.
4.      Memberikan informasi tentang diet ibu dengan anemia.















5.      Memberikan informasi tentang tempat penyedia informasi seperti: Puskesmas, Bidan, Perawat.
S : Pasien mengatakan bahwa ia ingin mencari tahu kenapa Hb nya rendah dan apa akibatnya.
Pasien mengatakan ia mencari informasi agar ia dapat mencegah hal buruk yang mungkin dapat terjadi pada dirinya dan janinnya. Pasien mengatakan ia suka minum air teh hangat.
O : pasien bertanya tentang Hb nya yang rendah dan apa akibatnya.
S : pasien bertanya apakah kebiasaan minum teh hangat terdapat hubungan dengan kadar Hb nya yang rendah.
Pasien mengatakan apakah harus memilih-milih makanan dan apa saja makanan yang dianjurkan.
Pasien mengatakan bahwa makanan dianjurkanbagi ibu anemia terutama sayuran hijau seperti: bayam, kankung, daun pepaya, daun katuk.
Pasien mengatakan bahwa selain itu juga minum obat penambah zat besi.
Pasien bertanya apakah boleh minum vitamin C.
O : Pasien dapat mengajukan pertanyaan pada perawat.
Pasien dapata mengulang kembali penjelasan dari perawat.
Pasien tampak aktif dalam diskusi dengan perawat.
Pasien tampak antusias dalam bertanya. 
S : Pasien mengatakan akan datang ke Puskesmas, Bidan, Perawat  jika ingin bertanya tentang hal yang tidak ia ketahui.
Pasien mengatakan sekarang tahu kemana ia harus bertanya ketika ia mau mendapatkan informasi.
O : Pasien tampak antusiaa.

4.
4
10.15 WIB
1.      Menentukan besarnya rasa bersalah seksual dihubungkan dengan persepsi terhadap kehamilan.
2.      Memberikan informasi tentang seksualitas saat kehamilan dan menganjurkan unutk bertanya.
S : Pasien mengatakan ia akan merasa bersalah sekali jika karena ia berhubungan seksual dengan suaminya dapat menyebabkan keguguran pada bayinya.
O : Pasien tampak merasa bersalah.

S : Pasien mengatakan senang mendapatkan informasi dari perawat.
Pasien mengatakan rasa takutnya berkurang karena informasi yang diberikan.
Pasien mengatakan bahwa selama kehamilan boleh melakukan hubungan seksual dengan suaminya.
Pasien mengatakan beberapa posisi yang aman selama kehamilan untuk hubungan seksual adalah: pasisi wanita diatas, posisi duduk, posisi berdiri.
Pasien mengatakan manfaat hubungan seksual selam kehamilan adalah memperkuat ikatan fisik dan emosional pasangan,  persiapan otot panggul untuk melahirkan.
O : Pasien dapat menyebutkan posisi seksualitas saat kehamilan dan manfaat. 
 







Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © WARUNG MATERI KEPERAWATAN - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -