Posted by : Unknown Minggu, 04 Maret 2012


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN AIDS+GEK (Gastroenteristinal)

















PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA
TUBAN
2011






KATA PENGANTAR

                Puji syukur alhamdulillah senantiasa Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan AIDS+GEK (Gastroenteristinal) dengan baik dan lancar.

            Laporan ini Penulis sajikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyusunan laporan ini, Penulis berharap dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari materi ini sesuai dengan judul laporan yang telah ditentukan.
            Penulis menyadari benar bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan pada pembuatan laporan kelompok selanjutnya. Semoga laporan yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
            Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya laporan ini, terutama kepada Bapak Lukman Hakim, S. Kep, Ns.  selaku dosen fasilitator SGD IHS (Imunologi Hematologi Sistem) serta kepada Allah SWT jualah diserahkan atas segala sesuatunya.
                                                                                   



 Tuban, 26 Desember 2011



 Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

1. 1   Latar Belakang
Berdasarkan judul laporan ini, maka Penulis akan menjabarkan tentang latar belakang sebagai berikut :
Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan dalam mengasuh klien untuk memaksimalkan kesehatan klien.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), pertama kali dilaporkan dalam tahun 1981 dari Amerika Serikat(1). Kasus-kasus pertama ditemukan path pria homoseksual di California, namun dalam tahun 1982 sudah ditemukan pula pada penderita hemofilia, penerima transfusi darah, pemakai obat bius secara intravena dan orang yang berhubungan seksual dengan kelompok-kelompok tersebut. AIDS kini telah meluas menjadi pandemi dan masalah internasional. Pertambahan kasus yang cepat di kalangan penduduk (bukan homoseksual) dan penyebaran ke semakin banyak negara serta belum adanya obat dan vaksin yang efektif terhadap AIDS telah menimbulkan keresahan dan keprihatinan di seluruh dunia. Menurut Dr. Jonathan Mann, Direktur pertama dari program AIDS WHO, AIDS meliputi tiga macam epidemi(2).
Epidemi yang pertama ialah penyebaran HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penularan terjadi melalui hubungan seksual (homo dan heteroseksual), dari ibu Ice bayi dan melalui darah yang tercemar (transfusi, produk darah, pemakaian jarum suntik, dan sebagainya). Epidemi ini berlangsung secara diamdiam dan mungkin sekali telah dimulai dalam tahun 1950-an. Darah tertua yang tercemar HIV berasal dari Zaire dalam tahun 1959. Jumlah orang yang terinfeksi kini telah mencapai sekitar 10 juta.
Epidemi yang ke dua adalah berjangkitnya AIDS yang mulai dikenal sejak tahun 1981 dan kini sudah mencapai lebih dari setengah juta penderita. Epidemi yang ke tiga bersifat sosial, yakni stigmatisasi, prasangka dan diskriminasi yang timbul akibat AIDS.
Epidemi ke tiga ini menimbulkan berbagai dilema dalam masyarakat yang mempersulit penanggulangan AIDS secara rasional. Langkah-langkah klasik yang umum diambil untuk menanggulangi penyakit menular : penemuan penderita, pelaporan dan pencatatan penderita dan isolasi dan pengobatan penderita tidak dapat dilaksanakan untuk menanggulangi AIDS.
AIDS bisa mengakibatkan banyak penyakit-penyakit lain. Yang membunuh penderita AIDS bukanlah penyakit AIDS itu sendiri melainkan penyakit lain yang muncul akibat AIDS (imun tgubuh yang sangat rendah).
Penyakit-penyakit lainitu disebut Infeksi Opportunistik (IO). Salah satunya penyakit itu adalah Gastroenteristinal yang akan dibahas di makalah kleompok kami.
Maka pada laporan kelompok ini, penulis akan menjelaskan secara keseluruhan mengenai asuhan kperawatan pada klien dengan AIDS dengan IO Gastroenteristinal.



