- Back to Home »
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN AIDS+GEK (Gastroenteristinal)
Posted by : Unknown
Minggu, 04 Maret 2012
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA KLIEN
DENGAN AIDS+GEK (Gastroenteristinal)
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2011
KATA PENGANTAR
Puji
syukur alhamdulillah
senantiasa Penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya,
sehingga Penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan AIDS+GEK
(Gastroenteristinal)” dengan baik dan lancar.
Laporan ini Penulis sajikan
secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan
ini, Penulis berharap dapat membantu pembaca untuk
mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan judul laporan yang telah ditentukan.
Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat
kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang
sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Bapak Lukman
Hakim, S. Kep, Ns. selaku dosen
fasilitator SGD IHS (Imunologi Hematologi Sistem) serta kepada
Allah SWT jualah diserahkan atas
segala sesuatunya.
Tuban, 26 Desember
2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Berdasarkan
judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar
belakang sebagai berikut :
Asuhan
keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh klien untuk memaksimalkan
kesehatan klien.
Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS),
pertama kali dilaporkan dalam tahun 1981 dari Amerika Serikat(1). Kasus-kasus
pertama ditemukan path pria homoseksual di California, namun dalam tahun 1982
sudah ditemukan pula pada penderita hemofilia, penerima transfusi darah,
pemakai obat bius secara intravena dan orang yang berhubungan seksual dengan
kelompok-kelompok tersebut. AIDS kini telah meluas menjadi pandemi dan masalah
internasional. Pertambahan kasus yang cepat di kalangan penduduk (bukan
homoseksual) dan penyebaran ke semakin banyak negara serta belum adanya obat
dan vaksin yang efektif terhadap AIDS telah menimbulkan keresahan dan
keprihatinan di seluruh dunia. Menurut Dr. Jonathan Mann, Direktur pertama dari
program AIDS WHO, AIDS meliputi tiga macam epidemi(2).
Epidemi yang pertama ialah
penyebaran HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penularan terjadi
melalui hubungan seksual (homo dan heteroseksual), dari ibu Ice bayi dan
melalui darah yang tercemar (transfusi, produk darah, pemakaian jarum suntik,
dan sebagainya). Epidemi ini berlangsung secara diamdiam dan mungkin sekali
telah dimulai dalam tahun 1950-an. Darah tertua yang tercemar HIV berasal dari
Zaire dalam tahun 1959. Jumlah orang yang terinfeksi kini telah mencapai
sekitar 10 juta.
Epidemi yang ke dua adalah
berjangkitnya AIDS yang mulai dikenal sejak tahun 1981 dan kini sudah mencapai
lebih dari setengah juta penderita. Epidemi yang ke tiga bersifat sosial, yakni
stigmatisasi, prasangka dan diskriminasi yang timbul akibat AIDS.
Epidemi ke tiga ini menimbulkan
berbagai dilema dalam masyarakat yang mempersulit penanggulangan AIDS secara
rasional. Langkah-langkah klasik yang umum diambil untuk menanggulangi penyakit
menular : penemuan penderita, pelaporan dan pencatatan penderita dan isolasi
dan pengobatan penderita tidak dapat dilaksanakan untuk menanggulangi AIDS.
AIDS bisa mengakibatkan banyak
penyakit-penyakit lain. Yang membunuh penderita AIDS bukanlah penyakit AIDS itu
sendiri melainkan penyakit lain yang muncul akibat AIDS (imun tgubuh yang
sangat rendah).
Penyakit-penyakit lainitu disebut
Infeksi Opportunistik (IO). Salah satunya penyakit itu adalah
Gastroenteristinal yang akan dibahas di makalah kleompok kami.
Maka pada
laporan kelompok ini, penulis akan menjelaskan secara keseluruhan mengenai
asuhan kperawatan pada klien dengan AIDS dengan IO Gastroenteristinal.
1. 2 Batasan Topik
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka terdapat beberapa batasan topik sebagai berikut :
1.
Bagaimana konsep penyakit AIDS itu
sendiri ?
2.
Apa yang dimaksud GEK beserta
tanda gejala serta etiologinya ?
3.
Bagaimana konsep anatomi fisiologi
system imunologi dan
hematologi ?
4.
Bagaimana patofisiolgi atau
perjalanan penyakit AIDS itu tejadi pada tubuh ?
5.