1. 2  Batasan Topik
        Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa batasan topik sebagai berikut :
1.       Bagaimana konsep penyakit AIDS itu sendiri ?
2.       Apa yang dimaksud GEK beserta tanda gejala serta etiologinya ?
3.       Bagaimana konsep anatomi fisiologi system imunologi dan hematologi ?
4.       Bagaimana patofisiolgi atau perjalanan penyakit AIDS itu tejadi pada tubuh ?
5.       Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien AIDS beserta analisa data dari kasus ?
6.       Bagaimana aspek legal etik pada penderita AIDS ?
7.       Bagaimana standart operasional prosedur (SOP) dalam merawat jenazah dengan AIDS ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    KONSEP DASAR HIV
ü  Definisi
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
o   Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
o   Immune : Sistem kekebalan tubuh
o   Deficiency : Kekurangan
o   Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare ).
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )

-        Tanda dan gejala
Pada suatu WHO Workshop yang diadakan di Bangui, Republik Afrika Tengah, 22–24 Oktober 1985 telah disusun suatu defmisi klinik AIDS untuk digunakan oleh negara-negara yang tidak mempunyai fasilitas diagnostik laboratorium. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut :
1.       AIDS dicurigai pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.

a.       Gejala mayor :
-          Penurunan berat badan lebih dari 10%
-          Diare kronik lebih dari 1 bulan
-          Demam lebih dari 1 bulan (kontinu atau intermiten).
b.      Gejala minor :
-          Batuk lebih dari 1 bulan
-          Dermatitis pruritik umum
-          Herpes zoster rekurens
-          Candidiasis oro-faring
-          Limfadenopati umum
-          Herpes simpleks diseminata yang kronik progresif
2.       AIDS dicurigai pada anak ( bila terdapat paling sedikit dua gejala mayor dan dua gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.
a.       Gejala mayor :
-        Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang abnormal
-        Diare kronik lebih dari 1 bulan
-        Demam lebih dari 1 bulan
b.      Gejala minor :
-        Limfadenopati umum
-        Candidiasis oro-faring
-        Infeksi umum yang berulang (otitis, faringitis, dsb).
-        Batuk persisten       
-        Dermatitis umum
-        Infeksi HIV maternal
Kriteria tersebut di atas khusus disusun untuk negara-negara Afrika yang mempunyai prevalensi AIDS tinggi dan mungkn tidak sesuai untuk digunakan di Indonesia. Untuk keperluan surveilans AIDS di Indonesia sebagai pedoman digunakan defmisi WHO/CDC yang telah direvisi dalam tahun 1987. Sesuai dengan hasil Inter-country Consultation Meeting WHO di New Delhi, 30-31 Desember 1985, dianggap perlu bahwa kasus-kasus pertama yang akan dilaporkan sebagai AIDS kepada WHO mendapat konfrrmasi dengan tes ELISA dan Western Blot.


-        Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1.       Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2.       Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3.       Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4.       Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5.       AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1.       Lelaki homoseksual atau biseks.
2.       Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
3.       Orang yang ketagian obat intravena
4.       Partner seks dari penderita AIDS
5.       Penerima darah atau produk darah (transfusi).

-        Penularan AIDS terjadi melalui :
Hubungan kelamin (homo maupun heteroseksual)
a.       Penerimaan darah dan produk darah;
b.      Penerimaan organ, jaringan atau sperma;
c.       Ibu kepada bayinya (selama atau sesudah kehamilan).
Kemungkinan penularan melalui hubungan kelamin menjadi lebih besar bila terdapat penyakit kelamin, khususnya yang menyebabkan luka atau ulserasi pada alat kelamin. HIV telah diisolasi dari darah, sperma, air liur, air mata, air susu ibu, dan air seni, tapi yang terbukti berperan dalam penularan hanyalah darah dan sperma. Hingga saat ini juga tidak terdapat bukti bahwa AIDS dapat ditularkan melalui udara, minuman, makanan, kolam renang atau kontak biasa (casual) dalam keluarga, sekolah atau tempat kerja. Juga peranan serangga dalam penularan AIDS tidak dapat dibuktikan. Risiko bagi petugas kesehatan untuk mendapat AIDS adalah sangat kecil. Tata kerja yang dilaksanakan untuk mencegah infeksi pada umumnya, misalnya terhadap hepatitis B adalah lebih dari cukup untuk menghindari penularan AIDS. Terhadap kemungkinan infeksi dari darah dan beberapa cairan tubuh lainnya perlu dilakukan universal precautions.