Bagaimana asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien AIDS beserta analisa data dari kasus ?
6.
Bagaimana aspek legal etik pada
penderita AIDS ?
7.
Bagaimana standart operasional
prosedur (SOP) dalam merawat jenazah dengan AIDS ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR HIV
ü Definisi
AIDS atau Acquired Immune Deficiency
Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan
tubuh oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakan
sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
o
Acquired : Didapat, Bukan penyakit
keturunan
o
Immune : Sistem kekebalan tubuh
o
Deficiency : Kekurangan
o
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala
penyakit
Kerusakan progrwsif pada system
kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan
mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak
berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan
meninggal.
AIDS adalah sekumpulan gejala yang
menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh
factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
AIDS diartikan sebagai bentuk
paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi
Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare ).
AIDS diartikan sebagai bentuk
paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun
tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan
dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )
-
Tanda dan gejala
Pada
suatu WHO Workshop yang diadakan di Bangui, Republik Afrika Tengah,
22–24 Oktober 1985 telah disusun suatu defmisi klinik AIDS untuk digunakan oleh
negara-negara yang tidak mempunyai fasilitas diagnostik laboratorium. Ketentuan
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
AIDS dicurigai pada orang dewasa bila ada
paling sedikit dua gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab
sebab imunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau
etiologi lainnya.
a.
Gejala mayor :
-
Penurunan berat badan lebih dari 10%
-
Diare kronik lebih dari 1 bulan
-
Demam lebih dari 1 bulan (kontinu atau
intermiten).
b.
Gejala minor :
-
Batuk lebih dari 1 bulan
-
Dermatitis pruritik umum
-
Herpes zoster rekurens
-
Candidiasis oro-faring
-
Limfadenopati umum
-
Herpes simpleks diseminata yang kronik
progresif
2.
AIDS dicurigai pada anak ( bila terdapat
paling sedikit dua gejala mayor dan dua gejala minor dan tidak terdapat sebab
sebab imunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau
etiologi lainnya.
a.
Gejala mayor :
-
Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat
yang abnormal
-
Diare kronik lebih dari 1 bulan
-
Demam lebih dari 1 bulan
b.
Gejala minor :
-
Limfadenopati umum
-
Candidiasis oro-faring
-
Infeksi umum yang berulang (otitis,
faringitis, dsb).
-
Batuk persisten
-
Dermatitis umum
-
Infeksi HIV maternal
Kriteria
tersebut di atas khusus disusun untuk negara-negara Afrika yang mempunyai
prevalensi AIDS tinggi dan mungkn tidak sesuai untuk digunakan di Indonesia.
Untuk keperluan surveilans AIDS di Indonesia sebagai pedoman digunakan defmisi
WHO/CDC yang telah direvisi dalam tahun 1987. Sesuai dengan hasil Inter-country
Consultation Meeting WHO di New Delhi, 30-31 Desember 1985, dianggap
perlu bahwa kasus-kasus pertama yang akan dilaporkan sebagai AIDS kepada WHO
mendapat konfrrmasi dengan tes ELISA dan Western Blot.
-
Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut
HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1.
Periode jendela. Lamanya 4 minggu
sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2.
Fase infeksi HIV primer akut.
Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3.
Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15
atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4.
Supresi imun simtomatik. Diatas 3
tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati,
lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5.
AIDS. Lamanya bervariasi antara
1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi
oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1.
Lelaki homoseksual atau biseks.
2.
Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
3.
Orang yang ketagian obat intravena
4.
Partner seks dari penderita AIDS
5.
Penerima darah atau produk darah
(transfusi).
-
Penularan AIDS terjadi melalui :
Hubungan kelamin (homo maupun heteroseksual)
a.
Penerimaan darah dan produk darah;
b.
Penerimaan organ, jaringan atau sperma;
c.
Ibu kepada bayinya (selama atau sesudah
kehamilan).
Kemungkinan penularan melalui hubungan kelamin
menjadi lebih besar bila terdapat penyakit kelamin, khususnya yang menyebabkan
luka atau ulserasi pada alat kelamin. HIV telah diisolasi dari darah, sperma,
air liur, air mata, air susu ibu, dan air seni, tapi yang terbukti berperan
dalam penularan hanyalah darah dan sperma. Hingga saat ini juga tidak terdapat
bukti bahwa AIDS dapat ditularkan melalui udara, minuman, makanan, kolam renang
atau kontak biasa (casual) dalam keluarga, sekolah atau tempat kerja.
Juga peranan serangga dalam penularan AIDS tidak dapat dibuktikan. Risiko bagi
petugas kesehatan untuk mendapat AIDS adalah sangat kecil. Tata kerja yang
dilaksanakan untuk mencegah infeksi pada umumnya, misalnya terhadap hepatitis B
adalah lebih dari cukup untuk menghindari penularan AIDS. Terhadap kemungkinan
infeksi dari darah dan beberapa cairan tubuh lainnya perlu dilakukan universal
precautions.
-
Komplikasi
a.
Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek,
sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus
(HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan
cacat.
b.
Neurologik
-
Kompleks dimensia AIDS karena
serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
-
Enselophaty akut, karena reaksi
terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /
parsial.
-
Infark serebral kornea sifilis
meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
-
Neuropati karena imflamasi
demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c.
Gastrointestinal
-
Diare karena bakteri dan virus,
pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,
penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
-
Hepatitis karena bakteri dan
virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual
muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
-
Penyakit Anorektal karena abses
dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan
efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d.
Respirasi
-
Infeksi karena Pneumocystic
Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides
dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e.
Dermatologik
-
Lesi kulit stafilokokus : virus
herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi
scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi
skunder dan sepsis.
f.
Sensorik
-
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada
konjungtiva berefek kebutaan
-
Pendengaran : otitis eksternal
akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri
2.2 KONSEP
GASTROENTERISTINAL
-
Pengertian
Gastroenteritis adalah suatu
kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh
infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin
(Tucker, dkk, 1998: 958).
Pendapat lain dikemukakan oleh
Daldiyono (1997: 21) bahwa diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dengan
kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya. Dalam keadaan biasa
kandungan air berjumlah sebanyak 100 ml-200 ml per jam tinja.
Pendapat senada dikemukakan oleh
Soeparman, dkk (2001: 91) bahwa diare adalah meningkatnya frekuensi buang air
besar, konsistensi faeces menjadi cair, dan perut terasa mules ingin buang air
besar.
Dari beberapa pendapat diatas,
dapat dikemukakan bahwa diare atau gastroenteritis adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja yang
diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau
mencerna toksin sehingga menyebabkan hiperperistaltik yang mengakibatkan
resorbsi air dalam usus besar terganggu dan akhirnya menyebabkan frekuensi
buang air besar melebih normal.
Kapita selekta kedokteran, 2000
menyatakan bahwa :
Diare berlanjut / berkepanjangan adalah episode diare akut yang
melanjut hingga berlangsung selama 7-14 hari.
Diare persisten / kronik adalah episode diare yang mula-mula
bersifat akut namun berlangsung selama 14 hari atau lebih.
Ada dua kategori diare kronik :
1. Diare yang berhenti jika pemberian makanan atau obat – obatan
dihentikan disebut diare osmotik.
2. Sedangkan diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan disebat
diare sekretorik. (samih wahab, 2000) Disentri adalah diare yang disertai darah
dalam tinja.
-
Etiologi
Menurut Ngastiyah (2005), penyebab terjadinya diare adalah :
a.
Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare
-
Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo
baster.
-
Infeksi virus : Rotavirus,
calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
-
Infeksi parasit : cacing
(ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica, giardia lambia), jamur
(candida aibicans).
b.
Infeksi Parenteral :
Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitis, broncopneumonia,
Ensefalitis, meliputi :
-
Faktor Malabsobsi : karbohidrat,
lemak, protein
-
Faktor makanan : basi, racun, alergi.
-
Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.
-
Tanda Gejala
-
Sering BAB dengan
konsistensi tinja cair atau encer.
-
Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit
jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa
kering.
-
Kram abdominal.
-
Demam.
-
Mual dan muntah.
-
Anoreksia.
-
Lemah.
-
Pucat.
-
Perubahan TTV, nadi dan
pernafasan cepat
-
Menurun atau tidak ada
pengeluaran urin.
2.3 KONSEP
ANATOMI DAN FISIOLOGI HIV
Imunologi System yaitu :
§ Sistem imun :
sistem pertahanan internal tubuh yang berperan dalam
mengenali dan menghancurkan bahan yang bukan “normal self” (bahan asing atau
abnormal cells)
§ Imunitas atu respon imun :
Kemampuan tubuh manusia untuk melawan organisme atau toksin
yang berbahaya
Ada 2 macam Respon Imun, yaitu :
§ RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori,
spesifisitas.