-        Komplikasi
a.       Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b.      Neurologik
-        Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
-        Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
-        Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
-        Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c.       Gastrointestinal
-        Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
-        Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
-        Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d.      Respirasi
-        Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e.      Dermatologik
-        Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f.        Sensorik
-        Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
-        Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri
2.2   KONSEP GASTROENTERISTINAL
-        Pengertian
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin (Tucker, dkk, 1998: 958).
Pendapat lain dikemukakan oleh Daldiyono (1997: 21) bahwa diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya. Dalam keadaan biasa kandungan air berjumlah sebanyak 100 ml-200 ml per jam tinja.
Pendapat senada dikemukakan oleh Soeparman, dkk (2001: 91) bahwa diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar, konsistensi faeces menjadi cair, dan perut terasa mules ingin buang air besar.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat dikemukakan bahwa diare atau gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin sehingga menyebabkan hiperperistaltik yang mengakibatkan resorbsi air dalam usus besar terganggu dan akhirnya menyebabkan frekuensi buang air besar melebih normal.
Kapita selekta kedokteran, 2000 menyatakan bahwa :
  Diare berlanjut / berkepanjangan adalah episode diare akut yang melanjut hingga berlangsung selama 7-14 hari.
  Diare persisten / kronik adalah episode diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung selama 14 hari atau lebih.
Ada dua kategori diare kronik :
1.       Diare yang berhenti jika pemberian makanan atau obat – obatan dihentikan disebut diare osmotik.
2.       Sedangkan diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan disebat diare sekretorik. (samih wahab, 2000) Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja.

-        Etiologi
Menurut Ngastiyah (2005), penyebab terjadinya diare adalah :
a.       Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
-        Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.
-        Infeksi virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
-        Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica, giardia lambia), jamur (candida aibicans).
b.      Infeksi Parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitis, broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi :
-        Faktor Malabsobsi : karbohidrat, lemak, protein
-        Faktor makanan : basi, racun, alergi.
-        Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

-        Tanda Gejala
-        Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
-        Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
-        Kram abdominal.
-        Demam.
-        Mual dan muntah.
-        Anoreksia.
-        Lemah.
-        Pucat.
-        Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat
-        Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.



2.3   KONSEP ANATOMI  DAN FISIOLOGI HIV
Imunologi System yaitu :
§  Sistem imun :
sistem pertahanan internal tubuh yang berperan dalam mengenali dan menghancurkan bahan yang bukan “normal self” (bahan asing atau abnormal cells)
§  Imunitas atu respon imun : 
Kemampuan tubuh manusia untuk melawan organisme atau toksin yang berbahaya
Ada 2 macam Respon Imun, yaitu :
§  RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.
§  RI non Spesifik : efektif  untuk semua mikroorganisme

-        Sel-sel yang  berperan dalam respon Imun
a.       Sel B
Sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespons antigen tertentu. Sel B merupakan nama bursa fabrisius, yaitu jaringan limfoid yang ditemukan pada ayam. Jaringan sejenis yang ada pada mamalia yaitu sumsum tulang, jaringan limfe usus, dan limpa.
Sel B matur bermigrasi ke organ-organ limfe perifer seperti limpa, nodus limfe, bercak Peyer pada saluran pencernaan, dan amandel. Sel B matur membawa molekul immunoglobulin permukaan yang terikat dengan membran selnya. Saat diaktifasi oleh antigen tertentu dan dengan bantuan limfosit T, sel B akan derdiferensiasi melalui dua cara, yaitu :
1.       Sel plasma adalah: Sel ini mampu menyintesis dan mensekresi antibodi untuk menghancurkan antigen tertentu.
2.       Sel memori B adalah Sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan siap merespons antigen perangsang yang muncul dalam pajanan selanjutnya dengan respons imun sekunder yang lebih cepat dan lebih besar.

b.      Sel T
Sel T juga menunjukan spesifisitas antigen dan akan berploriferasi jika ada antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi. Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T, yaitu protein permukaan sel yang terikat membran dan analog dengan antibodi.
Sel T memproduksi zat aktif secara imulogis yang disebut limfokin. Sub type limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit B merespons antigen, membunuh sel-sel asing tertentu, dan mengatur respons imun.
Respons sel T adalah Sel T, seperti sel B berasal dari sel batang prekusor dalam sumsum tulang. Pada periode akhir perkembangan janin atau segera setelah lahir, sel prekusor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya berproliferasi, berdiferensiasi dan mendapatkan kemampuan untuk mengenali diri. Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi, sel T bermigrasi menuju organ limfoid seperti limpa atau nodus limfe. Sel ini dikhususkan untuk melawan sel yang mengandung organisme intraselular.
·         Sel T efektor :
1.       Sel T sitotoksik (sel T pembunuh) Mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing pada permukaannya
2.       Sel T pembantu : Tidak berperan langsung dalam pembunuhan sel. Setelah aktivasi oleh makrofag antigen, sel T pembantu diperlukan untuk sistesis antibodi normal, untuk pngenalan benda asing sel T pembantu melepas interleukin-2 yang menginduksi proliferasi sel T sitotoksik, menolong sel T lain untuk merespons antigen dan sel T pembantu dpt memproduksi zat (limfokin) yang penting dalam reaksi alergi (hipersensitivitas).
3.       Sel T supresor Setelah diaktifasi sel T pembantu akan menekan respon sel B dan T.

c.       Makrofag
Makrofag memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi atau mencerna sebagian antigen untuk menghasilkan fragmen yang mengandung determinan antigenic.  Makrofag akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan selnya sehingga terpapar untuk limfosit T tertentu.




2.4   PATOFISIOLOGI AIDS dengan GEK
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV terjadi penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan penyakit (Zein, 2006).
Timbulah komplikasi gastroentristinal akibat dari system imun yang sangat rendah.
Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.






2.5   ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS PEMICU
Tn.W 45 th dirawat di ruang IRNA RSNU karena gastroentritis, sudah 1 bulan tdk sembuh-sembuh meskipun sudah berobat ke dokter. Feses encer disertai mucus/darah, kelemahan otot, tremor, penurunan fisus, dermatitis, wasthing syndrom, demam memanjang. Pekerjaan Tn.W adalah sopir. Tn.W mengatakan bahwa diare cair 15x/hari dan BB menurun 7 kg dalam 1 bulan serta stomatitis mulut tidak kunjung sembuh dan anorexia, dari foto thorax ditemukan efusi pleura kanan, pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan otot, tremor, penurunan fisus, hepatosplenomegali. Pada pukul 13.00 WIB klien meninggal dunia. Sehingga perawat melakukan rawat jenazah dengan UP (Universal Precaution).
1.       Pengkajian
                    I.      Identitas
-        Nama                                        : Tn.W
-        Jenis kelamin                         : Laki-Laki            
-        Umur                                        : 45 tahun
-        Status perkawinan              : Sudah Menikah
-        Pendidikan                             : SD
-        Suku/Bangsa                          : Indonesia
-        Alamat                                      : Ds pakis tuban
-        Pekerjaan                                               : Sopir
-        Sumber informasi                : Pasien
1.       Keluhan Utama : Diare
2.       Riwayat Keperawatan
ü  Riwayat Penyakit Sekarang :
-        P         : Tn.W diare sudah 1 bulan tdk sembuh, sebelumnya sudah berobat ke dokter tp smpai saat ini tdk sembuh, sehingga dirawat ke RS
-        Q         : diare sering muncul dg feses yg encer disertai mukus dan darah. Sehari hampir 15 kali per hari
-        R         : diare pada sistem pencernaannya
-        S          :diare muncul tiba-tiba, sangat mengganggu pekerjaan dan segala aktivitasnya selama 1bulan terakhir ini.
-        T          : diare muncul setiap hari. Mulai pagi hingga pagi lagi.
ü  Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.W sebelumnya pernah stomatitis mulut dan tidak kunjung sembuh
ü  Riwayat Penyakit Keluarga : istrinya sudah 1th meninggal karena AIDS

3.       Observasi dan Pemeriksaan Fisik
-        Keadaan Umum :
                                     Tn.W terlihat tremor
                                     Tampak lelah dan lemah
                                     Konjungtiva anemis
                                     BB menurun
                                     Ada stomatitis mulut

-        TTV :
                                     S : 38 celcius (normal 36,5 – 37,5 celcius)
                                     N : 110 x/menit ( 60 – 100 x/menit)   
                                     TD : 90/60 mmHg (100 -140, 60 – 90 mmHg)
                                     RR : 24 x/menit (16 – 20 x/menit)

                  V.            Body System
-        B1 (Breathing)
       Tn.W tampak mudah lelah
       Napasnya pendek dan cepat
-        B2 (Blood)
       Konjungtiva Tn.W tampak anemis
       Tampak pucat
       CRT lebih dari 3 detik
       Hipotensi
       Takikardi atau Disritmia
-        B3 (Brain)
  Kesadaran klien menurun dg GCS 245
  Biasanya pada klien HIV tingkat kesadarannya apatis
-        B4 (Bladder)
       Penurunan pengeluaran urin dengan input 1000 ml outputnya hanya 50 ml
-        B5 (Bowel)
       Terlihat tremor
       BB menurun
       Turgor kulit buruk
       Kulit kering
       Terdapat stomatitis mulut
       Feses encer dg mukus/darah
-        B6 (Bone)
       Tn.W terlihat lelah
       Kelemahan otot