§ RI non Spesifik : efektif
untuk semua mikroorganisme
-
Sel-sel yang berperan dalam respon Imun
a.
Sel B
Sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk
merespons antigen tertentu. Sel B merupakan nama bursa fabrisius, yaitu
jaringan limfoid yang ditemukan pada ayam. Jaringan sejenis yang ada pada
mamalia yaitu sumsum tulang, jaringan limfe usus, dan limpa.
Sel B matur bermigrasi ke organ-organ limfe perifer seperti
limpa, nodus limfe, bercak Peyer pada saluran pencernaan, dan amandel. Sel B
matur membawa molekul immunoglobulin permukaan yang terikat dengan membran
selnya. Saat diaktifasi oleh antigen tertentu dan dengan bantuan limfosit T,
sel B akan derdiferensiasi melalui dua cara, yaitu :
1.
Sel plasma adalah: Sel ini
mampu menyintesis dan mensekresi antibodi untuk menghancurkan antigen tertentu.
2.
Sel memori B adalah Sel
memori menetap dalam jaringan limfoid dan siap merespons antigen perangsang
yang muncul dalam pajanan selanjutnya dengan respons imun sekunder yang lebih
cepat dan lebih besar.
b.
Sel T
Sel T juga menunjukan spesifisitas antigen dan akan
berploriferasi jika ada antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi. Sel
T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T, yaitu
protein permukaan sel yang terikat membran dan analog dengan antibodi.
Sel T memproduksi zat aktif secara imulogis yang disebut
limfokin. Sub type limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit B merespons
antigen, membunuh sel-sel asing tertentu, dan mengatur respons imun.
Respons sel T adalah Sel T, seperti sel B berasal dari sel
batang prekusor dalam sumsum tulang. Pada periode akhir perkembangan janin atau
segera setelah lahir, sel prekusor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya
berproliferasi, berdiferensiasi dan mendapatkan kemampuan untuk mengenali diri.
Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi, sel T bermigrasi menuju
organ limfoid seperti limpa atau nodus limfe. Sel ini dikhususkan untuk melawan
sel yang mengandung organisme intraselular.
·
Sel T efektor :
1.
Sel T sitotoksik (sel T
pembunuh) Mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing
pada permukaannya
2.
Sel T pembantu : Tidak berperan
langsung dalam pembunuhan sel. Setelah aktivasi oleh makrofag antigen, sel T
pembantu diperlukan untuk sistesis antibodi normal, untuk pngenalan benda asing
sel T pembantu melepas interleukin-2 yang menginduksi proliferasi sel T
sitotoksik, menolong sel T lain untuk merespons antigen dan sel T pembantu dpt
memproduksi zat (limfokin) yang penting dalam reaksi alergi
(hipersensitivitas).
3.
Sel T supresor Setelah
diaktifasi sel T pembantu akan menekan respon sel B dan T.
c.
Makrofag
Makrofag
memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi atau mencerna sebagian
antigen untuk menghasilkan fragmen yang mengandung determinan antigenic. Makrofag akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan
selnya sehingga terpapar untuk limfosit T tertentu.
2.4 PATOFISIOLOGI
AIDS dengan GEK
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel
imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein
perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada
saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler
makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag
dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang
dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (
herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi
infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4
jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik,
kanker atau dimensia AIDS.
Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV
terjadi penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah,
sehingga beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh
tertentu. Bahkan mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan
menimbulkan penyakit (Zein, 2006).
Timbulah komplikasi gastroentristinal akibat dari system
imun yang sangat rendah.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu
klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain
itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
2.5 ASUHAN
KEPERAWATAN
KASUS
PEMICU
Tn.W 45 th dirawat di ruang IRNA RSNU karena gastroentritis,
sudah 1 bulan tdk sembuh-sembuh meskipun sudah berobat ke dokter. Feses encer
disertai mucus/darah, kelemahan otot, tremor, penurunan fisus, dermatitis,
wasthing syndrom, demam memanjang. Pekerjaan Tn.W adalah sopir. Tn.W mengatakan
bahwa diare cair 15x/hari dan BB menurun 7 kg dalam 1 bulan serta stomatitis
mulut tidak kunjung sembuh dan anorexia, dari foto thorax ditemukan efusi
pleura kanan, pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan otot, tremor, penurunan
fisus, hepatosplenomegali. Pada pukul 13.00 WIB klien meninggal dunia. Sehingga
perawat melakukan rawat jenazah dengan UP (Universal
Precaution).
1. Pengkajian
I.
Identitas
-
Nama : Tn.W
-
Jenis kelamin : Laki-Laki
-
Umur :
45 tahun
-
Status perkawinan : Sudah Menikah
-
Pendidikan : SD
-
Suku/Bangsa : Indonesia
-
Alamat : Ds pakis tuban
-
Pekerjaan : Sopir
-
Sumber informasi : Pasien
1.
Keluhan Utama : Diare
2.
Riwayat Keperawatan
ü Riwayat Penyakit Sekarang :
-
P : Tn.W diare
sudah 1 bulan tdk sembuh, sebelumnya sudah berobat ke dokter tp smpai saat ini
tdk sembuh, sehingga dirawat ke RS
-
Q : diare sering
muncul dg feses yg encer disertai mukus dan darah. Sehari hampir 15 kali per
hari
-
R : diare pada
sistem pencernaannya
-
S :diare muncul
tiba-tiba, sangat mengganggu pekerjaan dan segala aktivitasnya selama 1bulan
terakhir ini.
-
T : diare muncul
setiap hari. Mulai pagi hingga pagi lagi.
ü Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.W sebelumnya pernah stomatitis mulut dan tidak kunjung sembuh
ü Riwayat Penyakit Keluarga : istrinya sudah 1th meninggal karena AIDS
3.
Observasi dan Pemeriksaan Fisik
-
Keadaan Umum :
•
Tn.W terlihat tremor
•
Tampak lelah dan lemah
•
Konjungtiva anemis
•
BB menurun
•
Ada stomatitis mulut
-
TTV :
•
S : 38 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)
•
N : 110 x/menit ( 60 – 100 x/menit)
•
TD : 90/60 mmHg (100 -140,
60 – 90 mmHg)
•
RR : 24 x/menit (16 – 20
x/menit)
V.
Body System
-
B1 (Breathing)
•
Tn.W tampak mudah lelah
•
Napasnya pendek dan cepat
-
B2 (Blood)
•
Konjungtiva Tn.W tampak anemis
•
Tampak pucat
•
CRT lebih dari 3 detik
•
Hipotensi
•
Takikardi atau Disritmia
-
B3 (Brain)
Kesadaran klien menurun dg GCS 245
Biasanya pada klien HIV tingkat kesadarannya apatis
-
B4 (Bladder)
•
Penurunan pengeluaran urin dengan
input 1000 ml outputnya hanya 50 ml
-
B5 (Bowel)
•
Terlihat tremor
•
BB menurun
•
Turgor kulit buruk
•
Kulit kering
•
Terdapat stomatitis mulut
•
Feses encer dg mukus/darah
-
B6 (Bone)
•
Tn.W terlihat lelah
•
Kelemahan otot
VI.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium
1.
Tes Enzim – Linked Immunosorbent
Assay (ELISA)
Tujuan :
mengidentifikasi spesifik untuk HIV, dimana tes ini tidak menegakkan diagnosa
AIDS tapi hanya menunjukan seseorang terinfeksi atau pernah terinfeks, orang
yang didalam darahnya mengandung antibody HIV disebut seropositif
2.
Westeren Blot Assay
Tujuan : mengenali
antibody HIV dan memastikan seropositif HIV
3.
Pemeriksaan tinja.
Feses lengkap
(mikroskopis: peningkatan jumlah leukosit di feses pada inflamatory diarrhea;
parasit: amoeba bentuk tropozoit)
4.
Analisa gas darah apabila
didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa.
5.
Pemeriksaan kadar ureum dan
creatinin untuk mengetahui fungsi/faal ginjal.
6.
Pemeriksaan elektrolit intubasi
duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama
dilakukan pada klien diare kronik.
ü ANALISA DATA
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||
Ds :
Tn.W mengatakan bahwa diare cair
15x/hari sudah 1 bulan tdk sembuh
Do:
v
TTV :
S : 380C
N :
110x/menit
TD :
90/60 mmHg
RR : 24
x/menit
•
Tn.W terlihat
tremor
•
Tampak lelah dan lemah
•
Konjungtiva anemis
•
BB menurun
•
Ada stomatitis mulut
•
Pemeriksaan lab :
-
Pemeriksaan tinja didapatkan mukus bercampur darah pada feses
-
Pemeriksaan kadar ureum 10mg/100ccm darah
-
Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum didapatkan parasit jamur
candida albicans
|
Invasi mikroorganisme
ke saluran pencernaan
Infeksi
saluran pencernaan
Peningkatan
flora normal kolon
Gangguan
sekresi
Peningakatan
tekanan osmotic rongga kolon
Pergeseran air dan elektrolit ke dalam kolon
Isi rongga kolon berlebihan
Diare
BAB sering dengan konsistensi cair
Cairan yang keluar terlalu banyak
Dehidrasi
Gangguan Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
|
Gangguan Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
|
2. Diagnose
keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat
3. Rencana
Intervensi dan Implementasi keperawatan
Diagnosa : Gangguan
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat
|
|||
Tujuan : Diare berkurang atau hilang dan dapat
mempertahankan hidrasi
|
|||
Kriteria Hasil :
Dalam waktu 1x24 jam :
- Membran mukosa lembab,
- turgor kulit membaik,
- tanda-tanda vital stabil
- klien
terlihat segar
- BB perlahan
naik
|
|||
Tgl/Jam
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
-12-11
08.00
|
Pantau tanda-tanda vital
|
Indikator dari volume cairan sirkulasi.
|
memantau tanda-tanda vital.
|
Catat peningkatan suhu dan durasi demam.
|
Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan
diaforesis yang berlebihan.
|
Mencatat peningkatan suhu dan durasi
demam.
|
|
Kaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus
|
Indikator tidak langsung dari status cairan.
|
mengkaji tugor kulit, membran mukosa,
dan rasa haus.
|
|
Timbang berat badan sesuai indikasi.
|
Meskipun kehilangan berat badan dapat
menunjukan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukan status hidrasi
|
menimbang berat badan sesuai indikasi.
|
|
Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan
sedikitnya 2500 ml/ hari.
|
Mempertahankan keseimbangan cairan,
mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa.
|
memantau pemasukan oral dan memasukan
cairan sedikitnya 2500 ml/ hari.
|
|
Berikan pendidikan kesehatan mengenai HIV-AIDS-GEK
|
Mengurangi kecemasan, meningkatkan semangat hidup,
meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya.
|
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai
HIV-AIDS-GEK
|
|
Hilangkan makanan yang
potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi,
kacang, kubis, susu.
|
Mungkin dapat
mengurangi diare
|
menghilangkan
makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar
lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
|
|
Kolaborasi : Berikan cairan/ elektrolit melalui
selang pemberi makanan/ IV.
|
Mungkin diperlukan untuk mendukung/ memperbesar
volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/ muntah
terus menerus.
|
memberikan
cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.
|
|
Pantau hasil
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine,
BUN/ Kreatinin.
|
Bermanfaat
dalam memperkirakan kebutuhan cairan.
|
Memantau hasil
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine,
BUN/ Kreatinin.
|
|
Berikan
obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik
|
Mengurangi
insiden muntah, menurunkan jumlah dan keenceran fases, membantu mengurangi
demam dan respons hipermetabolisme, menurunkan kehilangan cairan tak
kasatmata.
|
Memberikan
obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik
|
4. Evaluasi
Evaluasi
adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien
S : Tn.W mengatakan masih diare 15x/hari
O :
TTV sebagian belum normal
-
TD : 90/60 mmHg
-
N : 110 x/mnt
-
RR : 24 x/mnt
-
S : 38 celcius
Konjungtiva anemis
Tn.W masih terlihat lelah
Membran mukosa pucat
turgor kulit masih buruk
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2.6. LEGAL
ETIK PADA ODHA (Orang Dengan HIV AIDS)
Hukum merupakan proses yang dinamis sehingga tenaga
kesehatan juga harus selalu memperbarui pengetahuan mereka tentang hukum yg
berlaku saat itu. Prinsipnya jujur pada pasien dan meminta informed consent
atas semua tindakan atau pemeriksaan merupakan tindakan yg paling aman untuk
menghindari implikasi hukum.
Dasar etik di bidang kesehatan yang tidak dapat berubah adalah
“KESEHATAN KLIEN SENANTIASA AKAN SAYA UTAMAKAN”. Dijabarkan
menjadi 6 azas :
1.
Asas
menghormati otonomi klien
2.
Asas
kejujuran
3.
Asas
tidak merugikan
4.
Asas
manfaat
5.
Asas
kerahasian
6.
Asas
keadilan
Prinsip etik yg harus dipegang oleh seseorang, masyarakat,
nasional, internasional dlm menghadapi HIV-AIDS adalah :
1.
Empati
2.
Solidaritas
3.
Tanggung
jawab
ü Aspek Legal dan etik
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas
dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien
tersebut (Permenkes, 1989)
Dasar
dari informed consent yaitu:
a.
Asas
menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai pasien
bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya
b.
Kemenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16: dalam
melaksanakan kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
c.
PP
No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1: bagi tenaga
kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan infornmasi dan meminta
persetujuan .
d.
UU
No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2: tindakan medis
tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan atau keluarga.
ü 3 aspek penting dalam informed consent,
yaitu :
1.
Persetujuan
harus diberikan secara sukarela
2.
Persetujuan
harus diberikan oleh individu yg mempunyai kapasitas dan kemampuan utk memahami
3.
Persetujuan
harus diberikan setelah diberikan informasi yg cukup sbg pertimbangan utk
membuat keputusan
ü Kerahasiaan status HIV AIDS
Perkecualian rahasia pasien
HIV/AIDS bisa dibuka yaitu :
a.
Berhubungan
dengan administrasi (Steward Graeme,1997)
b.
Bila
kita dimintai keterangan dipersidangan (Steward Graeme,1997)
c.
Informasi
bisa diberikan pada orang yg merawat / memberikan konseling dan informasi
diberikan dg tujuan utk merawata, mengobati, atau memberikan konseling pd klien
(Steward Graeme,1997)
d.
Informasi
diberikan kpd Depkes. Berdasarkan instruksi Menkes no.72/Menkes/Inst/II/1998
ttg kewajiban melaporkan penderita dg gejala AIDS : petugas kesehatan yg
mengetahui / menemukan seseorang dg gejala AIDS wajib melaporkan kpd sarana
pelayanan kesehatan yg diteruskan pd Dirjen P2M dan diteruskan ke Depkes.
Penting utk menjaga kepentingan masyarakat banyak dari tertular HIV/AIDS
(Depkes RI,2003)
e.
Informasi
diberikan kpd partner seks/keluarga yg merawat klien dan berisiko terinfeksi
oleh klien karena klien tdk mau menginformasikan pd keluarga /pasangan seksnya
dan melakukan hubungan seks yangaman
BAB
III
RINGKASAN
AIDS adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang
diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti
keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya.
Penyakit AIDS sulit dikenal dari gejala klinis
saja. Masa inkubasi penyakit lama, dan selama itu penderita tampak sehat.
Penyakit baru mulai dikenal setelah sampai pada stadium lanjut dan sudah sempat
menyebar ke banyak orang lain. Pemeriksaan serologi HIV adalah salah satu cara
untuk mendeteksi penyakit HIV secara dini. Dua macam pemeriksaan, ELISA dan Western
Blot adalah pemerksaan serologi HIV yang dapat dikerjakan di Indonsia dan
telah memenuhi kriteria WHO untuk menunjang upaya konfirmasi kasus, menentukan
keadaan pengidap, skrining arah donor dan survei pada kelompok risiko tinggi
AIDS.HIV dapat menular jika kita melakukan hubungan seksual dengan
penderita, menerima transfuse darah dengan penderita, menggunakan jarum suntik
yang sama denga penderita, meminum air susu ibu yang terjangkit HIV.
AIDS dicurigai pada orang dewasa bila ada
paling sedikit dua gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab
sebab imunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau
etiologi lainnya. AIDS dicurigai pada anak ( bila terdapat paling sedikit dua
gejala mayor dan dua gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi
yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.
Jangan mengucilkan dan menjauhi
penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa
melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan
ikhlas.
REFERENSI
PUSTAKA
Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious
Diseases, Mosby Year Book, Toronto.
Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year
Book, St. Louis.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak,
cetakan kedua, EGC, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi,
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A
Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts
and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ;
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Bruner, Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta : EGC. 2002