                VI.            Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1.       Tes Enzim – Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Tujuan : mengidentifikasi spesifik untuk HIV, dimana tes ini tidak menegakkan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukan seseorang terinfeksi atau pernah terinfeks, orang yang didalam darahnya mengandung antibody HIV disebut seropositif
2.       Westeren Blot Assay
Tujuan : mengenali antibody HIV dan memastikan seropositif HIV
3.       Pemeriksaan tinja.
Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumlah leukosit di feses pada inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit)
4.       Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa.
5.       Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi/faal ginjal.
6.       Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.




ü  ANALISA DATA
Data
Etiologi
Masalah
Ds :
Tn.W mengatakan bahwa diare cair 15x/hari sudah 1 bulan tdk sembuh
Do:
v  TTV :
S : 380C
N : 110x/menit
TD : 90/60 mmHg
RR : 24 x/menit
        Tn.W terlihat tremor
       Tampak lelah dan lemah
       Konjungtiva anemis
       BB menurun
       Ada stomatitis mulut
       Pemeriksaan lab :
-          Pemeriksaan tinja didapatkan mukus bercampur darah pada feses
-          Pemeriksaan kadar ureum 10mg/100ccm darah
-          Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum didapatkan parasit jamur candida albicans
Invasi mikroorganisme ke saluran pencernaan

Infeksi saluran pencernaan

Peningkatan flora normal kolon

Gangguan sekresi

Peningakatan tekanan osmotic rongga kolon

Pergeseran air dan elektrolit ke dalam kolon
 

Isi rongga kolon berlebihan




Diare

BAB sering dengan konsistensi cair

Cairan yang keluar terlalu banyak

Dehidrasi

Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit




2.       Diagnose keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat

3.       Rencana Intervensi dan Implementasi keperawatan
Diagnosa : Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit b.d diare berat
Tujuan : Diare berkurang atau hilang dan dapat mempertahankan hidrasi
Kriteria Hasil :
Dalam waktu 1x24 jam :
-  Membran mukosa lembab,
-  turgor kulit membaik,
-  tanda-tanda vital stabil
-  klien terlihat segar
-  BB perlahan naik
Tgl/Jam
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
-12-11
08.00
Pantau tanda-tanda vital
Indikator dari volume cairan sirkulasi.
memantau tanda-tanda vital.
Catat peningkatan suhu dan durasi demam.
Meningkatkan kebutuhan metabolisme dan diaforesis yang berlebihan.
Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam.
Kaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus
Indikator tidak langsung dari status cairan.
mengkaji tugor kulit, membran mukosa, dan rasa haus.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Meskipun kehilangan berat badan dapat menunjukan penggunaan otot, fluktuasi tiba-tiba menunjukan status hidrasi
menimbang berat badan sesuai indikasi.
Pantau pemasukan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari.
Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membran mukosa.
memantau pemasukan oral dan memasukan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari.
Berikan pendidikan kesehatan mengenai HIV-AIDS-GEK
Mengurangi kecemasan, meningkatkan semangat hidup, meningkatkan pengetahuan tentang penyakitnya.
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai HIV-AIDS-GEK
Hilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
Mungkin dapat mengurangi diare
menghilangkan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas/ makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.
Kolaborasi       : Berikan cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.
Mungkin diperlukan untuk mendukung/ memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak adekuat, mual/ muntah terus menerus.
memberikan cairan/ elektrolit melalui selang pemberi makanan/ IV.
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine, BUN/ Kreatinin.
Bermanfaat dalam memperkirakan kebutuhan cairan.
Memantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi mis: Hb/ Ht, Elektolit serum/urine, BUN/ Kreatinin.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik
Mengurangi insiden muntah, menurunkan jumlah dan keenceran fases, membantu mengurangi demam dan respons hipermetabolisme, menurunkan kehilangan cairan tak kasatmata.
Memberikan obat-obatan sesuai indikasi: Antiemetik, Antidiare, Antiseptik

4.       Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien
  S : Tn.W mengatakan masih diare 15x/hari
  O :
  TTV sebagian belum normal
-        TD : 90/60 mmHg
-        N : 110 x/mnt
-        RR : 24 x/mnt
-        S : 38 celcius
  Konjungtiva anemis
  Tn.W masih terlihat lelah
  Membran mukosa pucat
  turgor kulit masih buruk
  A : masalah belum teratasi
  P : lanjutkan intervensi














2.6. LEGAL ETIK PADA ODHA (Orang Dengan HIV AIDS)
Hukum merupakan proses yang dinamis sehingga tenaga kesehatan juga harus selalu memperbarui pengetahuan mereka tentang hukum yg berlaku saat itu. Prinsipnya jujur pada pasien dan meminta informed consent atas semua tindakan atau pemeriksaan merupakan tindakan yg paling aman untuk menghindari implikasi hukum.
Dasar etik di bidang kesehatan yang tidak dapat berubah adalah “KESEHATAN KLIEN SENANTIASA AKAN SAYA UTAMAKAN”. Dijabarkan menjadi 6 azas :
1.       Asas menghormati otonomi klien
2.       Asas kejujuran
3.       Asas tidak merugikan
4.       Asas manfaat
5.       Asas kerahasian
6.       Asas keadilan
Prinsip etik yg harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, internasional dlm menghadapi HIV-AIDS adalah :
1.       Empati
2.       Solidaritas
3.       Tanggung jawab

ü  Aspek Legal dan etik
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut (Permenkes, 1989)
Dasar dari informed consent yaitu:
a.       Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya
b.      Kemenkes  1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16: dalam melaksanakan kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
c.       PP No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1: bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan infornmasi dan meminta persetujuan .
d.      UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2: tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang  bersangkutan atau keluarga.
ü  3 aspek penting dalam informed consent, yaitu :
1.       Persetujuan harus diberikan secara sukarela
2.       Persetujuan harus diberikan oleh individu yg mempunyai kapasitas dan kemampuan utk memahami
3.       Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yg cukup sbg pertimbangan utk membuat keputusan
ü  Kerahasiaan status HIV AIDS
  Perkecualian rahasia pasien HIV/AIDS bisa dibuka yaitu :
a.       Berhubungan dengan administrasi (Steward Graeme,1997)
b.      Bila kita dimintai keterangan dipersidangan (Steward Graeme,1997)
c.       Informasi bisa diberikan pada orang yg merawat / memberikan konseling dan informasi diberikan dg tujuan utk merawata, mengobati, atau memberikan konseling pd klien (Steward Graeme,1997)
d.      Informasi diberikan kpd Depkes. Berdasarkan instruksi Menkes no.72/Menkes/Inst/II/1998 ttg kewajiban melaporkan penderita dg gejala AIDS : petugas kesehatan yg mengetahui / menemukan seseorang dg gejala AIDS wajib melaporkan kpd sarana pelayanan kesehatan yg diteruskan pd Dirjen P2M dan diteruskan ke Depkes. Penting utk menjaga kepentingan masyarakat banyak dari tertular HIV/AIDS (Depkes RI,2003)
e.      Informasi diberikan kpd partner seks/keluarga yg merawat klien dan berisiko terinfeksi oleh klien karena klien tdk mau menginformasikan pd keluarga /pasangan seksnya dan melakukan hubungan seks yangaman




BAB III
RINGKASAN

AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.
Penyakit AIDS sulit dikenal dari gejala klinis saja. Masa inkubasi penyakit lama, dan selama itu penderita tampak sehat. Penyakit baru mulai dikenal setelah sampai pada stadium lanjut dan sudah sempat menyebar ke banyak orang lain. Pemeriksaan serologi HIV adalah salah satu cara untuk mendeteksi penyakit HIV secara dini. Dua macam pemeriksaan, ELISA dan Western Blot adalah pemerksaan serologi HIV yang dapat dikerjakan di Indonsia dan telah memenuhi kriteria WHO untuk menunjang upaya konfirmasi kasus, menentukan keadaan pengidap, skrining arah donor dan survei pada kelompok risiko tinggi AIDS.HIV dapat menular jika kita melakukan hubungan seksual dengan penderita, menerima transfuse darah dengan penderita, menggunakan jarum suntik yang sama denga penderita, meminum air susu ibu yang terjangkit HIV.
AIDS dicurigai pada orang dewasa bila ada paling sedikit dua gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya. AIDS dicurigai pada anak ( bila terdapat paling sedikit dua gejala mayor dan dua gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab imunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya.
Jangan mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.





REFERENSI PUSTAKA

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book, Toronto.
Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Bruner, Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC. 2002


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © WARUNG MATERI KEPERAWATAN - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -